NovelToon NovelToon
Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat

Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Fantasi Wanita
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Pinky, gadis rusuh dan ceplas-ceplos, tergila-gila pada Dev Jaycolin meski cintanya selalu ditolak. Suatu kejadian menghancurkan hati Pinky, membuatnya menyerah dan menjauh.

Tanpa disadari, Dev diam-diam menyukai Pinky, tapi rahasia kelam yang menghubungkan keluarga mereka menjadi penghalang. Pinky juga harus menghadapi perselingkuhan ayahnya dan anak dari hubungan gelap tersebut, membuat hubungannya dengan keluarga semakin rumit.

Akankah cinta mereka bertahan di tengah konflik keluarga dan rahasia yang belum terungkap? Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat adalah kisah penuh emosi, perjuangan, dan cinta yang diuji oleh takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Seorang pria paruh baya berjalan mendekati Pinky dengan langkah tegap, wajahnya memancarkan otoritas yang sulit dilawan. "Pinky, kenapa kau diam saja? Pergi sana, layani pelanggan kita!" perintahnya tegas tanpa memberi ruang untuk protes.

Pinky menatap pria itu dengan ragu, ingin sekali menghindari situasi yang sedang dihadapinya. "Manager, apa bisa aku tidak layani mereka?" tanyanya penuh harap, meski ia tahu jawabannya takkan sesuai dengan keinginannya.

Pria itu mendengus, kedua tangannya menyilang di dada. "Kau hanya pelayan di sini. Kalau tidak mau kerja lagi, lebih baik pergi!" jawabnya keras, mengakhiri percakapan tanpa ampun.

Pinky menggigit bibirnya, menahan rasa enggan yang bergelora di dadanya. Dengan langkah berat, ia berjalan menuju meja di mana ayahnya sedang duduk bersama selingkuhannya dan putri mereka. Semua perasaan yang selama ini ia tekan mulai muncul ke permukaan, namun ia tetap mencoba menjaga profesionalismenya.

"Tuan, Nyonya, apakah ingin pesan sesuatu?" tanyanya sambil membawa nota dan pulpen, mencoba mengalihkan perhatian dari hubungan pribadi mereka.

Mark, ayahnya, tampak terkejut melihatnya. "Pinky, kenapa kamu di sini?" tanyanya dengan nada hampir tidak percaya.

Pinky mengangkat alis. "Tuan, saya sedang bekerja di sini. Semua orang juga bisa melihatnya," jawabnya, menatap ayahnya dengan pandangan tajam yang sarat akan perasaan tertahan.

Sementara itu, Jenny, anak dari selingkuhan ayahnya, tersenyum tipis dengan kepura-puraan yang jelas terlihat. "Kakak, kita bertemu lagi. Aku ingin pesan Pyttipanna," katanya dengan nada sok ramah yang membuat Pinky ingin muntah.

Beberapa saat kemudian, makanan dihidangkan sesuai pesanan mereka. Pinky mencoba menahan perasaannya, meskipun suasana di meja itu begitu menyesakkan.

"Kakak, dagingnya terlalu keras, aku tidak bisa kunyah," keluh Jenny dengan nada manja yang dibuat-buat.

Pinky, yang sudah hampir kehilangan kesabarannya, menjawab tegas. "Nona, dagingnya direbus dulu. Mana mungkin bisa keras?"

Namun, selingkuhan ayahnya, Sania, langsung menimpali dengan senyum tipis yang pura-pura ramah. "Pinky, maaf. Gigi Jenny sedang sakit. Oleh sebab itu, dia tidak bisa makan yang sedikit kenyal atau keras. Apakah bisa ganti?"

Pinky menarik napas panjang, berusaha menahan amarah. "Baiklah, Nyonya," jawabnya singkat sebelum berlalu ke dapur untuk mengganti makanan itu.

Beberapa saat kemudian

Ketika makanan baru dihidangkan, Jenny mencicipi kuahnya dengan ekspresi berlebihan. "Terlalu asin," katanya sambil memutar mata.

Pinky menghela napas dalam, matanya menyipit penuh emosi yang ia coba pendam. "Garamnya tidak sampai satu persen, mana mungkin asin," jawabnya, kali ini tidak bisa menyembunyikan nada protes dalam suaranya.

Mark, ayahnya, segera angkat suara. "Pinky, sebagai pelayan harus profesional. Kalau pelanggan protes, kau harus menggantinya, bukan membela diri."

"Iya, Tuan," jawab Pinky dengan suara yang nyaris bergetar karena menahan emosi.

Setelah mengganti makanan itu berkali-kali, Jenny masih saja mengeluh, kali ini lebih keras sehingga menarik perhatian pelanggan lain. "Bagaimana restoran kalian menghidangkan makanan? Tidak enak sekali!" ketusnya.

Pinky mencoba menjawab dengan sabar, tetapi nada suaranya tak lagi bisa menyembunyikan rasa kesal. "Nona, kami sudah ganti makanan sesuai pesananmu."

Sania tidak tinggal diam. Dengan nada yang jelas memprovokasi, ia menyindir Pinky. "Apakah pelayan restoran ini sangat keras kepala? Apa pun yang kita minta pasti tidak sesuai dan suka melawan."

Mark menatap putrinya dengan ekspresi marah. "Pinky, ganti makanannya lagi! Jangan membantah!"

Pinky menatap ayahnya dengan pandangan dingin. "Ini sudah diganti kelima kali. Kalau ganti terus juga tidak ada gunanya kalau orangnya sengaja ingin mempersulit," jawabnya dengan nada tegas yang akhirnya mencerminkan perasaan sebenarnya.

Sania memasang wajah sedih yang jelas dibuat-buat. "Mark, apakah Pinky menaruh dendam padaku, dan iri pada Jenny sehingga dia sengaja melawan kita?"

Jenny pun ikut berakting. "Papa, Mama, aku tidak sangka aku dibenci oleh kakakku sendiri. Aku sangat sedih."

"Baiklah, akan kuganti yang baru. Tidak perlu banyak drama," kata Pinky akhirnya, menyembunyikan rasa sakit di balik senyum paksa.

Di dapur, Pinky mengambil makanan yang sudah ia ganti sebelumnya, mencampurkannya lagi dengan kuah baru tanpa mengubah apa pun. Ia mengambil lada, sambal cabai dan mencampur ke kuah tersebut. Ia berbisik pada dirinya sendiri dengan nada pahit. "Biar kau rasakan. Kau sengaja mempermalukan aku. Aku juga tidak akan sungkan membalasmu."

Jenny mencicipi kuah dengan sendok perak kecil, bibirnya langsung mengerucut sebelum wajahnya memerah seperti kepiting rebus. "Aahhh! Pedas sekali!" teriaknya tiba-tiba, suaranya melengking sehingga menarik perhatian hampir semua pengunjung restoran. Ia buru-buru meneguk minumannya dengan napas terengah-engah.

Sania, yang duduk di sebelahnya, melayangkan pandangan tajam ke arah Pinky. "Bagaimana kalian memasak? Kenapa bisa begitu buruk rasanya?" tanyanya dengan nada tinggi, membuat suasana semakin tegang.

Pinky, yang sejak tadi sudah hampir kehilangan kesabarannya, melangkah mendekat. Matanya menyala, menatap tajam ke arah wanita itu. "Aku bukannya tidak tahu kalau kalian datang ke sini hanya untuk pamer kemesraan di hadapanku. Kalian juga sengaja ingin mempersulit aku!" ucapnya dengan suara tinggi, tanpa peduli semua pengunjung kini menoleh ke arah mereka.

Mark, ayahnya, berdiri dari kursinya dengan marah. "Pinky! Apa kau bisa bersikap sopan? Jangan membuat keributan!" bentaknya dengan nada memerintah, mencoba mengambil kendali situasi.

Namun, Pinky tak gentar. Ia melangkah selangkah lebih dekat, menatap ayahnya dengan pandangan penuh kebencian. "Anakmu sejak tadi sengaja berulah, kenapa kau diam saja dan malah menegurku? Bukankah jelas mereka yang memulai!" balasnya, suaranya bergetar penuh emosi.

Sania tersenyum kecil, jelas senang memprovokasi situasi ini. "Mark, sudah kukatakan ini adalah kesengajaan. Dia ingin mempermalukan kita," ucapnya dengan nada pura-pura prihatin.

Jenny, yang masih merengek sambil memegang gelasnya, ikut angkat bicara. "Kakak, aku tahu kakak tidak suka padaku selama ini. Mungkin kakak iri. Tapi jangan gunakan cara ini untuk membalasku. Makanan ini jelas tidak cocok untukku," katanya dengan nada penuh kepura-puraan, suaranya terdengar seolah hendak menangis.

Pinky tak lagi bisa menahan emosinya. Ia mendekat dengan langkah cepat, tangannya langsung mengambil makanan di meja dan mencipratkannya ke wajah Jenny. "Kalau tidak cocok, tidak usah makan! Dasar anak selingkuhan tidak tahu malu!" teriak Pinky dengan penuh kemarahan.

Jenny berteriak kaget, memegang wajahnya yang berlumuran makanan. "Mama! Kakak gila!" pekiknya.

Sania langsung berdiri, wajahnya memerah karena marah. "Apa kau sudah gila?" bentaknya sebelum tangan kanannya melayang ke wajah Pinky.

Plak!

Tamparan keras itu membuat kepala Pinky sedikit terhuyung, namun matanya tetap menatap tajam tanpa sedikit pun menunjukkan rasa takut.

"Hanya pelayan saja berani melawan! Aku akan memastikan kau dipecat hari ini juga!" ketus Sania, sambil buru-buru mengelap wajah Jenny yang masih merintih.

"Mama, mataku perih! Wajahku sakit juga!" rengek Jenny sambil terus memegangi pipinya.

Namun, Pinky yang ditampar tidak tinggal diam. Dengan cepat, ia menarik tangan Jenny hingga gadis itu mendekat. Tanpa ragu, tangannya melayang keras ke wajah Jenny.

Plak!

Tamparan keras itu menggema di restoran, membuat beberapa pengunjung berteriak kaget. Jenny terkapar dan memegang pipinya yang memerah.

"Aaahh!" Jenny hanya bisa menangis, suaranya bercampur dengan rasa sakit dan penghinaan.

"Kau berani menyentuh putriku?" Sania berteriak dengan kemarahan yang membara, matanya menatap Pinky seperti ingin membakar gadis itu hidup-hidup.

Pinky menyeringai sinis. "Hanya anak selingkuhan. Untuk apa aku takut?" balasnya tanpa sedikit pun gentar.

Mark maju mendekat, wajahnya merah padam. "Pinky! Siapa yang mengajarmu bersikap seperti ini?" bentaknya sebelum tangannya melayang ke pipi Pinky dengan keras.

Plak!

Tamparan itu lebih keras dari sebelumnya. Pinky memegang pipinya yang kini memerah, matanya basah karena kaget dan marah. Ia menatap ayahnya dengan pandangan yang sulit diterjemahkan. "Kau menamparku demi anak selingkuhanmu? Padahal kau tahu mereka sengaja mempersulit aku!" serunya dengan nada penuh luka.

Mark tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala dengan kecewa. "Semakin dewasa kau bersikap semakin kurang ajar dan tidak sopan," balasnya dingin.

Namun, Pinky sudah tak peduli lagi. Dengan cepat, tangannya melayang ke wajah Sania, memberikan tamparan keras yang membuat wanita itu terpental beberapa langkah ke belakang.

Plak!

Sania memegang pipinya, matanya membelalak kaget. Ia tidak pernah menyangka akan ditampar oleh Pinky, seorang gadis muda yang selama ini ia remehkan dan jauh lebih muda darinya.

Pinky menatapnya dengan tatapan membara. "Ini adalah tamparan untuk wanita tidak tahu malu," ucapnya penuh emosi, napasnya memburu karena marah yang membuncah.

Restoran yang semula penuh dengan obrolan riuh kini sunyi senyap. Semua mata tertuju pada mereka, tak percaya dengan drama yang baru saja terjadi.

1
wiemay
keadilan harus ditegakkan
Nur Adam
lnju
yuning
pinky kamu luar biasa
Bu Kus
salut sama pinky dengan berani bisa lawan papa dan selingkuhan papa nya hebat pinky terus lah berjuang demi masa depan mu dan mama mu pinky
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
masih penasaran..lanjut² makin seru pinky berdiri di kaki nya sendiri tanpa bantuan orang lain..semangat
yuning
semoga Dev segera membantu kamu
Bu Kus
bagus pinky lawan jangan mau di salah kan dan di kalahkan buat mereka nyesel
wiemay
kusuka dg pinky
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
keren keren.lanjut thor..aku suka
Lasman Silalahi
lanjut
Bu Kus
makan Sania jangan jahat Mulu jadi orang sekarang dapat karma kan
Bu Kus
pinky semakin gercep aja ayo pinky Pepet terus sampe Dev luluh hati nya
Dini Anggraini
Sania bisa2nya menyalahkan pinky padahal dia yang mau menjebak pinky tapi yang kena Jenny senjata makan tuan masih saja salahkan pinky semoga Sania segera di penjara bersama Jenny juga Thor heran orang kok jahat banget sudah jadi pelakor sekarang merasa jadi korban.
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
wah ayo pinky kita jadi mafia.😁🤭🤭🤭
Isnanun
kok bisa jadi tersangka
Yanti
good novel aku selalu suka karya mu Thor tapi 1 Thor agak maksa update nya jangan lama2 ya 🤭🤭🙏🙏😄
yuning
Dev bantu pinky
yuning
maju terus pantang mundur pinky 😍
Lasman Silalahi
lanjut
wiemay
wah dapat lampu hijau nih dr camer
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!