Cinta memang gila, bahkan aku berani menikahi seorang wanita yang dianggap sebagai malaikat maut bagi setiap lelaki yang menikahinya, aku tak peduli karena aku percaya jika maut ada di tangan Tuhan. Menurut kalian apa aku akan mati setelah menikahi Marni sama seperti suami Marni sebelumnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Curhat 2
"Apa kamu punya musuh Mar, atau kamu pernah menyakiti orang lain?" jawab Damar balik bertanya
"Gak adalah kalian tahu kan selama ini hidup gue lurus-lurus aja. Semua ini terjadi semenjak ada Marni, lebih tepatnya semenjak aku menikahi Marni," jawab Amar
"Setahuku, kalau banaspati, suara pasir atau suara kerikil di atas atap itu artinya ada orang yang ingin berbuat jahat kepada kita. Mengirim teluh contohnya, mungkin saja sasarannya istrimu Marni. Mereka tidak suka dengan Marni atau apa yang Marni bawa mengusik kenyamanan mereka,"
Amar menghela nafas berat, ia berusaha menghilangkan ketegangannya dengan meneguk segelas air putih. Bola matanya terus bergerak seolah tengah mencari solusi.
"Entahlah, mungkin ucapan mu itu benar, tapi yang aku heran kenapa makhluk seperti itu kok tidak mempan dengan ayat-ayat Al-Qur'an," tandas Amar
Pria hitam manis itu menatap tajam kearah Damar.
"Bener Mar, aku juga jadi gimana dengernya," sahut Ruri membenarkan ucapannya
"Kalian jangan heran. Sama seperti manusia bangsa jin juga memiliki kasta atau Strata. Apabila yang kalian temui itu kasta rendah seperti pocong, kuntilanak, atau demit, pasti mereka akan takut dan menghilang saat dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Tetapi sebaliknya jika yang kalian temui itu Srata tertinggi, maka ia tidak akan takut dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Bukan hanya tidak takut mereka bahkan bisa mengajarimu tentang bacaan Al Quran karena mereka lebih jago darimu," sahut Damar
Ruri bergidik mendengar jawaban Damar.
"Emang beneran kaya gitu Dam?" tanya Amar
"Ya, bahkan abah ku sendiri pernah dipermalukan saat menolong seorang yang kesurupan. Kalian tahu, jin yang ada di tubuh pasien abah malah menyuruh Abah untuk belajar lagi agar bisa mengalahkannya!" seru Damar
"Subhanallah, itu Jin beneran keren sumpah, seandainya saja aku bisa bertemu dengannya, aku ingin sekali meminta tanda tangannya," celetuk Ruri membuat Amar dan Damar terkekeh
Damar kemudian menanyakan tentang Marni. Ia tahu jika Damar bisa menjaga rahasia, jadi ia bisa menceritakan semuanya tentang Marni. Mungkin saja ayah Damar bisa membantunya. Bukankah Pak De Hanum bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Selain seorang pemuka agama dia juga memiliki kekuatan supranatural yang mumpuni sehingga dia dikenal sebagai seorang paparaji atau paranormal. Damar dan Ruri menden gerakan dengan seksama cerita tentang Marni.
Beberapa kali Ruri terlihat menyembunyikan wajahnya saat mendengar part seram dari cerita Amar. Berbeda dengan Damar yang menanggapinya biasa saja.
"Lalu, apa kamu sudah membawa Marni berobat kepada orang pintar atau di rukiyah?" tanya Damar disambut gelengan kepala Amar
Amar menggelengkan kepalanya. Ia mengatakan jika dirinya belum pernah membawa Marni untuk bertemu dengan seorang dukun atau Ustadz. Ia belum berani mengatakannya kepada istrinya itu. Lagi pula ia juga tidak mau menyakitinya.
"Itu sama sekali tidak akan menyakitinya apalagi mempermalukan istrimu, justru dengan begitu kamu menolongnya agar ia bisa hidup normal sama seperti manusia pada umumnya," jawab Damar
Mereka pun melanjutkan obrolannya sambil menikmati makan siang mereka.
"Ingat besok sudah selasa kliwon!" seru Damar saat mereka sudah selesai makan
"Iya aku tahu,"
Amar bahkan berjanji akan membawa Marni untuk bertemu dengan ayah Damar. Selesai berbincang-bincang mereka pun kembali lagi bekerja.
Malam harinya, Amar masih terngiang-ngiang dengan ucapan Damar. Pria hitam manis itu begitu takut dengan Marni hingga ia berkali-kali harus menghindari wanita itu.
Marni pun mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan suaminya. Meskipun Amar tidak pernah memberitahunya, namun wanita cantik itu bisa merasakan perbedaannya.
Seperti malam itu, ia menyadari jika Amar diam-diam meninggalkannya saat dirinya terlelap. Ia melihat pria itu pergi keluar dan tidur di kursi ruang tamu.
Marni hanya memandangi suaminya yang terlelap diatas sofa tanpa berani mengganggu ataupun membangunkannya.
Saat subuh menjelang Marni melihat Amar diam-diam kembali tidur di sampingnya.
"Sebenarnya apa yang kamu sembunyikan Mas, kenapa kamu begitu ketakutan saat melihat ku??" ucap Marni menatap wajah suaminya
Amar tersentak saat melihat Marni duduk disampingnya. Tidak seperti biasanya Marni bangun lebih dulu darinya. Tatapan matanya yang tajam membuat ia semakin tercengang.
"Tumben kamu sudah bangun dek," tanya Amar buru-buru bangun
"Aku mau ikut mas sholat subuh di masjid,"
*Deg!
Amar tersenyum getir mendengar jawaban Marni yang tak biasa itu. Biasanya Marni lebih suka memasak di dapur setelah bangun tidur, tapi kenapa ia malah ingin ikut sholat berjamaah di masjid dengannya.
Ah, mungkin saja ia bosan dengan rutinitasnya beberapa hari ini, pikir Amar.
"Ya sudah kalau begitu cepat siap-siap," jawab Amar
Ia buru-buru menuju ke kamar mandi saat Marni sedang membereskan ranjang mereka.
Marni benar-benar ikut dengan suaminya sholat subuh berjamaah di masjid. Kedatangan Marni di masjid membuat semua jamaah pria langsung membelalak. Bagaimana tidak, bila biasanya jamaah wanita adalah para wanita paruh baya atau lansia, kini Marni merubah semuanya.
Wanita cantik itu membuat mata pria yang semula ngantuk menjadi terang benderang. Tidak dipungkiri jika kecantikan Marni memang membuat semua pria tertarik dengannya.
"Wah tumben nih, kamu di kawal sama bunda ratu, memangnya ada apa??" bisik Ruri
Amat hanya mengangkat bahu.
"Jangan bilang dia jelous sama kamu karena kamu selalu betah saat di masjid makanya dia sengaja ikut biar kamu gak kelamaan di masjid. Pasti dia gak mau jauh-jauh dari kamu," imbuhnya
Sementara itu Marni berusaha membaur dengan lima orang jamaah wanita.
"Siapa namamu nduk?" tanya seorang wanita tua menyapanya
"Marni Mbah,"
"Oh Marni, menantunya Bu Surti toh,"
"Inggih," jawab Marni melemparkan senyuman manisnya
Suara Iqomat membuat mereka menghentikan percakapan dan bersiap untuk sholat.
Selesai sholat Marni langsung menyalami para wanita itu dan memilih pulang lebih dulu. Ia memilih menunggu Amar di depan masjid sambil melihat fajar yang mulai menyingsing.
Tidak lama Amar keluar bersama Ustadz Gani. Melihat Marni sudah menunggunya ia pun berpamitan dengan ustadz Gani.
Pagi itu untuk pertama kalinya Marni menikmati waktu berdua dengan suaminya. Ia bahkan selalu menggandeng lengan Amar selama perjalanan pulang.
"Mas,"
"Iya," Amar menoleh kearah Marni yang bergelayut mesra di lengannya.
"Nanti pulang kerja beliin aku bunga kantil ya?" ucap Marni membuat Amar tiba-tiba menghentikan langkahnya
"Buat apa??" tanyanya penasaran
"Oh itu, nanti malam itu weton ibuku, aku sudah biasa membuat jamuan untuk ibu," jawab Marni
"Ok," jawab Amar dengan senyuman yang di paksakan
"Mas, itu ada bunga melati tolong ambilkan," ucap Marni menunjuk kearah segerombolan bunga melati yang tengah mekar
Amar pun segera memetik bunga itu dan memberikan kepadanya. Marni menghirup wangi bunga itu kemudian memakannya hingga habis.