NovelToon NovelToon
Saat Si Antagonis Berubah

Saat Si Antagonis Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Percintaan Konglomerat / Teen School/College / Roman-Angst Mafia
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

Begitu bangun dari mimpi buruk di bunuh oleh my crush, Ellison beserta sahabat-sahabatnya, Queen berubah total.

Semenjak kejadian itu, dia tidak akan ikut campur lagi saat Ellison di dekati oleh cewek-cewek, bahkan dia berhenti mengejar pemuda itu.

Setiap berpapasan, Queen selalu menghindar Ellison karena teringat penyiksaan penyiksaan itu. Hingga puncaknya dia tetap harus bertunangan dengan Ellison atas desakan keluarga mereka.

Bagaimana Queen mengatasi ketakutannya terhadap Ellison seorang cowok kejam dan dingin?

Akankah dia bisa membatalkan pertunangan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Dengan gerakan cepat, Ellison meraih tangan Queen yang gemetar sambil membantunya berdiri dari lantai dingin ruangan itu.

"Tidak ada anggota keluarga mafia yang berlutut meminta maaf," bisik Ellison dengan suara yang rendah namun tegas, tatapan matanya menusuk langsung ke dalam jiwa.

Queen, yang sejak tadi menundukkan kepala, kini mengangkat wajahnya. Matanya yang sembab beradu dengan tatapan Ellison.

"Aku tahu, tapi aku benar-benar salah, kak Ell. Mama dan Papa juga berkata aku harus melakukan ini saat aku salah," ucapnya dengan suara yang bergetar, mencoba menahan air mata yang siap jatuh.

Ellison menghela napas dalam-dalam, raut wajahnya mengeras. "Kita adalah keluarga mafia, Valerie. Kita menyelesaikan masalah dengan cara kita, bukan dengan berlutut seperti pengecut," ujarnya, mencoba menyembunyikan rasa frustrasi yang mendalam.

Queen membalas dengan pandangan yang sama kerasnya. "Tapi mama sama papa udah enggak ada, jadi aku bukan lagi anggota keluarga mafia,"balasnya, keberanian dalam suaranya mengejutkan Ellison sejenak.

Ellison memandang Queen, mencoba membaca kejujuran di wajahnya. Sementara itu, Rhea yang menyaksikan adegan itu tersenyum kecut, secara tidak langsung Ellison perhatian kepada Queen.

Ellison akhirnya mengendurkan cengkeramannya, menatap Queen dengan kompleksitas emosi yang tidak bisa diuraikan.

"Serah lo," ucap Ellison.

"Bubar! " teriak Ellison, langsung di turuti seluruh warga sekolah untuk meninggalkan tempat aula.

Queen hanya menatap punggung Ellison yang sudah menjauh dengan sendu,dia menghela nafas panjang sambil meraup wajahnya kasar.

Gadis itu duduk di tangga termenung apa yang telah dia lakukan tadi,itu benar-benar merusak nama baik keluarga Adelio. "maafkan aku, Kakek,"

Deby melangkah pelan mendekati Queen yang sedang duduk sendirian, matanya sembab karena menangis. Tangan Deby terulur, sambil senyum mengembang di wajahnya.

"Kak Vale," panggilnya lembut. Queen mengangkat kepala, menatap Deby yang berdiri di hadapannya. Sejenak, dia menghapus air matanya dengan punggung tangan, lalu menerima uluran tangan Deby dengan senyuman tipis.

"Maaf, Kak, gara-gara aku Kakak di tuduh bully aku," ungkap Deby dengan nada bersalah.

Queen menggeleng pelan, matanya masih memerah. "Itu bukan salah lo kok, Deb," jawabnya, suaranya serak karena menahan tangis.

"Aku mau ngembaliin jas Kakak, terima kasih jasnya," lanjut Deby, sambil menyerahkan jas yang sempat dipinjam.

Deby melihat jas itu, seakan memastikan kondisinya masih baik. "Gimana? Bajunya muat enggak?" tanya Queen, mencoba mengalihkan pembicaraan agar suasana menjadi lebih ringan.

"Muat kok, Kak," jawab Deby dengan senyum lega. "Nanti aku bakal ganti uangnya," tambahnya, ingin memastikan segala utang budi terbayarkan.

Queen mengibaskan tangan, menolak tawaran itu dengan lembut. "Enggak usah, gue ikhlas kok," katanya, sambil tersenyum lebih lebar.

"kak, aku ingin berteman dengan kakak,boleh?" Deby menatap Queen dengan mata berbinar.

"ok, mulai sekarang lo teman gue dan gue harap lo jangan panggil gue kakak, nama saja," pinta Queen.

"siap!" ucapnya sumringah.

***

Queen berhenti tepat di depan pintu kelas saat matanya tertumbuk pada biola kesayangannya yang tergeletak rusak parah di lantai. Tangannya secara refleks mengepal kuat, denyut nadinya berpacu, sebuah ledakan emosi terpendam mulai mendidih dalam dirinya.

Baru saja dia keluar dari ruang aula harus disuguhkan dengan pemandangan yang membuat dia emosi. Bagaimana bisa biola kesayangannya rusak parah.

"Siapa?" suara Queen menggema dingin dan tajam, mengiris kesunyian kelas yang mendadak hening.

Ketegangan menggantung di udara, semua mata terpaku padanya, belum pernah mereka menyaksikan Queen yang seperti ini.

Dengan napas yang terengah-engah, Queen menambahkan, volume suaranya meningkat, "Gue tanya, siapa pelakunya?"

Di sudut kelas, si pengganggu yang biasa menyulitkan Queen hanya bisa tertunduk, terperangkap dalam ketakutan dan keheningan yang mendalam. Dia tidak menyangka Queen begitu menakutkan saat marah.

"Alexi beserta gengnya," sahut Lio datar.

***

Di kantin kelas tiga yang biasanya sunyi, kehebohan luar biasa menerjang seketika. Para siswa berjejalan, berdesak-desakan di antrean panjang untuk memesan makanan, namun tiba-tiba kesibukan itu terhenti.

Semua mata tertuju pada pintu saat Chelsea dan lima laki-laki yang disebut-sebut sebagai 'wanted' memasuki ruangan, membawa aura yang tak tertandingi.

Chelsea, yang beruntung mendapatkan tempat khusus di lengan Sean. Ellison memimpin langkah ke sudut kantin, tempat yang telah menjadi markas mereka meskipun jarang mereka singgahi.

Rhea, yang baru saja menghampiri dari selatan kantin, langsung menyita perhatian. "Boleh gabung?" suaranya menembus kesunyian.

Gio, dengan senyum tipis, merespons, "Silahkan."

Namun, Rhea tak segera duduk; matanya terpaku pada Ellison, menunggu isyarat. Ellison, yang merasa dipandangi, hanya berdehem pelan, menyetujui tanpa banyak ekspresi.

Mendapatkan anggukan itu, Rhea akhirnya merasa lega dan duduk di samping Chelsea, berhadapan langsung dengan Ellison.

Belum lama setelah itu, Alexi beserta dua kawannya yang anggun masuk. Mereka menghampiri meja The Devil, tempat Ellison dan kawan-kawannya sedang berkumpul.

Dengan senyuman yang melecehkan, Alexi menyapa, "Halo semuanya."

Gio, yang terkenal dengan kebiasaannya berbicara sindir, balas menyindir, "Wah, ada nenek lampir,"

Alexi tidak terpengaruh, dia tersenyum licik sambil menatap Rhea. "Kami hanya ingin menyapa, kok. Kami tahu batasan, enggak akan ganggu kalian."

Rhea, merasa disindir namun hanya bisa terdiam, memperhatikan Alexi berlalu pergi. Tanpa ada yang sadari, gadis itu mengepal tangannya kuat menatap benci Alexi.

Setelah itu, Alexi dan teman-temannya memilih tempat duduk yang jauh dari meja inti The Devil. Ketika semua pesanan mereka tiba, mereka pun mulai makan dengan tenang.

Namun, ketenangan mereka terganggu saat Queen datang tiba-tiba dan melemparkan biola rusaknya ke atas meja mereka bertiga.

PRANG!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!