"Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Kamu adalah milikku. Kita akan bersatu selamanya. Maukah kamu menjadi ratu dan permaisuri ku, Lia?" ucap Mahesa.
Dia di lamar oleh Mahesa. Pemuda tampan itu dari bangsa jin. Seorang pangeran dari negeri tak terlihat.
Bagimana ini...?
Apa yang harus Lia lakukan...?
Apakah dia mesti menerima lamaran Mahesa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.12 Hari Pertama Bekerja
"Bagaimana , Pak.?" apakah teman saya ini bisa bekerja di sini?" tanya Iteung tak sabaran karena Pak Karso masih terdiam.
"Aneh,...." guman pak Karso seperti pada diri sendiri.
"Pak,...pak Karso..! Gimana nasib teman saya ini. Apa dia diterima bekerja di tempat ini atau tidak?"
"Ehh,... engga,...emm,... gimana ya?" nada bicara Pak Karso seperti bimbang.
"Tolong lah, Pak. Ini teman Iteung kasian. Jauh - jauh datang dari desa, katanya bapak lagi cari karyawan. Masa bapak nggak mau terima teman Iteung," ujar Iteung dengan wajah memelas.
Pak Karso tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. Dia menarik napas panjang.
"Baiklah,... bapak menerima teman kamu itu, Iteung. Dia bisa mulai bekerja hari ini juga,"
"Sekarang kalian boleh keluar dari ruangan ku. Oh iya, Iteung, bawa teman kamu itu ke kamar yang paling ujung. Ia akan tinggal di sana," ujar pak Karso.
"Loh,...kok tinggal di kamar itu, Pak. Lia kan bisa tinggal di kamar ku, lebih hemat kamar,"
"Sudah,..kamu jangan membantah. Aku bilang di sana, ya di sana!" ujar Pak Karso dengan suara yang sedikit tinggi membuat Iteung terlonjak kaget. Baru kali ini dia mendengar bosnya itu memarahi dirinya.
BRAKKK,...
Pak Karso sampai menggebrak meja karena kesal.
"Keluar,..!" perintah lelaki paruh baya itu.
Iteung dan Lia langsung berdiri.
"Maaf, Pak..! Kami permisi," ucap Iteung dengan menundukkan kepalanya.
"Terima kasih karena sudah menerima saya bekerja di sini, Pak," ucap Lia.
Dua gadis itu berlalu pergi meninggalkan ruangan pak Karso. Rahang lelaki itu mengeras sesaat setelah kedua gadis itu menutup pintu.
"Brengsek,... sepertinya teman si Iteung itu bukan gadis biasa. Aura yang dia miliki sangat kuat. Kalau seperti ini, bisa - bisa rencana ku pasti gagal," ucap Pak Karso dengan emosi.
***
Iteung mengantar Lia ke kamar paling ujung di mes karyawan tempat dia tinggal selama bekerja di sini.
"Ini kamarnya, Lia. Tapi kamar nya masih kotor dan berdebu. Apa mau di bersihkan dulu? Aku bantuin, ya?" ujar Iteung menatap wajah Lia.
"Nggak usah,... biar aku beresin sendiri. Paling hanya sebentar. Lagi pula, kamu juga kan harus bekerja. Nanti kamu di marahin sama pak Karso," ucap Lia.
"Tapi,. Lia. Apa kamu tidak capek.?" Lia menggelengkan kepalanya.
"ya, udah. Aku tinggal dulu ke depan. Nanti kamu nyusul, ya," ujar Iteung sembari melangkahkan kaki hendak berlalu dari sana.
"eh, teung," Iteung yang hendak berlalu pergi menolehkan kepalanya.
"Ada apa? Kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Iteung.
"Nggak,... bukan itu. Ini soal Pak Karso," jawab Lia.
"Ada apa memang nya dengan Pak Karso?" tanya Iteung heran.
"Anu,..apa pak Karso itu orang nya galak?" tanya Lia dengan ragu.
Iteung berpikir sejenak seperti mengingat sesuatu. Lalu...
"nggak,... sebelum ini setahu aku sih, tidak. Dia orangnya baik, sopan dan ramah. Mungkin sedang ada masalah kali," ujar Iteung.
"Ohh, aku pikir dia aslinya memang galak," ujar Lia.
Iteung menggeleng lalu berkata." udah, nggak usah kamu pikirin. Aku kembali kerja dulu, nanti kamu nyusul. Nanti malam aku bantu kamu beresin kamar," ujar Iteung. Gadis itu melenggang meninggalkan kamar Lia setelah melempar senyum manis.
Lia terdiam memandangi kepergian Iteung. Lalu menghela nafas,
"nggak,... aku merasa ada yang tak beres dengan pak Karso. Aku rasa aku harus cari tahu tentang lelaki itu. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu," Lia bergumam sendiri.
Dia melangkah menuju kamar paling ujung yang akan dia tempati nanti. Iteung sudah memberikan kuncinya tadi sebelum gadis itu pergi.
***
Lia memasuki kamar paling ujung yang ditunjukan oleh Iteung.
Baru saja dia membuka pintu kamar itu, aura yang tidak mengenakkan langsung terasa. Energi negatif langsung terasa menyerang Lia. Meskipun demikian, Lia tetap menyakinkan hatinya bahwa dia akan baik - baik saja. Walaupun saat ini ada terbersit keraguan di hati nya.
Lia terus masuk ke dalam dan terus ke kamar mandi. Setelah itu dia duduk sejenak di kursi yang ada di kamar itu. Dia ingin melepas lelah sejenak. Cukup lama Lia beristirahat sampai akhirnya dia memutuskan sudah cukup beristirahat. Dia harus bekerja.
Lia berjalan menuju rumah makan yang letaknya tak jauh dari mes. Dia masuk ke dapur dan menghampiri Iteung yang sedang sibuk di sana.
"Teung,..." panggil Lia.
"Eh, ... Lia. Kamu sudah hilang capenya?" tanya Iteung.
"Iya, sudah," jawab nya.
"Kamu bisa bantu masak di dapur, kan?" tanya Iteung.
"Bisa,.." jawab Lia. Tak beberapa lama berselang Lia mengikuti Iteung menuju ke dapur.
"Mbak Nah,.. ini Lia, teman Iteung. Mulai hari ini, dia bekerja di sini. " Iteung memperkenalkan Lia pada semua karyawan yang bekerja di rumah makan ini.
"Hai, Lia. Salam kenal ya, ..." ucap Enah, wanita berhijab yang sedang memegang sutil itu melambaikan sebelah tangan nya yang tidak bekerja kepada Lia.
"Iya mbak, salam kenal juga," jawab Lia.
"Ya sudah, aku keluar dulu. Kayaknya pengunjung sudah mulai rame," ucap Iteung.
Lia dan Enah hanya mengangguk.
"Lia, kamu bisa masak, kan?" tanya Enah.
"Insyaallah, bisa, Mbak. Saya dulu juga pernah kerja di warteg," jawab Lia.
"Oh, kalau begitu bagus deh. Tolong bikinin nasi goreng untuk 10 porsi, ya. Udah ada wadah buat nakar nasinya kok, itu di tempat nasi. Mbak mau bikin cah kangkung dulu," ujar Enah.
"Iya, mbak,"
Dapur itu kini terdengar ramai oleh kesibukan memasak. Terdengar suara dentingan alat masak beradu ketika Lia dan Enah memasak.
Lia membuat nasi goreng tersebut dengan cekatan tanpa canggung sedikitpun.
Hari sudah semakin sore dan mereka belum juga selesai berjibaku dengan alat masak.
Lia sempat merasa heran karena pengunjung rumah makan ini seperti tak ada hentinya.
Malam menjelang,..
Lia dan karyawan rumah makan lainnya baru saja selesai beberes. Mereka akan menutup rumah makan.
Pukul 10.00, Lia dan Iteung menuju ke mes. Sesuai janjinya, Iteung akan membantu Lia membersihkan kamarnya.
Sejam kemudian, mereka sudah selesai membersihkan kamar tersebut.
"Alhamdulillah,... akhirnya selesai juga. Lia, sekarang kamu bisa tidur dengan tenang." ucap Iteung dengan wajah lelah namun senang.
"Iya, makasih ya, teung, karena sudah dibantuin," ucap Lia.
"Iya, sekarang kita mandi yuk, sudah gerah banget," ajak Iteung.
"Oh iya, ... tapi aku pinjam baju kamu dulu ya," ucap Lia. Dia tak punya baju ganti. Rencananya besok baru dia akan membeli beberapa potong pakaian untuk nya.
"oh, masalah itu, beres lah. Ayo kita ke kamar ku," ajak Iteung.
Lia mengikuti Iteung ke kamar nya. Setelah Iteung memberikan bajunya pada Lia mereka berdua bersama - sama ke kamar mandi umum yang ada di mes itu.
Setelah mandi mereka berdua menuju kamar masing-masing.
***
Malam semakin larut.
Karena lelah, Lia cepat sekali terlelap. Namun beberapa saat kemudian, ... Lia merasa jika dia sudah terbangun kembali.
Mata Lia memandang nanar ke sekelilingnya. Matanya terbelalak karena menyadari bahwa dia bukan lagi berada di kamarnya.
"Dinda,.." Lia mendengar sebuah suara yang tak asing baginya. Cepat Lia menoleh.
Suara itu sangat dia rindukan. "Kanda,..kau kah itu?"
Ruangan yang tadinya sangat minim cahaya, kini perlahan semakin terang.
"Dinda,..." panggil seorang lelaki tampan yang kini sedang berjalan menghampiri ranjang tempat Lia berada.
"Kanda," Lia memeluk lelaki itu dengan penuh kerinduan. " Kanda,... kita sedang berada di mana?" tanya Lia. Dia sedikit takut dengan suasana tempat ini.
"Jangan takut,... ada aku, sayang." ucap Mahesa sembari mengecup bibir ranum Lia.
Lia terbuai oleh sentuhan lembut Mahesa. " Dinda,... aku rindu padamu." bisik Mahesa.
Lia hanya mengangguk menatap terpesona wajah tampan Mahesa yang sudah membius dirinya.
Tak beberapa lama kemudian, Lia sudah terbuai oleh cumbuan Mahesa yang membuat Lia melayang di alam nirwana.
Keduanya kembali melakukan hubungan suami-istri. Berdua meraih kepuasan yang seperti tak ada habisnya sampai pagi menjelang.
"Dinda," panggil Mahesa.
"Hemm,..." Lia hanya berdehem karena tubuh nya terlalu lelah dan dia juga sudah sangat mengantuk.
"Jangan memakan apapun dari rumah makan ini, apalagi jika lelaki itu yang memberikan nya," ucap Mahesa.
"Lelaki itu, siapa? Maksud kanda, Pak Karso?"
tanya Lia dengan mata terpejam.
Mahesa mengangguk. "Iya, dinda. Ingatlah pesan kanda ini, sayang," ucap Mahesa sembari mencium kening Lia.
Lia hanya bisa mendengar sayup-sayup ucapan Mahesa karena dia sudah tak bisa lagi menahan kantuknya dan akhirnya tertidur pulas.
Mahesa tersenyum melihat istrinya tertidur pulas karena lelah akibat perbuatannya.
"Selamat malam, sayang." ucap Mahesa sembari merebahkan diri di sebelah tubuh Lia. Dia memeluk tubuh istri nya dan ikut terlelap.