Selena mengalami penindasan baik di rumah maupun di sekolah. Semua orang menganggapnya sebagai beban yang tidak berguna. Namun, sebenarnya Selena adalah serigala berbulu domba yang telah menipu semua orang. Dia selalu membalas dendam berkali-kali lipat dan tak ada satupun yang menyadarinya.
Ares Kairos, seorang jenderal yang bertempur gagah berani di garis depan. Namun, dia hampir berubah menjadi monster gila yang kehilangan akal karena tidak bisa menemukan partner yang cocok. Suatu hari ada gadis aneh yang jatuh ke pelukannya dan dengan kurang ajar meraba tubuhnya.
Selena : Hei tampan, tubuhmu terlihat bagus. *hampir meneteskan air liur*
Ares : Siapa kau?
Selena : Belahan jiwamu. *mengulurkan cakar serigala*
Pangkalan militer.
Tentara : Lapor jenderal! Istrimu kabur lagi!!!
Ares : Kemana dia?
Tentara : Lapangan latihan, dia memerintahkan kami untuk melepaskan pakaian atas.
Ares : *menggebrak meja hingga hancur* SELENA!!!
Selena : Otot yang bagus~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Destiyana Cindy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 - Perjalanan ke Planet Atlas
Setelah melewati sabuk asteroid, Ares menurunkan kecepatannya dan mengubah mode manual menjadi mode otomatis sehingga pesawat luar angkasa bisa melaju dengan stabil. Dia melepaskan sabuk pengamannya kemudian menghampiri Selena yang pucat.
“Sudahku bilang kau harus minum obatnya.” Ares melepas sabuk pengamannya kemudian menggendong Selena ke ranjang kecil.
“Aku tidak tahu jika kau suka bunuh diri,” sindir Selena dengan suara lemah.
“Melewati sabuk asteroid harus dalam kewaspadaan tinggi karena sedikit saja kesalahan bisa menyebabkan kematian. Aku bahkan harus mengerahkan seluruh indraku karena radar pesawat lebih buruk daripada indraku,” jelas Ares.
Indra Sentinel meningkat tajam sejak evolusi manusia, ketika masih muda mereka sulit mengendalikannya hingga hampir menggila. Oleh sebab itu dibuatlah bangunan khusus yang bisa merendam semua gangguan eksternal. Sentinel muda akan tinggal di menara putih sampai dia bisa mengendalikan indranya.
“Bisakah kita menggunakan rute lain?” tanya Selena setelah minum obat.
“Rute lain terlalu jauh dan waktu kita tidak cukup.” Ares menyeka air yang berada di sudut bibir Selena.
“Tidak bisakah membangun lorong ceros?”
Lorong ceros memiliki prinsip yang sama dengan lubang cacing yang bisa memperpendek jarak antar ruang sehingga mempersingkat waktu. Federasi Union telah membangun lorong ceros untuk menghubungkan beberapa planet.
“Tidak bisa karena zerg bisa menggunakannya untuk menyerang planet utama,” tegas Ares.
Sarana apapun yang bisa membantu zerg mereka harus menyingkirkannya karena bisa mengancam keselamatan manusia. Oleh sebab itu garis depan perang harus jauh dari planet utama.
“Aku pasti gila karena mau ikut denganmu.” Sakit kepalanya sudah mulai reda sehingga Selena bangkit dari ranjang.
“Aku akan memastikan supaya kau menyukai Planet Atlas.” Ares harus berusaha keras membuat Selena betah di planet yang dilindunginya.
Selena tidak membalas perkataannya dan menatap pemandangan alam semesta dari balik jendela pesawat luar angkasa. “Sungguh menakjubkan,” serunya kagum saat melihat kemunculan nebula.
“Tahukah kau tentang nebula?” Ares berdiri di samping Selena.
“Bukankah itu sisa-sisa bintang akibat tabrakan,” kata Selena mengingat pelajaran sekolahnya.
Ares menggelengkan kepalanya lalu menjelaskan. “Iya, tapi nebula juga menjadi tempat lahirnya bintang-bintang baru sehinga disebut sebagai pembibitan bintang.”
“Seperti siklus hidup manusia yang selalu berakhir dengan kematian tapi kami akan melahirkan penerus untuk melanjutkan generasi berikutnya. Aku mengorbankan hidupku untuk melindungi generasi saat ini supaya manusia tidak musnah.” Ada kebijaksanaan di dalam mata Ares.
“Manusia terlalu lemah untuk bertahan dihidup di alam semesta meskipun kami telah berevolusi. Setiap hari zerg terus berkembang sehingga tentara garis depan sulit bertahan dari serangan mereka. Jika keadaan ini terus berlanjut maka umat manusia akan dalam bahaya,” jelasnya dengan wajah serius.
Selena memahami maksud yang ingin disampaikan oleh Ares. “Selama aku masih hidup aku tidak akan membiarkanmu menggila,” janjinya meskipun di masa depan nanti mereka akan berpisah.
Ares menatap Selena dengan lekat lalu mensejajarkan pandangan mereka. “Aku ingin memilikimu.”
“Bukan sebagai partner Guide tatapi sebagai pasangan hidup.” Keseriusan terpancar dimata Ares.
Selena tidak bisa menjawabnya dan mengalihkan pandangan.
“Tatap aku!” Ares meraih dagu Selena sehingga mereka bertatapan lagi.
“Aku menginginkanmu bukan karena kecocokan kita yang tinggi. Tetapi aku sudah menyukaimu pada pandangan pertama sejak kau jatuh di bak mandiku,” ucap Ares dengan suara rendah.
Pipi Selena memerah ketika mengingat mimpi yang dia kira tidak nyata sehingga ‘melecehkan’ tubuh Ares dengan bebas.
“Aku tidak akan memaksamu untuk menjawab permintaanku karena aku ingin kau mengenalku lebih dalam.” Ares melepaskan dagunya kemudian menegakkan tubuhnya.
“Aku akan membuatmu terpesona dan jatuh cinta padaku,” ucapnya percaya diri.
Selena menipiskan bibirnya lalu tertawa kecil. “Kau yakin bukan malah terpesona padaku?” Dia membalas tindakan Ares dan menyentuh dagunya sambil menjijitkan kakinya.
“Aku rela terpedaya oleh pesonamu.” Ares memiringkan kepalanya dan menikmati sentuhan Selena.
Selena merasa seperti tersengat listrik ketika Ares mencium tangannya. “Dasar tidak tahu malu.”
Ares menyeringai kemudian menarik tangan Selena sehingga tubuh mereka semakin dekat. “Dorong aku jika kau tidak menyukainya.”
Selena menelan ludahnya dan menatap wajah tampan Ares.
Melihatnya diam membuat Ares menganggapnya setuju sehingga dia semakin mendekatkan wajahnya.
“Ugh …” Selena melenguh ketika merasakan bibir Ares yang cukup lembut.
Ares menciumnya dengan hati-hati seolah ingin mencicipi seluruh bibirnya, dia mengulurkan lidahnya kemudian memasuki mulut Selena sehingga memperdalam ciuman mereka. Kali ini dia memberanikan dirinya untuk mengigit bibir atas dan bawah Selena.
Di sisi lain Selena tidak mau kalah dan membalas ciuman Ares, meskipun ini pertama kalinya dia berciuman. Dia sering melihat orang sembarangan berciuman di Planet Chaos sehingga tanpa sadar mempelajariya. Dia selalu ingin mempraktekannya dengan pria tampan.
Ares menyukai balasan Selena lalu tangannya bergerak untuk menyentuh tubuhnya.
“Tuan kita hampir sampai di Area Mara.”
Suara asisten AI membuat mereka menghentikan ciuman.
Selena berusaha mengatur napasnya yang tersenggal-senggal lalu menghindari tatapan Ares. Dia terlalu malu karena telah lepas kendali seolah dia sangat mendambakan pria itu.
Di sisi lain terpancar kepuasan dari wajah Ares tetapi dia harus menahan diri karena mereka mendekati sabuk meteorit lagi. “Kita lanjutkan setelah sampai,” bisiknya di samping telinganya.
“Cepat kembali ke kursi pilot!” Selena mendorong Ares dengan wajah merahnya.
Mereka mengencangkan sabuk pengaman dan kali ini Selena belajar dari pengalamannya sehingga dia menutup mata sepanjang melewati sabuk asteroid. Rute kali ini lebih berbahaya dan Ares mengerahkan seluruh indranya sehingga Selena bisa merasakan energinya tidak stabil.
Demi keselamatan mereka dia mengalirkan energinya untuk menenangkan energi Ares yang bergejolak.
Seperti minum air ditengah gurun yang panas.
Ares merasa segar dan fokusnya meningkat sehingga mereka bisa keluar dari sabuk meteorit dengan aman. Setelah melaju dengan stabil selama dua hari mereka akhirnya tiba di Planet Atlas dan Ares memarkirkan pesawat luar angkasanya di landasan militer.
Tidak ada yang menyambutnya karena dia pergi diam-diam setelah mendapatkan izin dari atasannya.
“Ayo kita turun!” ajak Ares sambil mengulurkan tangannya.
Selena membuka sabuk pengamannya kemudian berdiri dengan bantuan Ares. “Aku tidak mau naik pesawat denganmu lagi.”
Ares tersenyum kecil kemudian melingkarkan lengannya di pinggang Selena. “Lain kali kita akan melewati rute yang aman.”
Selena melototi Ares karena kesempatan seperti itu tidak akan terjadi mengingat cuti mereka yang singkat.
“Kenapa aku harus cocok dengan orang gila sepertimu,” keluh Selena.
Mereka meninggalkan pesawat luar angkasa kemudian pergi ke area tempat Guide tinggal. Ares sudah mengajukan aplikasi perpindahan pada militer sehingga Selena bisa tinggal di pangkalan ini. Tempatnya tidak terlalu jauh dari Sentinel tinggal dan ada kantin yang menghubungkan dua bangunan.
“Jenderal Ares.”
Amanda Quick yang bertanggung jawab atas tempat tinggal Guide terkejut melihat kedatangannya karena dia belum pernah ke sini.
“Aku mengantarkan Guideku.” Ares memperkenalkan wanita di sampingnya. “Namanya Selena.”
“Tolong jaga dia dengan baik.”
Amanda Quick sangat terkejut hingga mulutnya terbuka lebar.
“Kau memiliki Guide?!?!?”
-TBC-