Meski sudah menikah, Liam Arkand Damien menolak untuk melihat wajah istrinya karena takut jatuh cinta. Pernikahan mereka tidak lebih dari sekedar formalitas di hadapan Publik.
Trauma dari masa lalu nya lah yang membuatnya sangat dingin terhadap wanita bahkan pada istrinya sendiri. Alina Zafirah Al-Mu'tasim, wanita bercadar yang shalihah, menjadi korban dari sikap arogan suaminya yang tak pernah ia pahami.
Ikuti kisah mereka dalam membangun rasa dan cinta di balik cadar Alina🥀
💠Follow fb-ig @pearlysea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Impulsif
Alina menoleh, namun kemudian ia menunduk lagi mencengkram pergelangan tangannya yang terdapat luka gigitan ular.
"Kenapa kau berteriak seperti itu" seru Liam dengan suara keras, tak di pungkiri ada kekhawatiran yang di balut kemarahan.
Alina mengerang pelan, ia tak berani menjawab sampai pria arogan itu meraih paksa pergelangan tangan Alina dan matanya menajam sempurna saat melihat dua bekas tusukan yang dalam terlihat jelas di punggung tanga istrinya, dikelilingi oleh kulit yang mulai memerah dan membengkak.
Ketegangan terlihat di wajahnya, dan tanpa berpikir panjang, Liam membungkuk, menempelkan bibirnya pada luka itu dan mulai menghisapnya, mencoba mengeluarkan racun yang mungkin sudah mulai menyebar. Alina terkejut, matanya melebar, tidak percaya dengan apa yang Liam lakukan. Meski hatinya dipenuhi kekhawatiran, dia merasa tersentuh oleh tindakan impulsif suaminya.
Liam menghisap lalu meludahkan liurnya yang bercampur darah beberapa kali, meski sebenarnya ia tidak yakin tindakannya akan benar benar mengeluarkan racun. Sementara Alina merintih merasakan sakit luar biasa saat suaminya menghisapnya dengan kuat.
"Awhh... Pelan pelan sakit sekali!" rintih Alina.
Liam berhenti, ia menegakkan tubuh dan menyeka sudut bibirnya yang terdapat bercak darah dengan lengan bajunya. Ia menatap wanita bercadar di depannya dengan rahang mengeras, namun ia tak melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan Alina.
"Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak ikut campur pekerjaan seperti ini, tapi kau tidak mendengarku! kau pikir kau akan terlihat hebat dengan melakukan semua ini, hah?!" sergah Liam menghempaskan tangan Alina dengan kasar.
Alina menunduk, meneteskan air matanya lagi. Rasanya, semua yang ia lakukan selalu salah. Kemarin hampir saja ia membakar rumah Liam, sekarang ia digigit ular hanya karena ingin membersihkan taman.
"Sekarang ikut aku!" Liam menarik tangannya tiba-tiba, memaksa Alina mengikuti langkahnya yang tergesa.
Dengan kasar Liam membuka pintu mobil, menekan tubuh Alina agar cepat masuk ke dalam kendaraanya, dan begitu Alina masuk Liam menutup pintu mobilnya dengan keras, membuat Alina terkesiap takut.
Di sisinya Liam sudah duduk di kursi kemudi, wajahnya kaku penuh kemarahan yang di tahan. Liam tanpa memperdulikan penampilannya yang belum mandi dan masih mengenakan piyama kusut dengan rambut acak acakan segera menghidupkan mesin dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sepanjang perjalanan Alina semakin kencang meremas pergelangan tangannya, merasakan denyutan nyeri bukan hanya di luka fisik tapi jug batin. Meksi begitu Alina berusaha menahan isaknya agar tak terdengar.
Beberapa menit kemudian kendaraan BMW berwarna hitam itu memasuki area rumah sakit, Liam memarkirkan mobilnya dengan hati hati. Ia keluar lebih dulu, lalu membuka pintu untuk istrinya. Liam menarik tangan Alina dengan tergesa, masih dengan gerakan kasar dan kemarahan yang mendominasi.
"Bisakah untuk tidak terlalu kasar Liam? kalau orang orang tahu apa kata mereka? Namamu akan semakin rusak." ucap Alina mengingatkan Liam akan skandalnya yang semakin memanas.
Liam menghentikan langkahnya, melonggarkan eratan tangannya di pergelangan tangan Alina. Matanya menyapu sekeliling rumah sakit, memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang, sebelum akhirnya kembali menatap Alina dengan senyum sinis.
"Kau benar, bukankah kita sedang sedang berpura pura?"
Liam sadar bahwa netizen sedang membicarakan pernikahannya hanya demi pecitraan meskipun spekulasi mereka itu benar, tapi Liam tak akan akan pernah menunjukannya pada media, sebisa mungkin dia harus berperan sebagai suami yang baik untuk membantah tuduhan tuduhan itu.
Dengan mengejutkan Liam menarik tubuh Alina lebih dekat, melingkarkan tangan Alina ke lehernya, dan mengangkat tubuhnya ke dalam pelukan, seolah-olah menunjukkan kasih sayang yang tak pernah nyata.
Alina tersentak, tubuhnya mendadak terangkat dalam pelukan Liam. Meski hatinya penuh amarah dan kebingungan, ia tak bisa melawan.
Setiap langkah Liam menuju pintu rumah sakit terasa lambat, namun penuh kekuatan, seolah ingin menunjukkan kepada semua orang di sekitar mereka bahwa ia adalah suami yang penuh perhatian. Tapi Alina tahu, ini hanya sandiwara, sebuah ilusi yang dipaksakan oleh pria yang tak pernah memperlihatkan hatinya.
Setibanya di dalam rumah sakit, suster-suster langsung bergegas menghampiri, menanyakan keadaan mereka. Liam menjawab dengan dingin namun tegas,
"Istriku digigit ular. Segera bawa kami ke dokter."
Tanpa menunggu jawaban, Liam melangkah masuk ke ruang gawat darurat, masih memeluk Alina dengan erat. Meski rasa sakit masih mendera di tangannya, Alina bisa merasakan denyut kemarahan yang tak terkendali di dada Liam. Ia bisa merasakan setiap napas berat yang diambil suaminya, setiap hembusan penuh pengekangan.
Sebuah ranjang dorong disiapkan untuk Alina, dan Liam akhirnya menurunkannya dengan hati-hati. Namun, saat ia melepas pelukannya, tatapan matanya tetap dingin, penuh dengan ketegangan yang tak bisa ia sembunyikan.
Alina merasa jantungnya berdebar, bukan karena rasa sakit di pergelangan tangannya, tapi karena kegelisahan yang menggantung di antara mereka.
Saat dokter wanita mulai memeriksa luka di tangan Alina, Liam berdiri di sisi tempat tidur, rahangnya mengeras seolah menahan sesuatu yang ingin diluapkannya.
Mata mereka bertemu sejenak, dan untuk sepersekian detik, Alina bisa melihat kilatan emosi yang lain di mata suaminya, sesuatu yang tak sepenuhnya ia pahami. Apakah itu rasa takut? Khawatir? Atau kemarahan pada dirinya sendiri.
"Saya akan memeriksa lebih dulu, semoga tidak ada sesuatu yang buruk terjadi, ya" ujar dokter, mengalihkan perhatian mereka.
Alina mengangguk pelan, merasa tenang meski luka di tangannya masih berdenyut nyeri. Liam tetap di sana, berdiri melipat tangan ke dada seperti seorang penjaga, meskipun kehadirannya lebih seperti patung kristal yang kaku dan dingin.
"Ular jenis apa yang menggigit Anda?" tanya dokter, sambil mengamati kondisi Alina.
"Cobra," jawab Alina, suaranya lemah namun jelas.
Dokter berhenti sejenak, wajahnya menegang. Liam terkejut, matanya membulat dan wajahnya terlihat lebih cemas.
"Cobra? itu sangat berbahaya," ujar Dokter, lalu mengalihkan pandangannya pada suster.
"Suster, siapkan semua peralatan dan antivenom sekarang!"
Suster langsung bergerak cepat, tapi waktu seolah melambat bagi Liam. Jantungnya berdetak kencang, Dia tidak pernah merasa setakut ini. Tatapan cemasnya terpaku pada Alina yang berusaha menahan rasa sakit, ia melihat keringat Alina membasahi jilbabnya.
"Anda merasa sesak napas?" tanya dokter dengan cepat, memasang stetoskop di dada Alina, suaranya lebih mendesak kali ini.
"Ya... sedikit," jawab Alina, suaranya semakin lemah.
Dokter mengerutkan kening.
"Bisa ular kobra sangat mematikan. Racunnya bisa melumpuhkan sistem saraf dan menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani."
Kata-kata dokter itu membuat Liam tercekat. Dia melangkah maju, matanya gelisah, namun tetap mencoba menahan diri. Alina mulai terengah-engah, ia merasakan sesak di napasnya.
"Bagaimana bisa Anda tergigit ular, Nyonya?" tanya dokter cepat.
"Itu karena istriku terlalu rajin membersihkan taman. aku sudah melarangnya tapi dia tidak mendengarnya." Liam menyahut, ada sorot kemarahan dan kepanikan di matanya.
Dokter melirik ke arah Liam, seolah mengisyaratkan agar dia tetap tenang.
"Kita akan memantau keadaannya selama satu sampai dua hari," lanjut dokter sambil mempercepat langkah ke meja perawat.
"Suster, antivenom harus diberikan secepatnya, dan terus pantau tanda-tandanya!" seru dokter.
Liam hanya bisa menonton petugas medis yang menangani Alina, Pikiranya semakin tak karuan, meski tertutup cadar, Liam bisa melihat dari gerakan istrinya yang semakin melemah.
ayo la firaun, ad yg halal gk usah lgi mikiri msa lalu yg gitu2 az. mncoba mengenal alina psti sangt menyenangkn krna dy wanita yg cerdas. semakin k sini alina akn mnunjukn sikp humoris ny dn liam akn mnunjukkn sikap lembut walau pn msih datar.
haaa, liam dengar tu ap kta raka. smga raka, kau memg sahabt yg tulus y raka. cuci trus otak liam biar dia meroboh degn sendiriny benteng tinggi yg ud dy bangun.
doble up kk😄
gitu dong alina, gk usah sikit2 nangis
sok cuek, sok perhatian. liam liam, awas kau y 😏
lanjut thor.