GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14.
Gavin sampai disekolah Redyna lima belas menit yang lalu. Dia masih berada didalam mobil, menunggu sang pujaan hati yang belum keluar dari sekolah nya.
Gavin tidak akan pernah menyerah begitu saja untuk mendapatkan Redyna, mau bagaimana pun gadis itu harus tetap menjadi milik nya.
Ditolak dengan alasan klasik tentu nya tidak menyurutkan semangat Gavin untuk mempersunting Redyna sebagai istri nya. Justru karena itulah adrenalin nya semakin terpacu untuk mendapatkan gadis itu dengan cara apapun,segala cara akan ia halalkan untuk membuat Redyna menjadi istri nya nanti.
Mata tajam milik Gavin terus bergulir, menelusuri pekarangan SMA ALZERO, siapa tahu Redyna, gadis nya belum pulang. Akan tetapi kondisi dari sekolah swasta ini sudah tampak sepi.
Apa mungkin Redyna sudah pulang? Gavin rasa belum, karena ia telah menunggu sejak lama,dan selama mata nya aktif memantau gerbang sekolah itu,ia tidak menemukan tubuh mungil dengan rambut sebahu itu keluar dari sana.
" kamu nggak bakal bisa lepas dari saya, sayang", ucap Gavin.
Kemudian pria itu mengambil ponsel nya, Gavin tersenyum miring ketika melihat pesan terakhir yang dikirim nya tidak mendapat balasan. Ya dia hanya memberi tahu bahwa ia adalah orang yang melamar Redyna tempo hari. Seharusnya Redyna memberi balasan atas pesan nya itu,bukan hanya membaca nya saja.
Gavin menekan ikon telepon yang ada disebelah nama sang gadis, jika Redyna tidak ingin membalas pesan nya,maka Gavin akan menerornya lewat panggilan telepon.
Hingga Gavin melakukan enam kali panggilan, tapi Redyna tetap tidak mengangkat nya. Tidak sengaja mata pria itu menangkap sesosok gadis yang sama persis seperti Redyna. Mulai dari postur tubuh, rambut,serta cara jalannya, sudah pasti itu Redyna.
" kalau kali ini kamu nggak angkat telpon dari saya, dengan terpaksa kamu bakal saya culik detik ini juga", Gavin kembali menelpon Redyna.
Dapat dilihat jika gadis itu sedang menatap ponsel nya cukup lama. Beberapa panggilan masuk dari nomor yang sama terus memenuhi ponsel nya, Redyna tampak ragu untuk mengangkat panggilan itu. Atas sedikit keberanian yang dimiliki nya,ia pun mengangkat panggilan itu.
" hallo,"sapa Redyna terhadap orang yang menelpon nya diseberang sana, gadis itu berusaha agar tampak biasa-biasa saja saat menjawab nya.
" hallo sayang"
Redyna menjauh kan ponsel nya dari telinga, begitu mendengar suara berat yang terdengar menggoda. Redyna mengumpat sejadi jadinya, tapi ia tidak mengeluarkan suara nya sama sekali saat mengumpat.
Apa-apaan sih? Kenal juga nggak, udah berani panggil sayang saja, batin Redyna menggerutu.
"Ada perlu apa om?" terdengar begitu jelas bahwa gadis itu tidak ingin berbasa-basi.
" Saya mau jemput kamu disekolah".
"Om telat banget, sekarang aku udah ada dirumah ".
Tak lama terdengar kekehan dari sambungan telepon," kamu nggak bisa ngebohongin say cantik ".
"Aku nggak bohong om", oke Redyna sudah mulai terancam sekarang.
" ketemu sama saya, langsung hukuman akan menanti, karena Kamu udah berani bohong sama saya. Putar balik badan kamu kebelakang, sekarang juga.
Dalam seketika tubuh Redyna menegang begitu mendengar suara dingin dari Gavin. Redyna ingin lari,tapi kaki nya malah terpaku diatas tanah yang ia pijak saat ini. Ia tidak ingin mengikuti perintah Gavin, tetap suara pria itu terdengar kembali,dan suara nya lebih dingin sekaligus dalam yang berhasil membuat ia meremang.
Pada akhirnya nya Redyna memilih untuk melakukan apa yang Gavin katakan. Begitu sudah menghadap kebelakang,ia tidak menemukan sosok GAVIN. Senyum Redyna pun terlihat diwajahnya yang cantik.
"Aku udah hadep kebelakang, tapi om nya nggak ada" ucap Redyna dengan nada sedikit angkuh.
"Kamu salah sayang, sekarang coba kamu maju beberapa langkah".
Untuk sesaat Redyna terdiam,mencerna ucapan Gavin barusan. Lalu dengan perlahan kaki nya mulai melangkah maju.
" Harus berapa langkah lagi aku maju nya?" tanya Redyna kepada Gavin.
"Udah cukup, sekarang kamu nengok ke kiri ".
"Mau ngapain sih Om?"
"Cepat hadap kiri Na,"tekan Gavin tidak sabar.
"Ngapain juga coba harus hadep ki--"