Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 : Cemburu
Kaki Zara memerah, beruntung cepat tertangani. Setidaknya, itu tidak melepuh dan Zara tidak terlalu merasakan perih.
Salep sudah di oles, bertepatan datangnya dokter Bayu.
Zara menarik gamis menutupi kakinya.
" Bagaimana lukamu?" Tanyanya khawatir.
" Sudah mendingan dok." Kata Zara tersenyum.
" Alhamdulillah, kau membuatku kaget."
Syifa mengernyit, Di masih ada bersama Zara ketika dokter Bayu datang menghampiri. Syifa memperhatikan gerak gerik dokter Bayu. Dan dia bisa menarik kesimpulan kalau konsulen bedah digestif itu menyukai sahabatnya.
Syifa tersenyum simpul. " Persiapkan mental mu Ra, ku rasa bukan hanya dokter Bayu yang menyukaimu, tapi akan banyak konsulen konsulen kita yang belum menikah akan kepincut pesonamu. Ahhh,, si Zayn kalau tau,,,ckckck,,, bisa ngamuk dia." Batin Syifa.
" Aku memberimu ijin satu minggu, tidak usah ikut operasiku dulu."
Zara hanya mengangguk, tapi yang pasti ijin dokter Bayu tidak akan di atensi olehnya. Jika masuk kamar operasi mungkin iya, dia belum bisa berdiri lama, tapi jika harus ijin tidak ke rumah sakit, itu tidak mungkin dia lakukan, stase nya akan bertambah seminggu lagi jika ia sampai absen.
" Kau sudah makan?" Tanya dokter Bayu Kembali.
" Belum dok."
" Tunggu, biar aku pesankan dulu."
Dokter Bayu pergi meninggalkan Zara yang sementara mengangkat tangannya untuk memberitahu dokter Bayu kalau itu tidak perlu, tapi dokter Bayu sudah pergi dan Zara hanya bisa menghela napas panjang.
" Ra.." Syifa datang menghampiri.
Sedari tadi dia hanya menjadi penonton drama romantis tanpa harus menonton tv dan semacamnya, karena ini tontonan nyata di depan mata yang membuatnya tergelitik dan senyum senyum sendiri.
" Apa?"
" Ku rasa, dokter Bayu menyukaimu."
" Hush, jangan sembarangan kalau bicara."
" Serius Ra."
Zara tidak menggubris perkataan Syifa, ingatannya justru kembali ke beberapa saat lalu, di mana dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat seseorang mencium suaminya di tempat umum.
Hati Zara seketika teriris kembali. Luka kakinya tidak seberapa jika di bandingkan luka di hatinya. Ya, sebenarnya dia juga bingung dengan perasaannya. Apalagi sikap Ezar yang selalu berubah ubah. Tapi melihat hal barusan membuatnya marah dan sakit hati.
Cemburu? Mungkin itulah kata paling tepat untuknya saat ini.
" Aku mau pulang." Kata Zara.
" Ehh..tapi kakimu."
" Ini tidak patah Ifa, aku masih bisa jalan."
" Tapi dokter Bayu..."
Zara menghela nafas kasar, mau tidak mau dia harus menunggu kedatangan dokter Bayu.
Beberapa menit kemudian, dokter Bayu datang membawa sesuatu di tangannya.
" Ini makanlah dulu."
" Makasih dok, dokter tidak perlu repot repot."
Dokter Bayu tidak menggubris, dia memberikan sekotak nasi beserta lauknya untuk Zara makan.
Tidak begitu lama berselang, Zayn muncul dengan wajah panik.
" Kau tidak apa apa?" Tanya nya dengan kedua tangan memegangi pipi Zara yang mengembung karena sedang mengunyah makanan.
Mata Zara melirik ke kiri dan ke kanan. Syifa sudah hampir tertawa, sementara dokter Bayu menatap tidak suka.
Setelah menelan nasi dan ayam yang tercampur di mulutnya, Zara melepas kedua tangan Zayn dengan kasar.
" Yang sakit kakiku, bukan wajahku!" Ketus Zara.
" Kamu malang sekali." Kata Zayn lalu mengusap kepala Zara dengan sayang, Dan aksi Zayn itu mengundang dokter Bayu untuk bersuara.
" Anda siapa?" Tanyanya. Dia memang tidak melihat wajah Zayn, apalagi anak nakal itu membuka jas dokternya ketika datang ke IGD melihat langsung kondisi adiknya.
Zayn menoleh, menatap intens dokter yang membawanya ke kamar operasi di hari pertama ia di stase bedah.
Zayn menurunkan tangannya dari kepala Zara.
Dokter Bayu pun terkesiap kala melihat pria tampan yang sudah masuk kriteria penilaian A+ untuk stase bedah di bawah bimbingannya.
" Kamu?"
" Iya dok, maaf karena saya tidak melihat kalau dokter ada di sini." Ujar Zayn berbohong. Karena dari kejauhan, dia dapat melihat bagaimana perlakuan manis dokter Bayu pada adiknya.
Dokter Bayu mengernyit, matanya memindai penampilan Zayn dari atas ke bawah. Cemburu? Sudah pasti. Zayn masih muda dan sangat tampan.
Tapi yang menjadi pertanyaan dokter Bayu adalah, kenapa Zara mau di sentuh oleh seorang pria? Terkecuali jika pria itu adalah suaminya, seperti kata dokter Ezar.
Karena rasa penasarannya yang sangat tinggi, dokter Bayu pun bertanya.
" Kalian sudah menikah?"
Zara, Zayn dan Syifa serentak menatap dokter Bayu.
Zara kaget, Zayn cuek saja sementara Syifa tidak bisa lagi menahan tawanya.
" Ada yang lucu? Kenapa kau tertawa?" Kesal dokter Bayu. Hatinya yang membara karena mengetahui Zara milik pria di depannya itu justru di olok olok oleh Syifa.
Syifa menghentikan tawanya. Jujur itu refleks, dia lupa jika sebentar lagi dia akan masuk stase bedah dan bertemu dengan salah satu konsulen tampan itu.
" Maaf dok." Ujar Syifa tertunduk.
" Iya dok, dia memang istriku." Celetuk Zayn. Dan pengakuan itu di luar prediksi Zara.
Plak..Refleks Zara memukul kepala Zayn.
Wajah dokter Bayu berubah pias. Berarti apa yang di katakan Ezar beberapa hari lalu itu memang benar adanya. Pupus sudah harapan dokter Bayu.
*
*
Sementara di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar, nampak dokter Ezar terlihat uring uringan, apalagi ia melihat dokter Bayu membawa makanan untuk Zara.
Di saat hatinya sedang kesal, Ghina masuk ke dalam ruangan Ezar. Ghina baru bergabung sebagai spesialis pediatric di Brawijaya Hospital.
Kekasih hati yang dia pacari sejak masa kuliah dulu kini sudah bersama dengannya, dan itu adalah hal yang sangat Ezar inginkan.
" Kenapa wajahmu sayang."
Ghina mengusap wajah Ezar yang terlihat suram.
" Aku tidak apa apa."
" Kau kesal padaku?"
Ezar tersenyum." Mana bisa aku kesal padamu?"
" Tapi kenapa sambutan mu terasa dingin dan seperti tidak mengharapkan kedatanganku?" Selidik Ghina.
" Itu hanya perasaanmu saja." Kilah Ezar.
" Karena ini pertemuan kita setelah sekian lama, bagaimana kalau kita rayakan dengan makan malam?"
" Boleh, kamu mau makan di mana?"
" Di rumah kita."
Deg...
Tidak mungkin Ezar membawa Ghina ke rumah di mana tempat dia tinggal bersama dengan Zara.
" Di restoran langganan kita saja ya?"
" Tapi kenapa?"
" Tidak ada, hanya saja, aku tidak ingin berdua denganmu di dalam rumah, kamu tau kan jika dua orang berbeda jenis kelamin berada dalam satu ruangan yang sepi?" Ezar beralasan, dan kalimatnya itu mengingatkannya pada kalimat Zara saat menginap di rumah besar Brawijaya.
" Bagaimana keadaannya sekarang? Apa kakinya baik baik saja?" Batin Ezar.
" Kenapa memangnya kalau kita berdua, aku suka, apalagi sudah lama kita tidak bertemu Zar, aku sangat rindu padamu." Kembali Ghina mencium pipi Ezar.
" Jangan Na, ini di rumah sakit." Tolak Ezar.
" Makanya kita ke rumah saja ya, di sana kita bisa lebih leluasa. Aku bisa melampiaskan rasa rinduku begitupun dengan mu." Ujarnya terkesan manja, dengan tangan yang mengusap lembut dada bidang Ezar.
Dan gerakan tangan itu semakin lama semakin erotis, Ezar sudah terbawa suasana. Hampir saja Ezar kebablasan, beruntung seorang perawat tiba tiba saja masuk menghentikan aksi tak bermoral keduanya.
Ezar jadi risih, apalagi melihat perawatnya yang tersenyum penuh arti sembari keluar ruangan membawa tasnya tentu setelah berpamitan pada Ezar dan Ghina.
" Hentikan Ghina, kembali ke ruangan mu!"
Ezar bangkit lalu meninggalkan Ghina yang berdecak kesal lalu menghentak heelsnya di lantai keramik kemudian menyusul Ezar keluar dan kembali ke ruangannya sendiri.
*
*
Ezar tiba di rumah sore, dan janji makan malam romantisnya dengan Ghina sudah di batalkan.
Sepi, itulah yang dia lihat begitu membuka pintu dan melangkahkan kakinya ke dapur. Biasanya, Zara sedang memasak ketika dia pulang dari rumah sakit.
Bi Surti datang setelah melihat kedatangan tuannya.
" Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya bidan Surti.
" Zara mana bi?"
" Nona di kamarnya, sepertinya kakinya terluka. Karena saat datang tadi, nona di antar seorang pria tampan dan memapahnya hingga masuk ke dalam kamar.
" Pria?" Ezar mengernyit.
" Iya tuan, kata nona, pria itu adalah kakaknya."
" Kakak?"
" Mungkinkah dia masuk ke dalam dan melihat isi kamar Zara dan tau kalau aku tidak tidur dengan adiknya?"
" Sial."
Ezar berjalan cepat ke kamar Zara dan membuka pintu itu tanpa mengetuk.
Deg...
Netranya seketika membulat sempurna.
" Dok...."
...****************...
dasar, ezar si mesum😂