Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
"Arsen kemana ya? Sampai jam 12 kenapa belum pulang." Naya tidak bisa tidur karena sampai tengah malam Arsen belum juga pulang. Bahkan dia sudah menghubungi nomor Arsen berulang kali tapi nomornya tidak aktif. Naya takut terjadi apa-apa dengan Arsen. Bagaimana kalau Arsen ikut balapan lagi dan celaka?
Naya kini turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya. Dia menunggu Arsen di ruang tamu dengan gelisah.
Beberapa saat kemudian terdengar suara motor Arsen berhenti di depan rumah. Naya segera membuka pintu rumahnya. Dia melihat Arsen turun dari motornya dengan sempoyongan. Saat Arsen mendekat tercium bau alkohol yang sangat pekat.
"Arsen kenapa lo mabuk lagi?"
"Peduli apa lo sama gue." Arsen masuk ke dalam rumah dengan langkahnya yang gontai. Dia kini masuk ke dalam kamar dan melepas jaketnya.
"Arsen, gue gak suka lo mabuk gini. Lo jangan tidur di kamar. Lo bau alkohol." Naya menarik tubuh Arsen tapi Arsen justru mendorong Naya dengan kasar hingga dia terjatuh.
"Lo aja yang keluar dari sini!" bentak Arsen dengan keras. "Buat apa lo bertahan sama gue! Lo sekarang udah punya penghasilan. Lo udah bisa hidup sendiri!"
Mendapat bentakan dari Arsen seketika Naya menangis. Baru kali ini Arsen berkata kasar padanya. Bahkan Arsen sudah berani mendorongnya.
"Lo ingin gue pergi dari sini?" Naya berdiri sambil menghapus asal air matanya.
"Iya! Lo pergi aja sana! Jangan kembali lagi sama gue!"
Seketika Naya mengambil kopernya dan memasukkan beberapa pakaiannya. "Oke, gue akan pergi sekarang juga!" Meski dia sendiri tidak tahu harus pergi kemana di tengah malam itu.
Arsen kini menghempaskan tubuhnya di atas ranjang sambil memijat kepalanya yang terasa sangat pusing.
Sedangkan Naya memakai jaketnya lalu keluar dari rumah sambil membawa tas dan kopernya. Dia tidak tahu harus kemana malam itu?
Naya kini berjalan di pinggir jalan sendirian. Sebenarnya dia takut, tapi mau bagaimana lagi. Dia tidak suka dengan sikap Arsen yang kasar seperti itu. Meskipun dia tahu Arsen dalam pengaruh minuman keras tapi tetap saja dia sakit hati mendengar bentakan dan usiran dari Arsen.
"Gue kira lo udah berubah. Ternyata lo masih sama seperti dulu." Naya kembali mengusap air matanya dan berjalan pelan.
"Apa untuk sementara gue ke rumah Rani aja baru gue cari kos besok."
Naya mengambil ponselnya dan mencoba memesan ojek online tapi tidak ada driver yang menerimanya. "Trus ini gimana?"
Naya melihat sekitar tempat itu. Jalanan sangat gelap, dia semakin takut. Dia melangkahkan kakinya menuju ke arah rumah Rani meski sangat jauh dari tempat itu.
Tiba-tiba ada tiga orang preman yang mendekat dengan senyum menyeringainya.
"Tengah malam kenapa jalan sendiri?"
"Open B.O?"
"Atau mau sama kita secara gratis?"
Tiga preman itu semakin mendekati Naya bahkan sudah berani menyentuhnya.
Naya memundurkan langkahnya. Dia dalam bahaya. Kemudian Naya mengangkat koper itu dan melempar koper itu hingga menimpa mereka bertiga lalu dia berlari sekuat tenaganya tanpa arah karena preman-preman itu tetap mengejarnya.
"Hai, jangan kabur!"
***
Arsen kini membuka matanya, kemudian dia duduk di tepi ranjang. Kepalanya masih terasa sangat berat.
"Apa yang udah gue katakan sama Naya? Harusnya gue gak usir Naya."
Arsen berdiri lalu dia berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih.
Setelah meminum air putih sampai dua gelas, Arsen masuk ke dalam kamar mandi dan mengguyur kepalanya dengan air agar kesadarannya pulih.
Kemudian dia mengambil ponselnya dan menghubungi Naya tapi tidak juga diangkat Naya sampai beberapa kali panggilan. Perasaan Arsen semakin tidak tenang. Dia melihat jam yang hampir menunjukkan pukul satu.
"Naya kemana jam segini? Tega banget gue usir dia tengah malam." Arsen membuang napas kasar lalu dia keluar dari rumahnya.
Setelah menutup pintu dan menguncinya, dia segera mengendarai motornya dan mencari Naya.
Dia hanya melaju pelan sambil melihat ke kanan dan ke kiri.
"Maafin gue, Nay. Semoga lo gak kenapa-napa." Perasaan Arsen semakin tidak tenang. Dia terus mencari Naya dan menyusuri jalanan yang gelap itu.
Dia kini menghentikan motornya saat melihat koper Naya ada di tengah jalan.
"Itu koper Naya." Arsen turun dan mengambil koper itu. Dia melihat sekeliling tempat itu yang sangat gelap dan sepi karena tidak ada satupun rumah warga. Hanya ada gudang dan beberapa pabrik.
"Naya!" panggil Arsen dengan keras. "Nay, lo dimana?"
Arsen mengacak rambutnya karena kesal dengan kebodohannya mengusir Naya. "Shits! Kalau sampai terjadi apa-apa sama Naya, ini semua salah gue!"
Kemudian Arsen kembali menaiki motornya sambil membawa koper Naya. Dia mencari Naya dan terus menelusuri jalanan itu dengan hati yang tidak tenang.
***
Naya terus berlari tak tahu arah tujuannya karena tiga preman itu terus mengejarnya dan semakin dekat.
Dia kini menyeberang jalan tanpa melihat ada sebuah motor yang sudah sangat dekat dan nyaris menabraknya.
Naya menutup kedua matanya saat ban motor itu berhenti tepat di samping kakinya.
"Sorry, kamu gak papa kan?" tanya pria itu.
Seketika Naya membuka matanya. Dia melihat ketiga preman itu semakin dekat. Dengan cepat Naya naik ke boncengan pria itu.
"Tolong aku, aku dikejar mereka."
Pria itu kembali melajukan motornya dengan kencang hingga membuat ketiga preman itu akhirnya menepi.
Naya menghela napas panjang, dengan begini preman-preman itu tidak mungkin mengejarnya. Tapi apakah orang yang menolongnya itu adalah orang baik atau dia sama saja dengan mereka?
"Kamu mau kemana?" tanya pria itu.
Naya tak menjawabnya. Sebenarnya dia ingin ke rumah Rani tapi jalan yang dilalui pria itu semakin berlawanan arah dengan rumah Rani.
"Kok diam? Jangan takut sama aku. Rumah kamu dimana? Ayo, aku antar."
"Aku pergi dari rumah. Aku mau cari tempat kos. Kamu tahu tempt kos daerah sini."
"Oke. Di dekat rumah aku ada tempat kos. Kita ke sana saja sekarang."
Naya menganggukkan kepalanya. Sepertinya pria yang menolongnya itu memang baik. Ya, semoga saja memang benar-benar baik.
Beberapa saat kemudian, motor itu berhenti di depan sebuah kos-kosan yang berjajar dan lumayan banyak.
"Kebetulan ini kos putri. Sebentar aku ambilkan kuncinya."
Naya menatap pria itu, sepertinya dia pemilik tenmpat kos itu.
"Koper gue hilang. Untunglah dompet dan hp gue ada dalam tas ini."
Beberapa saat kemudian pria itu datang dan membuka kamar kos yang di dalamnya sudah lengkap dengan tempat tidur dan lemari.
"Ini berapa sebulannya?"
"Kamu istirahat saja dulu. Besok saja kita bahas. Oiya, kenalkan nama aku Virza." kata Virza sambil mengulurkan tangannya.
Naya membalas jabatan tangan Virza hanya sesaat. "Aku Naya."
"Ya sudah, besok kalau ada perlu langsung ke bengkel yang ada di seberang jalan ya. Kalau siang aku stay di sana."
Naya menganggukkan kepalanya. "Makasih, Kak."
"Sama-sama."
Setelah Virza pergi, Naya kini masuk ke dalam kamar kos itu. Setelah menutup pintu dan menguncinya. dia kini merebahkan dirinya di atas kasur busa itu.
"Untunglah masih ada orang baik yang nolong gue. Arsen, mulai sekarang gue gak akan hidup sama lo lagi."
💕💕💕
.
Like dan komen ya....
🥰😘