“Ah. Jangan tuan. Lepaskan saya. Ahhh.”
“Aku akan membuatmu mendesah semalaman.”
Jasmine Putri gadis kampung yang berkerja di rumah milyarder untuk membiayai kuliahnya.
Naas, ia ternoda, terjebak satu malam panas bersama anak majikannya. Hingga berakhir dengan pernikahan bersama Devan anak majikan tampannya.
Ini gila. Niat kuliah di kota malah terikat dengan milyarder tampan. Apakah Jasmine harus bahagia?
“Aku tidak akan pernah menerima pernikahan ini,” tekan Devan frustasi menikah dengan pelayan.
“Aku harus menemukan dia.” Kenang Devan tentang gadis misterius yang menyelamatkan tiga tahun lalu membuatnya merasa berhutang nyawa.
Bagaimana pernikahan Jasmine dengan Devan anak majikannya yang dingin dan jutek namun super tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Wawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikut
“Iya tunggu sebentar lagi Lun. Aku akan segera kesana,” ucap Jasmine menjepit ponsel di antara telinga dan leher dalam sambungan telepon, sembari sebelah tangan memegang kemoceng untuk membersihkan debu di rak buku.
Jasmine menghela napas berat saat panggilan telepon terputus. Luna telah mengoceh karena sejak tadi menunggu Jasmine namun yang ada Jasmin masih tertahan dengan tugasnya.
Jasmine masih membersihkan ruangan kerja Devan.
“Ugh, akhirnya selesai juga,” gumam Jasmine lega.
“Akhirnya aku bisa jalan-jalan juga.”
“Ah. Aku harus memberi tahu pada tuan Devan, perkerjaanku telah selesai.” Jasmine bergegas keluar dari ruangan untuk menemui Devan. Memberi laporan agar ia cepat terbebas. Lalu segera menyusul Luna.
****
Jasmine telah berada di ruangan di mana Devan dan Raline berbincang. Langkah kaki Jasmine seketika melambat, manik matanya menatap lekat pada perempuan yang berada di samping Devan.
“Wah apa itu Nona Raline, sahabat tuan Devan dari kecil? Wah, dia sangat cantik. Benar kata Rena dia bak dewi, cantik, bentuk tubuhnya idealnya, terlihat sangat anggun,” gumam Jasmine terpukau. Dia memang sering mendengar nama Raline di sebut oleh pelayan namun dia tidak pernah melihat perempuan cantik itu secara langsung karena Jasmine hanya pelayan bertugas di bagian dapur.
“Mereka sangat serasi, tampan dan cantik,” gumam Jasmine memperhatikan keduanya bercengkeraman, senyum di wajah Devan saat bersama dengan Raline. Jasmine melihat itu Hingga tak sadar dia telah berada di dekat Devan dan Raline yang asik mengobrol tak menghiraukan apa-pun.
Jasmine tersadar. Oh, astaga ini bukan saatnya mengagumi mereka. Dia harus melaporkan tugasnya telah selesai. Agar cepat pergi untuk menemui Luna.
“Tuan,” sapa Jasmine menyela obrolan mereka.
Devan menatap Jasmine raut wajah pemuda tampan itu seketika berubah galak berbeda saat berhadapan dengan Raline.
“Ada apa?” ketus Devan.
"Tugasku sudah selesai tuan, ruang kerja tuan sudah bersih ...."
Prank ....
Suara pecahan kaca terdengar mengema membuat Jasmine dan Devan tersentak lalu kompak menatap ke arah sumber suara. Terlihat pecahan gelas yang terburai di bawa kaki Raline yang duduk mematung menatap Jasmine lekat.
“Raline astaga! Hati-hati,” sentak Devan panik melihat pecahan bekas gelas tepat depan kaki Raline.
“Ada apa denganmu?”
Raline tersentak dari lamunannya kini berganti menatap Devan.
“Ma ... maaf aku tidak sengaja. Aku tidak memegang gelas itu dengan benar,” jelas Raline gelagapan, gelas di tangannya seketika jatuh saat melihat Jasmine datang di antara mereka.
“Kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?” tanya Devan cemas.
Raline menggelengkan kepala mengukir senyum. “Aku tidak apa-apa,” Tak lama netra kembali mengarah pada Jasmine.
“Van dia?” tanya Raline penuh arti terus menatap Jasmine.
“Dia pelayan di rumah ini,” jelas Devan singkat.
Devan pun menatap Jasmine yang diam meneliti kedekatan Raline dan Devan. Bagaimana Devan sangat mencemaskan Raline. Oh sweet sekali.
“Apa yang kau lihat. Cepat bersihkan itu!” perintah Devan ketus.
“Ha.” Jasmine tersadar. "Baik tuan," dengan cepat berjalan mengambil peralatan untuk membersihkan pecahan gelas.
“Ya ampun, Kenapa aku jadi harus membersihkan lantai sih. Kan aku harus pergi, Luna sudah menungguku sejak tadi.” batin Jasmine gemas. "Ada apa dengan nona Raline? Apa dia terkejut melihatku," gumam Jasmine lagi.
Beberapa saat kemudian Jasmine kembali membawa peralatan kebersihan dan mulai membereskan pecahan gelas.
Sementara itu Devan dan Raline
masih melanjutkan obrolan, namun berbeda dengan tadi Raline terlihat tak fokus. Netranya sesekali mengarah pada Jasmine yang sedang membersihkan lantai.
“Van. Bagaimana kalau kita keluar aja jalan-jalan, kita ke mall,” ajak Raline terlihat tak nyaman sejak melihat Jasmine.
“Jalan-jalan,” ulang Devan wajah tampannya berubah malas. Ya, Devan sedang tidak ingin ke mana pun. Dia hanya ingin di rumah melancarkan aksi untuk membuat pelayan yang sedang membersihkan lantai di hadapannya itu menyerah, dia ingin secepatnya Jasmine melambaikan tangan tanda menyerah. “Raline aku sedang ...” Ucapan Devan terhenti.
“Ayolah temani aku,” bujuk Raline dengan nada suara terdengar lembut mendayu.
Devan menghela napas berat sejak dulu dia tidak bisa menolak apa-pun keinginan Raline.
“Ya baiklah,” balasnya.
Jasmine yang berada di antara mereka terkesiap mendengar ucapan Devan. Wah ternyata di depan Raline pemuda itu sangat patuh, tak terlihat arogan sama sekali. Ternyata Devan bisa bersikap manis.
Hati Jasmine berdecak senang mendengar Devan akan pergi dari rumah. Itu berarti dia bisa bebas untuk sesaat.
Yess.
“Luna tunggu aku,” batin Jasmine girang. Senyum mereka menghiasi wajahnya sembari tangannya mempercepat gerakan mengepel lantai.
“Hei. Ada apa denganmu!” seru Devan saat melihat Jasmine tersipu sendiri.
“Tidak ada tuan.” Jasmine menggelengkan kepala.
Senyum sinis menghiasi wajah Devan “Kau pikir aku tidak tahu isi kepalamu. Kau pikir bisa terbebas dariku. Aku akan terus menekanmu hingga kau menyerah,” batin Devan.
“Bersiaplah kau akan ikut bersama kami,” tekan Devan memberi perintah.
Jeduar
Jasmine tersentak kaget, mengerjapkan mata mencerna kata. Apa! Bagaimana-bagaimana tadi? Apa yang pemuda itu katakan dia ikut bersama mereka.
Oh astaga untuk apa ia ikut?
Lalu bagaimana janjinya dengan Luna? Dan
Bagaimana dengan ayam goreng crispy yang menjadi targetnya sejak tadi?
Masa gagal sih. Ahh. sungguh menyebalkan ...
Like, Coment.
pelabuhan terakhir cinta Nathan Wang