"Aku, Dia, dan Sahabatku" adalah sebuah novel yang mengeksplorasi kompleksitas persahabatan dan cinta di masa remaja, di mana janji dan pengorbanan menjadi taruhannya. Lia Sasha putri, seorang siswi SMA yang ceria, memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan Pandu Prawinata , sahabatnya sejak SMA . Mereka membuat janji untuk bertemu kembali setelah 8 tahun, dengan konsekuensi yang mengejutkan: jika Pandu tidak datang, berarti Pandu sudah meninggal. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka diuji ketika Lia jatuh cinta dengan Angga, seorang laki-laki yang pengertian dan perhatian. Di tengah gejolak cinta segitiga, persahabatan mereka menghadapi ujian yang berat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvia Febri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Oke, nanti jam tujuh malam kita ketemuan di depan bioskop," kata Raya. "Jangan lupa ya."
"Oke, Ra. Nggak bakal lupa," jawab Lia. "Sampai jumpa nanti malam."
Lia kemudian kembali ke kelas nya. Ia merasa bahagia bisa menjalani kehidupan baru nya di kelas IPS 3 dengan penuh semangat dan persahabatan baru. Ia yakin bahwa perubahan besar yang ia lakukan akan membawa kebahagiaan dan pengalaman baru yang menakjubkan dalam hidupnya.
Sore itu, Lia menunggu Raya dan Clara di depan gerbang sekolah. Tidak lama kemudian, Raya dan Clara datang bersama Pandu. Pandu menyapa Lia dengan senyum yang menawan.
"Hai, Lia. Lo udah siap?" tanya Pandu.
"Udah, Pandu. Gue udah siap," jawab Lia. "Gue nggak sabar mau nonton film."
"Oke, ayo kita ke bioskop," ujar Pandu. "Gue udah pesenin tiketnya."
Mereka kemudian berjalan menuju parkiran dan naik ke mobil Pandu. Pandu mengemudi mobil dengan cepat menuju bioskop.
Di dalam mobil, Lia berbincang dengan Raya dan Clara tentang pengalaman mereka di kelas masing-masing. Pandu mendengarkan dengan seksama dan kadang-kadang menimpali percakapan mereka.
Setibanya di bioskop, Pandu membelikan popcorn dan minuman untuk mereka berempat. Mereka kemudian masuk ke ruang bioskop dan duduk di baris terdepan.
Film yang mereka tonton bergenre action yang mendebarkan. Lia menikmati film itu dengan penuh semangat. Ia kadang-kadang berteriak ketakutan atau mengucapkan kata-kata pujian ketika adegan action terjadi.
Pandu menatap Lia dengan senyum yang menawan. Ia merasa senang bisa menjalani aktivitas bersama dengan Lia dan teman-teman nya. Ia berharap bisa menjalani masa sekolah yang menyenangkan bersama Lia.
Setelah film selesai, mereka berempat berjalan keluar dari bioskop. Pandu mengajak Lia dan teman-teman nya untuk makan malam bersama di restoran dekat bioskop.
"Gimana, Lia? Lo seneng nggak nonton film bareng kita?" tanya Pandu.
"Seneng banget, Pandu," jawab Lia dengan senyum yang tulus. "Makasih ya udah ngajak gue nonton film."
"Sama-sama, Lia," jawab Pandu. "Gue seneng bisa menjalani aktivitas bersama dengan lo dan teman-teman lo."
Pandu kemudian mengemudi mobil menuju restoran yang ia maksud. Lia merasa bahagia bisa menjalani aktivitas bersama dengan Pandu dan teman-teman nya. Ia yakin bahwa perubahan besar yang ia lakukan akan membawa kebahagiaan dan pengalaman baru yang menakjubkan dalam hidupnya.
Setibanya di restoran, Pandu memesankan makanan favorit Lia dan teman-temannya. Mereka berbincang sambil menikmati hidangan yang lezat. Pandu menceritakan tentang pengalamannya bermain basket dan cita-citanya untuk menjadi atlet profesional. Raya dan Clara pun bercerita tentang hobi mereka dan impian mereka di masa depan. Lia mendengarkan dengan antusias, sesekali menyisipkan komentar dan candaan. Suasana makan malam terasa hangat dan menyenangkan.
"Lia, lo kok diem aja? Mikirin apa sih?" tanya Pandu dengan nada yang penuh keingintahuan.
Lia tersenyum malu. "Nggak papa, aku cuma mikirin tentang perubahan besar yang aku lakukan aja. Aku nggak nyangka bisa menjalani kehidupan baru di kelas IPS 3 dengan penuh semangat dan persahabatan baru."
"Ya, itu sih yang penting," ujar Pandu. "Lo harus selalu berani menghadapi tantangan baru dan mencari kebahagiaan dalam perjalanan hidup lo."
"Iya, Pandu," jawab Lia. "Aku bakal terus berusaha buat mencapai mimpi-mimpi aku dan menikmati perjalanan baru ku di kelas IPS 3."
"Gue yakin lo bisa ngelewatin semua tantangan dengan baik, Lia," sambung Raya. "Lo anak yang kuat dan berani. Gue percaya sama lo."
"Iya, Lia. Kita akan selalu mendukung lo," tambah Clara.
Lia merasa lega mendengar kata-kata Pandu, Raya, dan Clara. Ia merasa bahagia memiliki teman-teman yang selalu mendukung nya. Ia yakin bahwa ia bisa menjalani kehidupan baru nya di kelas IPS 3 dengan penuh semangat dan persahabatan baru.
Setelah makan malam, Pandu mengantarkan Lia, Raya, dan Clara kembali ke rumah masing-masing. Sebelum turun dari mobil, Lia mengucapkan terima kasih pada Pandu dan teman-teman nya.
"Makasih ya, Pandu, Ra, Cla, udah ngajak gue nonton film dan makan malam bareng," ujar Lia dengan senyum yang tulus. "Gue seneng bisa menjalani aktivitas bersama dengan lo semua."
"Sama-sama, Lia," jawab Pandu. "Gue seneng bisa menjalani aktivitas bersama dengan lo dan teman-teman lo."
"Iya, Lia. Gue seneng bisa menjalani aktivitas bersama dengan lo," sambung Raya dan Clara.
Lia kemudian turun dari mobil dan berpamitan pada Pandu, Raya, dan Clara. Ia berharap bisa menjalani masa sekolah yang menyenangkan bersama mereka.
Saat Lia berjalan menuju rumah nya, ia menatap langit malam yang indah. Ia merasa bahagia bisa menjalani kehidupan baru nya di kelas IPS 3 dengan penuh semangat dan persahabatan baru. Ia yakin bahwa perubahan besar yang ia lakukan akan membawa kebahagiaan dan pengalaman baru yang menakjubkan dalam hidupnya.
Lia pun masuk ke rumah dengan senyum yang lebar. Ia merasa bahagia bisa menjalani aktivitas bersama dengan Pandu dan teman-teman nya.
Saat Lia memasuki ruang tamu, ia melihat Ayah dan Ibu nya sedang duduk di sofa sambil menonton televisi. Ayah dan Ibu nya menyapa Lia dengan senyum yang hangat.
"Lia, kamu sudah pulang?" tanya Ayah dengan nada yang lembut.
"Iya, Ayah. Aku baru saja pulang dari nonton film bareng teman-teman," jawab Lia dengan senyum yang tulus.
"Oh, ya? Seru nggak nonton film nya?" tanya Ibu dengan nada yang penasaran.
"Seru banget, Bu. Kita nonton film action yang mendebarkan," jawab Lia dengan mata yang berbinar. "Aku seneng bisa menjalani aktivitas bersama dengan teman baru ku."
"Siapa teman-teman baru mu itu?" tanya Ayah dengan nada yang penasaran.
"Teman baru ku di kelas IPS 3, Ayah. Mereka ramah dan menyenangkan," jawab Lia dengan senyum yang tulus.
Ayah dan Ibu nya menangguk mengerti. Mereka merasa senang mendengar Lia bisa menjalani kehidupan baru nya di kelas IPS 3 dengan penuh semangat dan persahabatan baru.
"Lia, Ayah dan Ibu senang mendengar kamu bisa menjalani kehidupan baru mu dengan baik," ujar Ayah dengan nada yang menenangkan. "Ayah dan Ibu selalu mendukung kamu. Teruslah berjuang mencapai mimpi-mimpi mu."
"Iya, Ayah, Ibu. Terima kasih," jawab Lia dengan senyum yang tulus. "Aku bakal terus berusaha buat mencapai mimpi-mimpi ku."
Lia kemudian menaiki tangga menuju kamar nya. Tiba-tiba, suara langkah kecil berlari mendekati nya. Ia menoleh dan terkejut melihat Silvi, adik nya yang berusia lima tahun, berlari ke arahnya dengan wajah ceria.
"Kak Lia, Kak Lia! Silvi mau main!" teriak Silvi dengan suara yang gembira. Ia berpegangan pada rok Lia dan berusaha menariknya ke bawah.
"Eh, Silvi, kok kamu nggak tidur?" tanya Lia dengan nada yang lembut. Ia menunduk dan menatap wajah adik nya yang lucu.
"Silvi nggak ngantuk," jawab Silvi dengan nada yang manja. "Silvi mau main bareng Kak Lia."
Lia tersenyum lebar. Ia merasa bahagia bisa bermain dengan adik nya.
"Oke, Silvi. Kak Lia mau main bareng kamu," jawab Lia. "Tapi, kita main di kamar Kak Lia ya. Nanti kalau kebisingan, Ayah sama Ibu nggak bisa tidur."
Silvi menangguk mengerti. Ia menarik tangan Lia dan menuntun nya menuju kamar Lia.
"Kak Lia, kita main apa ya?" tanya Silvi dengan nada yang penasaran.
"Kita main boneka aja, Silvi," jawab Lia. "Kak Lia punya boneka baru lho. Ini boneka kucing yang lucu."
Lia mengambil boneka kucing yang baru ia beli dan menunjukkan nya pada Silvi. Silvi menatap boneka kucing itu dengan mata yang berbinar. Ia menjangkau tangan nya untuk memegang boneka kucing itu.
"Wah, lucu banget, Kak!" teriak Silvi dengan suara yang gembira. Ia memeluk boneka kucing itu erat-erat.
Lia tersenyum lebar. Ia merasa bahagia bisa melihat adik nya senang. Lia kemudian bermain boneka bersama Silvi selama beberapa menit. Mereka berdua kemudian bercerita yang menarik tentang boneka kucing itu.
Saat Lia dan Silvi bermain boneka, tiba-tiba Ayah nya mengetuk pintu kamar Lia.
"Lia, Silvi, kamu sudah tidur?" tanya Ayah dengan nada yang lembut.
"Belum, Ayah," jawab Lia. "Kita lagi main boneka."
"Oke, tapi jangan terlalu larut mainnya," ujar Ayah. "Nanti kamu nggak bisa bangun pagi buat sekolah."
"Iya, Ayah," jawab Lia. "Kak Lia bakal segera tidur."
Ayah kemudian pergi meninggalkan kamar Lia. Lia menatap adik nya dengan senyum yang tulus.
"Silvi, ayo kita tidur," ujar Lia. "Besok kita sekolah bareng."
Silvi menangguk mengerti. Ia meletakkan boneka kucing itu di samping nya dan merangkak ke atas ranjang Lia.
Lia memeluk adiknya erat-erat. Ia merasa bahagia bisa memiliki adik yang lucu dan menggemaskan. Silvi pun membalas pelukan Lia dengan erat, wajahnya menunjukkan kebahagiaan karena bisa bermain dengan kakaknya.
Keesokan harinya, Lia bangun pagi dan menyiapkan diri untuk ke sekolah. Ia menikmati sarapan bersama Ayah dan Ibu nya. Mereka berbincang tentang hari-hari yang menyenangkan yang dialami Lia di sekolah baru. Lia pun menceritakan tentang Pandu dan teman-teman baru nya. Ayah dan Ibu nya mendengarkan dengan senyum yang hangat.
"Lia, Ayah dan Ibu senang kamu bisa berteman dengan baik di sekolah baru," ujar Ayah dengan nada yang menenangkan. "Teruslah berteman dengan mereka dan jangan lupa untuk terus belajar dengan rajin."
"Iya, Ayah, Ibu. Terima kasih," jawab Lia dengan senyum yang tulus. "Aku bakal terus berusaha buat menjadi anak yang baik dan berprestasi."
Lia kemudian berpamitan pada Ayah, ibu, kakak dan adiknya.
Setibanya di sekolah, Lia menyapa Raya dan Clara yang sudah menunggu nya di depan kelas. Mereka berbincang tentang pengalaman mereka semalam dan rencana mereka untuk hari ini.
"Lia, lo mau nggak ikut ke kantin bareng kita setelah jam pelajaran pertama?" tanya Raya. "Kita mau beli snack dan ngobrol bareng."
"Oke, Ra. Gue mau ikut," jawab Lia. "Gue pengen ngobrol bareng lo semua."
"Oke, kita ketemu di kantin ya," kata Clara.
Lia berjalan menuju kelas nya dengan semangat baru. Ia ingin bertemu dengan Pandu dan teman-teman baru nya. Namun, sebelum ia sampai di pintu kelas, tiba-tiba seorang anak laki-laki menghadang jalannya. Lia mengerutkan kening dan menatap anak laki-laki itu dengan wajah yang bingung.
"Arga?" gumam Lia dengan suara yang sedikit gemetar.
Arga adalah mantan pacar Lia yang berasal dari kelas IPA. Mereka berpacaran selama satu tahun sebelum akhirnya berpisah beberapa bulan yang lalu. Lia tidak menyangka akan bertemu dengan Arga di sekolah ini. Terlebih lagi, Arga terlihat marah dan mengancam.
"Lo ngapain di sini?" tanya Arga dengan nada yang kasar. Matanya memandang Lia dengan tatapan yang tajam dan mengancam.
"Gue mau ke kelas," jawab Lia dengan suara yang gemetar. Ia berusaha tetap tenang dan tidak menunjukkan rasa takut pada Arga.
"Lo nggak berhak ada di kelas ini!" bentak Arga. "Lo harus kembali ke kelas IPA. Gue nggak setuju lo pindah jurusan IPS."
Lia terkejut mendengar perkataan Arga. Ia tidak menyangka Arga akan bereaksi sekeras ini. Lia berusaha menjelaskan pada Arga bahwa keputusan nya untuk pindah jurusan adalah keputusan yang tepat dan ia ingin menjalani hidup nya dengan penuh semangat.
"Arga, ini keputusan gue. Gue ingin menjalani hidup gue dengan penuh semangat dan mencari kebahagiaan dalam perjalanan hidup gue. Gue ingin berteman dengan orang-orang yang menyenangkan dan menjalankan impian gue," ujar Lia dengan suara yang tegas.
Arga terdiam sejenak, merenungkan perkataan Lia. Ia tidak menyangka Lia akan bersikap sekeras ini. Ia tahu bahwa Lia adalah wanita yang kuat dan berani, tapi ia tidak menyangka Lia akan menentang keputusan nya sekeras ini.
"Lo nggak bakal bisa menghindar dari gue," ancam Arga dengan nada yang mengancam. "Gue bakal selalu mengawasi lo. Dan gue bakal buat lo nyesel udah pindah jurusan IPS."
Lia merasa takut mendengar ancaman Arga. Ia tidak menyangka Arga akan bersikap sekeras ini. Ia berusaha tetap tenang dan tidak menunjukkan rasa takut pada Arga.
"Arga, gue mohon sama lo," ujar Lia dengan suara yang gemetar. "Gue ingin menjalani hidup gue dengan penuh semangat tanpa harus takut sama lo. Gue harap lo bisa menerima keputusan gue ini."
Arga menatap Lia dengan tatapan yang tajam dan mengancam. Ia kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Lia.
kyk"Lia menghela nafas dalam-dalam", "Jangan takut, pandu itu sebenarnya baik" kasih kyk cerita lai gt spy pembaca juga menikmatinya tdk hny kalimat itu" sj dr bab 1-5 Lia cerita k keluarganya, tmn" ny bhkn guru" nya di mohon dong jgn terlalu banyak cerita seperti itu! tolong berikan cerita yang lebih menarik lagi!