Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert Group.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemenangan Bersama
Setelah kesuksesan Project Zenith, hubungan Alya dan David semakin menguat. Mereka tak hanya berhasil memenangkan proyek besar, tetapi juga semakin sering menghabiskan waktu bersama, baik di kantor maupun di luar jam kerja. Mereka mulai menjelajahi kota, mencoba berbagai restoran, dan merencanakan liburan bersama. Suatu sore, di kafe favorit mereka, sambil menikmati secangkir kopi, Alya mulai berbicara tentang mimpi besarnya.
"Aku selalu ingin membantu orang-orang yang kurang beruntung," kata Alya dengan mata yang berbinar. "Aku ingin menggunakan keahlian dan pengalaman yang kumiliki untuk membuat perbedaan di dunia."
David mendengarkan dengan seksama, merasa terkesan dengan semangat Alya. Ia tahu betapa besar hati Alya dalam membantu sesama, dan itu membuatnya semakin mengagumi wanita itu.
"Itu ide yang sangat bagus, Alya," kata David, menggenggam tangan Alya dengan penuh perhatian. "Aku akan mendukungmu sepenuhnya. Kita bisa bekerja sama untuk mewujudkannya."
Alya tersenyum lebar, merasa bahagia dengan dukungan David. “Aku ingin membuka yayasan amal, yang akan membantu anak-anak dan keluarga yang membutuhkan. Aku rasa, ini bisa menjadi cara kita memberi kembali kepada masyarakat."
David mengangguk, matanya berbinar. "Aku tahu kamu memiliki hati yang besar, Alya. Kita bisa melakukan banyak hal baik bersama."
“David,” kata Alya, dengan suara lembut, “bisakah kita menggunakan nama kita untuk yayasan ini? Seperti, Yayasan Alya & David?”
David mengerutkan kening, sedikit bingung dengan ide itu. “Nama kita? Maksudmu, untuk yayasan amal ini?”
"Ya," jawab Alya, dengan senyum yang tulus. “Aku pikir, ini akan menjadi cara yang sangat personal bagi kita. Yayasan yang menggambarkan komitmen kita untuk bekerja sama dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.”
David terdiam sejenak, berpikir. Setelah beberapa detik, ia tersenyum lebar. "Aku suka ide itu, Alya. Ini sangat bermakna, dan itu akan menunjukkan betapa kita berdua percaya pada misi ini."
Alya merasa lega mendengar dukungan David. "Kita bisa memulai yayasan ini setelah kita menikah, sebagai hadiah pernikahan kita, dan sebagai cara kita berkontribusi kepada masyarakat."
David tersenyum mendengarnya. "Aku setuju, kita akan membuat yayasan ini menjadi legasi yang bermakna bagi kita berdua. Ini akan menjadi sesuatu yang kita banggakan selamanya."
Mereka berdua terdiam sejenak, meresapi kata-kata itu. Rasanya, mereka sudah memiliki segalanya—sukses di pekerjaan, hubungan yang semakin kuat, dan sekarang, mimpi besar untuk membantu orang lain. Rencana mereka semakin jelas, dan semangat mereka semakin membara.
Alya melanjutkan, “Kita bisa mulai dengan program pendidikan, untuk membantu anak-anak yang tidak mampu mendapatkan pendidikan yang layak. Dan mungkin juga program kesehatan untuk keluarga yang kurang mampu.”
David mengangguk, menyetujui setiap ide yang diungkapkan Alya. "Itu kedengaran luar biasa, Alya. Kita bisa bekerja sama dengan berbagai lembaga, mencari mitra yang peduli, dan mulai menggalang dana untuk memulai program pertama kita."
Mereka terus berbicara tentang berbagai ide dan visi mereka untuk yayasan amal itu. Mereka membahas program-program yang bisa dijalankan, termasuk beasiswa untuk anak-anak berprestasi namun tidak mampu, serta penyuluhan kesehatan untuk keluarga di daerah terpencil.
“Dan kita juga bisa mengadakan acara penggalangan dana,” tambah Alya. “Seperti gala dinner atau konser amal, untuk mengumpulkan dana yang lebih besar.”
David setuju. "Kita bisa melibatkan banyak orang dari berbagai kalangan, dan tentunya, kita juga bisa melibatkan karyawan Albert Group. Mereka pasti akan sangat senang mendukung inisiatif ini."
Percakapan mereka berjalan dengan sangat hangat, penuh antusiasme dan kepercayaan bahwa apa yang mereka rencanakan bisa menjadi kenyataan. Mereka berbicara dengan semangat, berbagi ide tentang bagaimana menjalankan yayasan, mencari cara agar yayasan itu bisa bertahan lama dan memberikan dampak besar.
"Bagaimana dengan nama program pertama kita?" tanya Alya, penasaran.
David tersenyum. "Mungkin kita bisa menyebutnya 'Harapan Baru'—program yang memberi harapan bagi mereka yang membutuhkan."
"Harapan Baru," ulang Alya, sambil merenung. "Aku suka itu. Itu menggambarkan apa yang kita inginkan untuk berikan kepada orang-orang."
Mereka terus membicarakan detail yayasan mereka, dari struktur organisasi hingga cara untuk menjalin hubungan dengan organisasi non-profit lainnya. Semakin mereka membicarakan yayasan ini, semakin mereka merasa yakin bahwa ini adalah langkah yang tepat.
Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Mereka sudah menghabiskan berjam-jam di kafe, berbicara tentang masa depan mereka yang lebih besar dari sekadar pekerjaan dan kehidupan pribadi.
“Alya,” kata David, sambil memandangnya dengan serius, “aku sangat bangga padamu. Tidak hanya karena apa yang kamu capai di pekerjaan, tetapi juga karena kamu memiliki hati yang begitu besar untuk membantu orang lain. Aku sangat beruntung bisa berbagi hidup denganmu.”
Alya tersenyum lembut, menyentuh tangan David. “Aku juga sangat beruntung memiliki seseorang seperti kamu. Kamu selalu mendukung setiap mimpiku, dan itu membuatku merasa sangat dihargai.”
David menggenggam tangan Alya dengan lebih erat, dan mereka saling tersenyum. "Aku ingin selalu mendukungmu, Alya. Apa pun yang terjadi, kita akan melakukannya bersama-sama."
Alya merasa hangat di dalam hati. Ia tahu, dengan David di sisinya, mereka bisa melakukan hal-hal besar—baik di dunia bisnis maupun dalam memberi kembali kepada masyarakat. Dengan yayasan yang mereka rencanakan, mereka tidak hanya akan meninggalkan warisan pribadi mereka, tetapi juga mengubah banyak kehidupan menjadi lebih baik.
“Mari kita buat dunia ini lebih baik, David,” kata Alya, dengan penuh keyakinan. “Bersama-sama, kita bisa mencapainya.”
David mengangguk, matanya penuh semangat. “Aku setuju. Bersama-sama, kita bisa membuat perubahan.”
Mereka menghabiskan sisa sore itu dengan berbicara tentang lebih banyak ide dan rencana. Semua terasa sangat nyata bagi mereka. Masa depan yang penuh dengan cinta, kebahagiaan, dan kontribusi positif kepada dunia.