Selama ini tidak pernah Julia mempunyai prasangka buruk pada keluarga Tantenya, walaupun selama ini Julia tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh keluarga Tantenya itu.
Gadis berusia dua puluh dua tahun yang belum pernah sekalipun dekat dengan seorang pria itu, di jual oleh Tantenya untuk melunasi hutangnya pada rentenir.
Julia yang malang, hanya bisa pasrah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 26.
Harry memandang Ayahnya sambil mengerutkan kening, sepertinya dia mencoba memahami apa yang terjadi antara ke dua orang tuanya itu.
"Papa! kamu jahat!" sahut Harry kencang.
Sontak membuat Lucas dan Julia memandang Harry terkejut.
"Ada apa nak?" tanya Lucas heran.
"Papa jahat! kenapa Papa buat Mama sedih!" ujar Harry dengan wajah cemberut memandang Ayahnya itu.
"I..itu, Papa tidak sengaja nak, Papa tidak akan ulangi lagi!" akhirnya Lucas mengerti dengan kata 'jahat' yang di maksud Harry.
Lucas menyadari kecerobohannya, seharusnya dia bisa menjaga perkataannya di depan putranya itu.
Harry terus memandang Lucas dengan tatapan tajam, dengan wajah cemberutnya.
"Maafkan Papa nak, Papa janji tidak akan membuat Mama sedih lagi!" sahut Lucas mendekati putranya tersebut.
Lucas berjongkok men-sejajarkan tingginya dengan Harry.
"Papa sudah minta maaf pada Mama, tapi Mama kayaknya tidak memaafkan Papa, apa yang harus Papa lakukan agar Mama memaafkan Papa?" tanya Lucas dengan nada sedih pada putranya itu.
Julia melirik lelaki beda usia yang sedang berbicara tersebut, di mana yang satu menunjukkan wajah juteknya memandang Ayahnya, dan yang satu dengan wajah memelas nya.
Julia diam-diam menghela nafas, dia belum merasakan ada sesuatu yang bisa menyentuh hatinya untuk menerima perhatian Lucas padanya.
Julia hanya memikirkan tentang status Harry saja, dan menerima Lucas karena bertanggung jawab dengan perbuatannya.
Perasaan Julia masih menganggap Lucas pria asing yang masuk kedalam kehidupannya tanpa di sengaja, dan terpaksa menikahinya.
"Sudah waktunya untuk pergi ke kantor, pergilah!" sahut Julia datar seraya mengelap tangannya yang basah setelah selesai mencuci piring mereka.
Julia berjalan ke kursi tempat tadi Lucas duduk, lalu meraih dasi yang belum sempat di pakai Lucas tadi.
"Kemari lah!" sahut Julia masih dengan nada datar.
Lucas menoleh memandang Julia.
Pria itu melihat Julia memegang dasinya, spontan sudut bibir Lucas tersenyum simpul.
Dia begitu senang melihat Julia berinisiatif untuk memakaikan dasinya, ini langkah yang bagus untuk bisa lebih dekat lagi dengan Julia.
Lucas mengelus kepala Harry yang masih cemberut, lalu Lucas dengan cepat bangkit dari jongkoknya.
Pria itu mendekati Julia yang tengah memegang dasinya, dan tersenyum senang menghampiri Julia.
Dan sekarang mereka sudah saling berhadapan begitu dekat satu sama lain.
Tangan Julia mengalungkan dasi yang di pegangnya ke leher Lucas, dan mulai memasang dasi tersebut di sela kerah kemeja pria itu.
Lucas menundukkan sedikit punggungnya, karena tinggi tubuhnya membuat Julia sulit untuk mengikat dasi itu dengan benar.
Mata Lucas dengan lekat menatap mata indah Julia, yang terlihat fokus mengikat dasinya dengan rapi.
Sementara itu Harry masih memperhatikan ke dua orang tuanya itu, melihat apa yang dilakukan Ibunya tersebut kepada Ayahnya.
Harry melihat sepertinya Ibunya sudah tidak marah lagi pada Ayahnya.
Anak lelaki imut itu memang punya kelebihan pada dirinya, yang membuat dia jadi terlihat dewasa dan pandai berbicara.
Sedari bayi, Harry sangat pendiam, jarang menangis, lebih cenderung berbicara sendirian dengan bahasa bayi sambil bermain dengan mainannya kalau Julia sibuk.
Julia tidak kerepotan menjaga Harry sewaktu bayi, karena saat selesai minum susu, Harry yang masih bayi sudah langsung terlelap dengan sendirinya karena kekenyangan.
Dan itu memudahkan Julia untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan restoran.
Dan, disini Harry usia empat tahun mengamati kedua orang tuanya, yang menurutnya sudah berbaikan.
"Sudah!" ucap Julia selesai mengikat dasi Lucas dengan rapi.
Lucas menyentuh simpul dasi yang diikat Julia, ternyata sangat rapi.
"Terimakasih" ucap Lucas lembut.
Tangannya setengah ragu terangkat ingin mengelus kepala Julia, tapi diturunkan nya kembali.
Dia tidak boleh terlalu agresif, nanti Julia tidak nyaman dengan apa yang dilakukannya tanpa permisi pada Julia.
"Besok aku ingin mendaftarkan Harry untuk masuk ke sekolah playgroup, umurnya sudah cukup untuk masuk playgroup!" ujar Julia menatap mata Lucas yang masih saja terus menatapnya.
"Iya, aku akan ikut denganmu besok untuk mendaftarkan putra kita!" Lucas menganggukkan kepalanya menyetujui keputusan Julia tersebut.
"Baik!" jawab Julia, "Pergilah sudah semakin siang!"
"Boleh aku mengecup mu?" tanya Lucas hati-hati.
Julia sesaat tidak berkedip menatap Lucas. Lalu setelah merenung sebentar, Julia menganggukkan kepalanya.
Wajah Lucas langsung berbinar melihat kepala Julia yang mengangguk.
Dengan cepat Lucas mengecup bibir Julia.
"Aku pergi dulu, jangan lupa makan siangku ya?" sahut Lucas dengan nada senang, matanya terlihat berbinar-binar.
Lalu pria itu berbalik menghadap pada putranya, yang masih memperhatikan mereka berdua sedari tadi.
"Papa pergi kerja dulu ya nak!" Lucas mengelus kepala Harry dengan lembut, lalu mendaratkan ciumannya di puncak kepala Harry.
Dengan hati bahagia Lucas berangkat ke kantor, sambil bersiul-siul kecil dia masuk ke dalam mobil.
Edward yang sudah standby di depan kemudi, tersenyum melirik Bos nya itu lewat kaca spion.
Sudah cukup lama Edward bekerja pada Lucas, baru kali ini Edward melihat Bos nya begitu bahagia sekali.
Ternyata kehadiran istri dan putranya, membuat Bos nya itu terlihat berbeda.
Bersambung.....
buat kepala👍👍👍
cerita ini bagus bangt...