Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
"Dengerin mas dulu sayang!"
BRAK
Pasangan pengantin itu malah ribut di tengah malam. Athala menggedor-gedor pintu kamar mandi. "Zenata! Buka! Aku dobrak yah. 1...2..." Dengan perasaan kesal Athala berteriak dari luar kamar mandi.
CEKLEK
Zena membuka pintu kamar mandinya dengan perasaan was-was. Karena dia mendengar suara suaminya yang berubah menjadi seram. Dia pun menunduk dan menangis.
"Bisa dengerin suami kamu dulu Zenata? Kamu bukan anak kecil kan?" Kali ini tak ada wajah tengil Athala, yang ada hanya raut wajah menakutkan bagi Zena.
"Bisa mas, tapi mukanya jangan gitu, aku takut mas!" Lirih Zena yang terus menunduk, dia memang sangat ketakutan melihat raut wajah suaminya. Terakhir kali dia melihatnya ketika malam pertama kelam.
Athala menarik nafas dalam-dalam dia mencoba mengontrol emosinya. Dia menarik istrinya perlahan dan duduk di ujung kasur. "Lihat sini matanya. Tatap suami kamu."
Zena mendongakkan kepalanya dan menatap suaminya. "Dengerin mas ya cantik_" Athala mulai menceritakan semuanya tentang Vina dan soal perusahaan mereka yang kerjasama dengan perusahaan orang tua Vina. Bahkan tadi Vina juga tak datang ke acara resepsi Athala.
"Aku mencintaimu Zenata! Kalau seandainya enggak ada tragedi kecelakaan itu, aku akan menyesal karena menikahi wanita yang salah! Tapi karena adanya kecelakaan itu, Allah membuka kan kebenarannya. Kamu yang mencintaiku dan sabar menungguku. Juga Luna yang mengkhianatiku! Aku udah pernah bilang, apapun yang terjadi percaya sama aku!"
Panjang lebar Athala menjelaskan dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Aku tidur di ruang tamu, kamu istirahat sekarang!" Ketika Athala mau berdiri zenata menahan tangannya dan berdiri, lalu memeluknya.
"Maafin aku mas. Aku kekanakkan, aku egois harusnya aku aku dengerin mas dulu. Maafin aku mas, jangan kemana mana, aku mohon!" Lirih Zena.
"Aku enggak marah, tapi tolong kedepannya kamu harus dengerin aku dulu. Jangan kayak tadi, aku enggak suka! Kalaupun itu terjadi di kamu, aku juga akan dengerin kamu dulu. Kita udah dewasa Zena, apalagi kamu mau menjadi seorang ibu. Kita perbaiki sama-sama yah! Maafin mas yah, tadi mas agak keras sama kamu!"
Keduanya sama-sama menangis di tengah malam itu. Athala membawa istrinya tidur. "Tidur ya sayang, ingat kamu lagi hamil, ada anak kita!"
"Iya mas, maaf!"
-
-
-
Pagi harinya semua keluarga berkumpul juga saudara-saudara Athala ada disana untuk sarapan pagi. Athala dan Zena agak sedikit telat datang.
"Widihh pengantin baru telat hihi." Goda Arjuna anaknya om Bastian "Habis berapa ronde bro hahaha!" Celetuk om Ali yang juga sepupunya papih Al.
"Hahaha kalian ini, lihat tuh cucu omah malu." Ucap omah Winda membela cucu menantunya. Sarapan pagi itu di bumbui candaan sepupu-sepupu Athala yang menggodanya.
Selesai sarapan Athala membawa Zena jalan-jalan ke rooftop hotel itu. Cuaca pagi itu sangat sejuk sekali membuat Zena betah sepertinya. Ditengah suasana pagi itu, Athala memberikan sebuah cincin untuk istrinya. "Mas, ini_"
"Cincin yang kamu pakai dari mamih. Selama menikah mas belum memberikan apa-apa. Zenata maukah kau menjadi istriku? Menemaniku di sisa hidupku? Hidup bersama sampai akhir hayat? Dan sesurga bersamaku?" Kata-kata puitis Athala membuat Zena tak bisa berkata apa-apa.
Zena hanya meneteskan air matanya "Mau mas, aku mau!" Dia berhambur ke pelukan suaminya. Athala juga balas memeluknya dengan erat. "Aku mencintaimu Zenata."
Tanpa mereka sadari di balik tembok ada seseorang yang sedang mengintip. Dia adalah Doni, mantan sahabatnya Athala yang juga mengkhianatinya.
"Bersenang-senanglah Athala...karena sebentar lagi, kau akan merasakan kehilangan orang yang kau cintai." Gumam Doni batinnya, dia pun pergi dari sana.
Namun ketika berjalan di lorong hotel dia tak sengaja menabrak seseorang "Arrghhh, hati-hati donk lihat-lihat kalau jalan!" Gerutu Alana yang kesal. Erlando yang baru datang langsung menarik Alana "Kamu enggak apa-apa?"
"Enggak mas." Setelah Alana ngeuh siapa yang ada didepannya dia pun bengong "Loh, kak_kak Doni kan? Ngapain disini?" Ucap Alana sembari menunjuk Doni.
Doni pun sama kagetnya seperti tertangkap basah, dia tak bicara malah buru-buru pergi. "Aneh banget!"
"Kamu kenal dia?" Tanya Erlando "Dia temannya kak Athala, wait_aku baru ingat, dia kan yang_"
"Yang apa?"
"Yang menghamili Luna! Papih cerita sama aku mas, astaga. Kak Athala!" Alana berlari tanpa memperdulikan Erlando. Namun dibelakangnya Erlando mengejar Alana yang menyusul kakaknya. "Alana tunggu!!"
BRAK
"Kak!" Alana membuka pintu rooftop dan memeluk kakaknya dengan erat. "Kakak enggak apa-apa kan? Kak Zena juga kan?" Ucap Alana yang khawatir. Erlando juga sama paniknya. Dia mengerti maksud ucapan Alana barusan.
Athala dan Zena yang keheranan dengan sikap Alana. Saat itu Athala langsung membawa Alana duduk dan memberikannya air minum. "Kenapa Al? Ada apa? Kita baik-baik aja!" Ucap Athala sembari mengelap sedikit keringat di dahi adiknya. "Kenapa? Bilang sama kakak."
Alana menceritakan kejadian tadi saat papasan dengan Doni. Athala mengepalkan tangannya dan keluar dari sana mencari Doni sampai lantai bawah. Sementara Zena, Alana dan Erlando menyusul Athala ke bawah. "Ray, kak Athala mana?" Tanya Alana. "Tidak lihat non, kenapa?" ucap Ray.
Kali ini Zena yang menceritakannya Ray langsung menghubungi Juna dan mencari Athala, sebelumnya Ray mengecek ke ruang CCTV dulu. Ternyata Athala pergi dari hotel itu. Firasat Ray buruk, dia juga menghubungi anak buahnya untuk menyusul Athala.
"Kalian tunggu sini, saya akan membawa boss Athala pulang!" Ucap Juna "Saya ikut!" Kata Erlando. Ketika Erlando mau menyusul Juna, Alana menahan tangan Erlando.
"Mas jangan! Aku takut!"
"Tenang! Kalau mereka macam-macam, saya bedah mereka di tempat." Ucap Erlando yang menenangkan Alana, dia memeluk Alana dulu cukup lama sebelum pergi. Zena juga sama khawatirnya, kalau suaminya kenapa-kenapa.
Ketika mereka semua di lobby, om Nathan melihat para keponakannya ini. "Kenapa kalian di sini? Sedang apa?" Tanya om Nathan. Zenata memberi tahu kan apa yang terjadi tadi. "Ikut om, kita kembali ke dalam!" Nathan membawa Zenata dan Alana ke kamar orang tuanya.
-
-
BRAK
"Syalan!" Papih Al yang mendengar itu langsung naik pitam! Dia pun pamit pergi menyusul anaknya "Hati-hati pih! Mamih enggak mau papih sama Athala kenapa-kenapa!" Ucap mamih Aleesya dengan khawatir. "Tenang mih, kamu tahu kan papih seperti apa?" CUP
Papil Al pergi dari sana, sementara om Nathan berjaga-jaga disana. Dia menghubungi mamahnya dan istrinya agar berkumpul di kamar mamih Aleesya.
-
-
-
Papih Al pergi dengan Evan dan Bastian yang juga menginap di hotel. Evan dan Bastian, adalah orang kepercayaan keluarga Dewantara sedari dulu. Power mereka di dunia bawah tanah sangat kuat terutama Evan. Tapi karena keduanya sudah berkeluarga, jadi mereka tak menjalani lagi bisnis bawah tanah. Tapi sekarang, ketiga orang ini termasuk papih Al, seperti macan tidur yang dibangunkan!
Terutama papih Al yang akan menjadi garda terdepan untuk keluarganya. Siapapun orang yang berani menyentuh keluarga Dewantara, maka dia akan menanggung resikonya!
"Mereka berhasil membawa Doni ke gudang!" Ucap Evan yang mendapat telepon dari Romeo. "Lalu Athala?" Tanya papih Al.
"Juna dan Ray membawa Athala ke gudang. Sepertinya, dia sangat emosi sekali. Biarkan saja boss, Athala sudah saatnya tahu!" lanjut Evan.
"Kau benar!"