Seorang pemuda biasa saja yang sama sekali tidak menonjol namun pintar dan bercita cita menjadi dokter, tiba tiba di datangi oleh hantu teman sekelasnya yang cantik, indigo dan terkenal sebagai detektif di sekolahnya dari masa depan. Menurut sang hantu, dirinya akan meninggal 50 hari dari sekarang dan dia minta tolong sang pemuda menjaga dirinya yang masih hidup.
Sang pemuda menjadi bingung karena gadis teman sekelasnya sebenarnya ingin mengusir hantu adik kembar sang pemuda yang selalu duduk di pundaknya. Akhirnya karena dia tidak mau melihat teman sekelasnya meninggal dan dia sendiri juga menaruh hati kepada sang gadis, akhirnya dia memutuskan untuk membantu. Di mulailah petualangan mereka mengungkap dalang di balik kematian sang gadis yang ternyata melibatkan sebuah sindikat besar yang jahat.
Keduanya menjadi pasangan detektif dan asisten yang memecahkan banyak kasus sambil mencari informasi tetang sindikat itu.
Mohon komen dan likenya ya, terima kasih sudah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1
“Tino....oi....Tino,”
“Ugh,” seorang pemuda yang di panggil Tino mulai mengerang, dia membuka matanya tapi dia merasakan ada sesuatu yang menindihnya sampai dia merasa sesak dan tidak bisa bangun dari ranjang, dia mencoba berteriak namun suaranya seperti terjepit di tenggorokannya,
“A..apa ini...ke..kenapa gue....gue ga bisa ngomong,” ujar Tino dalam hati.
“Hehe akhirnya bangun juga,”
Tino melirik ke atasnya, dia sangat terkejut ketika mengetahui ada seorang gadis cantik berpakaian seragam sma putih abu abu sedang duduk di atas tubuhnya, dia langsung ketakutan karena gadis cantik itu bukanlah manusia dan dia mengenal gadis itu karena gadis itu adalah teman sekelas nya,
“A...Amel ? lo....ha...hantu ?” ujarnya perlahan.
“Yup...sori jangan takut dan jangan teriak, gue hantu Amelia dan gue butuh bantuan lo,” ujar hantu Amelia.
“Ke..kenapa lo jadi hantu ?” tanya Tino.
“Gue hantu dari masa depan, 50 hari dari sekarang, gue akan meninggal tapi gue lupa apa sebabnya, tolong bantu gue mencegah kematian gue,” jawab Amelia.
“Hah....ke..kenapa gue ?” tanya Tino.
“Hmm kenapa ya, ga tau juga, tapi ketika gue jadi hantu, yang gue inget cuman lo, karena dua adik lo yang selalu duduk di pundak lo hehe,” jawab Amelia.
******
Begitulah awalnya, nama gue Tino Adrian, gue berumur 17 tahun sekarang dan kelas 11 sma, gue bukan indigo atau apalah sebutannya, gue biasa saja, kehidupan dan kemampuan gue juga biasa saja dan gue bukan anak yang bisa melihat aneh aneh dan gaib, tidak ada yang menonjol dan istimewa dari diri gue. Nah masalahnya di sini, gue punya dua adik kembar, semua bermula ketika nyokap merid lagi setelah di tinggal sama bokap yang meninggal ketika usia gue baru lima tahun akibat kelelahan bekerja. Sejak itu, nyokap berjuang mati matian untuk menghidupi gue dan tidak jarang juga dia sakit. Gue yang melihat nyokap seperti itu, punya cita cita untuk menjadi seorang dokter dengan tujuan kalau nyokap sakit, gue yang akan menyembuhkan dia.
Ketika gue berusia 12 tahun, nyokap bertemu dengan seorang pria yang menurut nyokap adalah teman masa kecil nya di desa, setelah bersama selama setahun, mereka memutuskan menikah. Bokap tiri gue sangat sayang ama gue, namun ketika dia membawa gue dan nyokap ke rumah nya, gue kaget karena bokap tiri gue menggandeng dua orang gadis kecil yang kira kira usianya baru lima tahun dan lucu. Langsung saja terlontar pertanyaan dari mulut gue, “wah aku punya adik kembar ya,” tapi begitu mendengar ucapan gue, nyokap dan bokap tiri gue langsung menatap gue dengan wajah bingung.
Setelah itu, barulah gue tahu kalau bokap tiri gue sebenarnya seorang duda yang di tinggal meninggal oleh istrinya yang sedang hamil besar karena kecelakaan lalu lintas. Di hasil usg terakhir, sang istri ternyata mengandung bayi kembar yang belum di ketahui kelaminnya. Bokap tiri gue langsung memeluk gue dan mengatakan terima kasih, saat itu gue belum tahu apa maksudnya, tapi akhirnya gue mengerti, karena dua adik gue tidak lagi berpengangan tangan dengan bokap gue, melainkan duduk di kedua pundak gue dan selalu ikut gue kemana saja. Jadi bokap tiri gue terlepas dari beban dan rasa bersalah karena membiarkan istrinya meninggal waktu itu.
Kedua adik kembar gue tidak pernah lepas dari gue, mereka selalu mengikuti gue sampe ke sekolah bahkan kalau ke toilet sekalipun, walau gue tahu mereka hantu, tapi karena mereka lucu akhirnya gue diamkan saja, bahkan gue memberi nama mereka, karena menurut bokap mereka harusnya lahir di bulan Mei dua tahun lalu, akhirnya gue memberi nama mereka Mei dan May, keduanya terlihat senang dan memeluk lengan gue. Kalau kata paranormal sih gue ketempelan hantu atau di gandrungi hantu, tapi gue ga merasa begitu terhadap dua adik kecil gue yang lucu ini.
Walau pundak gue terasa berat karena mereka duduk di sana, gue berusaha memperkuat tubuh gue agar mereka tidak terasa berat di pundak gue, akhirnya gue jadi besar dan tinggi walau sedikit kurus. Kehidupan gue biasa saja, hanya saja kadang adik kembar gue suka menunjukkan jalan sama gue ketika gue di luar rumah atau sekolah dan ketika gue melewati jalan yang di tunjukkan oleh salah satu dari mereka ada saja orang atau bahkan kucing yang perlu di tolong dan biasanya gue menolong mereka dengan suka rela.
Kehidupan gue lancar lancar saja, sampai gue masuk ke sekolah sma baru gue, ketika duduk di kelas, tiba tiba saja ada seorang gadis cantik duduk di sebelah gue, dia tidak bicara apa apa tapi matanya menatap ke arah gue dan kedua pundak gue.
“Mereka siapa ?” tanya sang gadis.
“Siapa ?” tanya gue.
“Itu yang di pundak lo,” balas sang gadis.
“Ade kembar gue, kenapa ?” tanya gue lagi.
“Lucu, namanya ?” tanya sang gadis.
“Mei dan May,” jawab gue.
“Nama gue Amelia, gue anak indigo dan gue detektif, mau gue bantu lepasin mereka dari lo ?” tanya Amel.
“Jangan coba coba,” ujar gue geram.
“Ya udah kalo gitu,” balas Amelia sambil pergi begitu saja.
Sejak itu, Amelia tidak pernah lagi bicara sama gue dan selalu menatap dingin gue kalau berpapasan. Selain karena dia berbeda kelas, gue juga menghindari dia yang selalu menatap tajam ke arah dua pundak gue seakan akan mengincar kedua adik gue. Enam bulan kemudian, di sekolah gue ada sebuah kasus pembunuhan, seorang guru di temukan tewas di dalam gudang tempat penyimpanan alat alat olah raga oleh beberapa orang tim basket yang ingin mengambil bola basket di dalam gudang. Sekolah gue sempat heboh karena kasus itu sampai viral di beberapa sosial media.
Kondisi guru itu terlihat seperti gantung diri dan ada sepucuk surat yang menyatakan kalau sang guru bunuh diri karena stress. Semua orang termasuk gue berpikiran sama dan tidak mempermasalahkan nya lagi, tapi tiba tiba Amelia maju ke depan dan mengatakan, “ini pembunuhan,” tentu saja tidak ada yang menanggapinya, tapi dia menunjukkan bukti bukti seperti mulutnya yang berbusa dan berbau almond, tidak ada kursi bekas pijakan yang biasa di gunakan sebelum gantung diri, bekas ikatan di kedua pergelangan tangan juga kakinya dan beberapa hal lainnya sampai polisi yang berada di lokasi percaya.
Setelah mendengar ucapan Amelia, tiba tiba salah satu dari adik kembar ku yang bernama May, menepuk nepuk kepala ku dan meminta ku menoleh ke belakang Amelia, langsung saja aku jatuh terduduk tidak bergerak dengan mata membulat dan mulut ternganga karena aku melihat arwah guru yang gantung diri dengan wujud mengerikan dan sangat jelek berada di belakang Amelia. Mendengar gue terjatuh, Amelia sempat menoleh melihat ke arah gue dan tersenyum, setelah itu dia langsung memecahkan kasus pembunuhannya, ternyata pelaku nya adalah seorang siswi kelas 12 yang menjadi korban pemerkosaan selama berbulan bulan oleh sang guru.
Sebelum sang guru di gantung, dia sudah tewas terlebih dulu menggunakan racun calium sianida yang di dapat dari pabrik kimia tempat ayah sang siswi bekerja. Rupanya sang siswi meniru kasus pembunuhan di cafe yang saat itu sedang ramai di perbincangkan. Tentu saja, saat itu gue mengetahui kehebatan Amelia walau sejak dia menegur gue di kelas waktu itu, gue sama sekali tidak pernah bicara sama dia. Ketika naik kelas ke kelas 11, gue sekelas dengan Amelia dan kebetulan dia duduk di depan gue, tapi gue dan dia sama sekali tidak pernah bicara kecuali ada perlu saja. Dan sekarang, Amelia tiba tiba muncul di rumah gue dalam wujud hantu dan menindih gue di atas tempat tidur.
******
Kembali ke saat kini, Tino meminta Amelia melepaskannya dan akhirnya Amelia melayang di udara, Tino duduk di ranjangnya, dia melihat ke atas dan Amelia sedang bermain main dengan Mei juga May dengan riang,
“Oi...sebenernya ada apa sih ?” tanya Tino.
“Tolong bantu gue, gue ga inget apa apa ketika gue jadi hantu, gue liat lo jalan keluar dari gerbang sekolah dan dua adik lo ini manggil gue, tiba tiba gue malah kembali ke masa lalu sebelum semua terjadi,” jawab Amel.
“Lah kok bisa ? (menoleh melihat Mei dan May) ulah kalian ya ?” tanya Tino.
Mei dan May tidak menjawab tapi mereka mengangguk dan langsung mendekap kedua lengan Tino seakan akan mengatakan kalau Tino harus menolong Amelia. Hantu Amelia melayang ke hadapan wajah Tino dan wajahnya terlihat memohon sampai memelas kepada Tino,
“Trus sekarang gue musti apa ?” tanya Tino.
“Besok di sekolah, tolong ajak ngomong gue, tolong akrab sama gue di kelas, gue ga punya temen tau, kali aja kalo ada lo, gue ga jadi mati,” jawab Amelia.
“Gue gitu ? kan lo detektif hebat, masa sih lo ga ada temen ?” tanya Tino.
“Hehe gue sebenernya susah bergaul, gue seneng mengamati orang tapi kalau untuk berteman dengan orang itu entah kenapa gue ga bisa,” jawab Amelia.
“Lah ini lo ngobrol ama gue, biasanya kalo di kelas kan lo cuek,” ujar Tino.
“Iya...tolong ya Tin, kalau gue ga jadi mati 50 hari lagi, gue jadi pacar lo deh hehe,” ujar Amelia.
“Hah...lo gila, ntar lo mau ngilangin dua adik gue lagi, gue ga mau,” ujar Tino.
“Enggak kok, sekarang gue malah makasih ama Mei dan May, kalau ga ada mereka pasti gue cuman gentayangan di sekolah,” ujar Amelia.
“Ya udah, keliatannya dua ade gue juga mau nolong lo,” balas Tino sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal sambil melihat Mei dan May yang terlihat memelas pada dirinya.
“Hehehe sip, makasih ya chayang, lo jadi pacar gue kan ?” tanya Amelia.
“Soal itu ntar dulu, kalo di kelas lo selalu judes ama gue,” jawab Tino.
“Hehe sori, waktu itu gue risih ama dua adik lo, tapi sekarang udah enggak, beneran, lagian gue bingung gimana caranya ngomong ama cowo,” balas Amelia.
“Eh ntar dulu, kalau lo hantu dari masa depan, trus berarti gue ketemu ama Amelia yang judes lagi kan besok di sekolah,” ujar Tino.
“Nah itu makanya gue minta tolong, tolong taklukkan gue yang sekarang dan jaga gue sampai 50 hari ke depan, gue cantik kan, masa sih lo ga naksir gue, lagian gue berani jamin, diri gue yang masih hidup bakal takluk ama lo dalam satu hari,” ujar Amelia dengan penuh percaya diri.
“Hah...enak aja lo ngomong, ini bukan masalah naksir apa ga, lagian mana mungkin takluk dalam satu hari, ada ada aja lo,” ujar Tino.
“Hehe tenang aja, lo pasti bisa, bener kan Mei, May hehe,” ujar Amelia sambil merangkul Mei dan May di depan Tino dan bercanda dengan mereka.
Tino terdiam, dia hanya menatap Amelia yang sedang bersenang senang di depannya bersama Mei dan May sambil melayang kemana mana,
“Rasanya mau muntah, gue yang biasa biasa aja kayak gini di suruh deketin gadis cantik yang seorang detektif dan pengen banget ngusir adik kembar gue,” ujar Tino dalam hati.