Jaka Satya yang berniat menjadi seorang Resi, diminta Raja Gajayanare untuk bertugas di Sandhi Ponojiwan, yang bermarkas di kota gaib Janasaran.
Dia ditugaskan bersama seorang agen rahasia negeri El-Sira. Seorang gadis berdarah campuran Hudiya-Waja dengan nama sandi Lasmini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba Di Rahbain
Gadis itu mendesahkan napasnya sambil berkata perlahan, "Kalau saja bukan karena Puteri Layla .."
"Ingat kita harus melakukan permainan seperti yang telah kita sepakati," tukas Satya memperingatkan.
"Tak seorangpun boleh mengganggu Layla!"
Kemudian kebisuan mencekam mereka. Lambat-lambat terdengar suara dentuman motor kapal yang melintasi sungai Mestha. Curah hujan semakin hebat dan malam pun semakin kelam.
Terdengar oleh Jaka Satya tarikan napas lembut gadis di sampingnya.
Lasmini telah terlelap ke alam mimpi, sedangkan Jaka masih merasa sulit untuk memejamkan matanya Ia memperbaiki letak tidurnya berusaha menghalau semua bayangan yang menghantui benaknya. Ia memerlukan istirahat agar besok kembali segar menghadapi tugas yang akan lebih berat.
Sinar mentari yang kekuningan menyapu ruangan tidur ketika Jaka Satya terbangun keesokan paginya.
Lasmini masih tergolek di sampingnya dengan desahan napas yang teratur. Naluri Jaka Satya membisikkan sesuatu yang mencurigakan.
Pandangannya menyapu sekeliling ruangan dan tangannya telah menggenggam pistol di bawah bantal.
Hujan telah berhenti. Dan suara lalu-lintas terdengar samar-samar menerobos lewat jendela.
Tiba-tiba. pandangan Jaka Satya tertuju pada bayangan di dekat semak-semak di samping pintu teras. Tak salah lagi .. Volkan sedang mengintai!
Sambil pura-pura menggeliat, Satya bergulir ke samping kemudian mendaratkan ciuman ke bibir Lasmini yang masih tertidur.
Gadis itu tersentak kaget matanya terbelalak dan tangannya langsung menahan dada Jaka Satya.
Namun dengan cepat Satya memberikan tanda dengan sudut matanya kearah teras.
"Apa yang sedang dilakukan Volkan?" bisik Lasmini.
"Mengintai pengantin baru," sahut Jaka Satya perlahan.
"Nah, kalau demikian kita tak boleh mengecewakannya."
Dan tersenyum kemudıan memeluk Jaka Satya dengan hangat dan menciumnya dengan mesra.
Satya menoleh lagi ke arah teras Volkan telah beranjak pergi, rupa-rupanya si "beruang' itu puas dan percaya bahwa Lasmini dan Jaka Satya merupakan pasangan pengantin yang sedang berbulan madu seperti yang dikatakan mereka.
Dengan perasaan segan Satya melepaskan pelukan terhadap tubuh Lasmini yang lembut hangat. Namun di luar dugaannya gadis itu semakin
mempererat pelukannya.
Bola matanya menatap redup dan pipinya bersemu kemerahan.
"Kita harus berpakaian dan ber siap- siap pergi Lasmini!" desah Jaka Satya.
"Nanti sebentar lagi!" ujar gadis itu dengan suara gemetar menahan gejolak gairah yang memenuhi relung dadanya.
"Pesawat kita akan berangkat satu setengah jam lagi," Jaka Satya menjelaskan.
"Aku ingin terbang sekarang juga," sahut Lasmini sambil memperketat pelukanya dan mencium bibir Jaka Satya dengan ganasnya.
...***...
JAHANAM KIRTU.
ENYAHLAH
PUTRI KESEPULUH.
Poster-poster yang mengutuk Puteri Layla tampak bergantungan sekeliling pagar lapangan terbang Rahbain.
Dua hari sebelumnya Putri Layla telah disambut dengan caci maki dan sumpah serapah oleh segerombolan manusia yang telah menantikan kedatangannya.
Sehingga terpaksa dia dan Sheik Zeid harus dikawal dengan pasukan yang kuat dalam perjalanan dari lapangan terbang ke istana.
Poster-poster yang masih bergantungan merupakan petunjuk jelas bahwa kemelut sedang melanda negeri ini, pikir Satya yang berdiri di pelataran parkir lapangan terbang yang sedang ber debat bersama Wibisono Yudhodiningrat.
"Pulangkan dia segera, Sat! Keadaan di sini benar-benar sedang gawat! cetus Wibisono.
"Tidak! Lasmini tetap tinggal bersamaku!" Jaka Satya bersikeras.
"Aku tak pernah menduga bahwa kau akan bersikap macam laki-laki yang sedang dimabuk cinta!" sergah Wibisono.
Pandangan matanya berubah dari kekhawatiran menjadi geram. Wibisono seorang laki-laki berperawakan tangguh, bermata coklat dan wajah yang selalu tampak kemerahan.
"Tak ada lagi wanita, Sat." kata Wibisono.
"Kecuali orang sini. Semua Kedutaan telah mengirim pulang keluarganya!"
"Aku tetap ingin mendampingi suamiku!"Lasmini menyela dengan tegas.
"Huh..." Wibisono mendengus, "Kalau begitu cepat masuk ke dalam bendi!"
"Tidak. Aku menunggu bendi dari Kedutaan!"