Cerita ini mengikuti kehidupan Keisha, seorang remaja Gen Z yang sedang menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Ia terjebak di antara cinta, persahabatan, dan harapan keluarganya untuk masa depan yang lebih baik. Dengan karakter yang relatable dan situasi yang sering dihadapi oleh generasi muda saat ini, kisah ini menggambarkan perjalanan Keisha dalam menemukan jati diri dan pilihan hidup yang akan membentuk masa depannya. Ditemani sahabatnya, Naya, dan dua cowok yang terlibat dalam hidupnya, Bimo dan Dimas, Keisha harus berjuang untuk menemukan kebahagiaan sejati di tengah kebisingan dunia modern yang dipenuhi tekanan dari berbagai sisi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasyaaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Raka
Setelah pertemuan yang tegang itu, Keisha dan Alex melanjutkan jalan-jalan mereka. Alex memperhatikan Keisha yang tampak berpikir dalam-dalam.
“Keisha, kau baik-baik saja?” tanya Alex, mencoba menembus keheningan di antara mereka.
Keisha menghela napas. “Aku tidak tahu, Alex. Raka terlihat sangat menyesal, tetapi aku merasa aku sudah bergerak maju. Kenapa dia baru muncul sekarang?”
“Kadang orang butuh waktu untuk menyadari apa yang mereka miliki sebelum mereka kehilangannya. Tapi itu bukan salahmu. Kau punya hak untuk bahagia,” jawab Alex, menatapnya dengan lembut.
“Ya, tetapi aku merasa bersalah. Aku tidak ingin menyakiti perasaannya,” Keisha mengungkapkan, ragu dengan keputusannya.
“Dengarkan dirimu sendiri. Raka tidak menghargaimu saat dia memiliki kesempatan. Kau berhak mendapatkan yang lebih baik,” kata Alex tegas.
Sementara itu, di sudut lain sekolah, Raka merasakan penyesalan yang mendalam. Dia melihat Keisha dan Alex bersama, dan hatinya terasa hancur. Aria yang berdiri di sampingnya merasakan ketidakberdayaan Raka.
“Raka, kau perlu berbicara dengannya. Jika tidak, ini akan terus menyakitimu,” Aria menyarankan, menggenggam tangannya.
“Aku tahu, tetapi dia sudah melanjutkan hidupnya. Apa yang bisa aku katakan?” Raka menjawab dengan nada penuh rasa bersalah. “Aku seharusnya tidak membiarkannya pergi.”
“Bicaralah dengan Keisha. Mungkin dia masih membuka pintu untukmu. Tanyakan saja apa yang kau rasakan,” Aria mendorongnya.
“Jika dia menolakku, aku akan lebih terluka. Seharusnya aku lebih menghargainya,” Raka berkata, meratapi keputusan yang salah.
---
Hari berikutnya, Keisha bertemu Alex di perpustakaan. Mereka sedang mengerjakan tugas bersama ketika Raka muncul dengan keberanian yang baru ditemukan.
“Keisha, bisa kita bicara?” Raka meminta dengan suara rendah, menarik perhatian mereka.
Keisha tertegun, dan Alex menatap Raka dengan tatapan waspada. “Raka, sekarang bukan waktu yang tepat. Aku dan Keisha sedang sibuk,” Alex berkata, menjaga jarak.
“Ini penting, Alex. Tolong beri kami waktu sebentar,” Raka memohon, memandang Keisha dengan harapan.
Keisha merasa jantungnya berdegup kencang. “Raka, apakah ini benar-benar perlu? Aku tidak ingin menciptakan drama lagi,” jawabnya, berusaha tenang.
“Ya, itu perlu,” Raka menjawab tegas. “Keisha, aku minta maaf. Aku menyadari kesalahan aku. Aku seharusnya tidak membiarkanmu pergi tanpa berjuang untukmu.”
Keisha terdiam sejenak, mengingat semua momen yang pernah mereka lewati. “Raka, kau sudah memilih untuk pergi dan membiarkanku. Sekarang aku tidak bisa begitu saja kembali ke keadaan sebelumnya.”
“Aku tahu, dan aku sangat menyesal. Tetapi aku tidak ingin kehilanganmu selamanya. Mungkin kita bisa mulai dari awal? Aku akan melakukan apa pun untuk membuktikan bahwa aku bisa menjadi yang terbaik untukmu,” Raka menjelaskan dengan serius, harapan terpancar dari matanya.
Alex tidak bisa menahan diri. “Raka, kau tidak bisa mengharapkan Keisha untuk mengabaikan semuanya hanya karena kau merasa menyesal sekarang. Kau harus menghargai keputusannya.”
“Benar, Raka. Aku berhak memilih jalan hidupku sendiri. Aku tidak bisa kembali ke masa lalu,” Keisha menegaskan, tetapi hatinya bergetar mendengar penyesalan Raka.
“Keisha, aku tidak ingin melihatmu dengan Alex. Dia mungkin baik, tetapi hatiku hanya untukmu. Aku berjanji akan memperbaiki semuanya jika kau memberi aku kesempatan,” Raka berkata, suaranya penuh harapan.
Keisha merasa terombang-ambing antara keinginan untuk memaafkan dan melindungi diri. “Raka, aku juga merasa terikat denganmu, tetapi aku tidak bisa terus menunggu. Hidupku tidak bisa berputar di tempat hanya karena rasa penyesalanmu.”
“Bolehkah aku memintamu untuk memberi tahu apa yang kau inginkan?” Raka meminta, mencari kejelasan. “Apa kau masih menyukaiku?”
“Aku tidak tahu,” Keisha menjawab jujur, “semua ini terlalu rumit. Dan aku tidak ingin menyakiti siapapun.”
Alex melihat Keisha yang terlihat bingung. “Kau tidak perlu terburu-buru, Keisha. Apapun keputusanmu, aku ada di sini untuk mendukungmu,” ujarnya, memberikan dukungan.
Raka melihat ke arah Alex dengan tatapan tajam. “Ini bukan hanya tentangmu, Alex. Ini tentang Keisha. Dia berhak mendapatkan kebahagiaan, dan aku percaya aku bisa memberikannya.”
“Kalau begitu, tunjukkan pada Keisha bahwa kau bisa diandalkan, Raka. Tunjukkan bahwa kau serius,” Alex berkata, menantang.
Raka mengangguk. “Aku akan melakukannya. Keisha, berikan aku kesempatan untuk membuktikannya. Aku ingin berjuang untukmu.”
Keisha merasa hatinya bergetar. “Raka, aku butuh waktu untuk berpikir. Tidak ada jaminan bahwa aku bisa kembali kepadamu.”
Raka mengangguk, menahan napasnya. “Aku akan menunggu, apapun yang terjadi.”
---
Setelah pertemuan itu, Keisha merasa lebih bingung dari sebelumnya. Di satu sisi, dia merasa ada harapan untuk memperbaiki hubungan mereka, tetapi di sisi lain, dia tidak ingin kembali ke situasi yang menyakitkan.
Saat dia melanjutkan waktu bersama Alex, dia tidak bisa menahan diri untuk berpikir tentang Raka. Dia mencurahkan perasaannya kepada Alex.
“Alex, aku merasa sangat bingung. Raka minta maaf, tetapi aku khawatir jika aku memberinya kesempatan, aku hanya akan terluka lagi,” ucap Keisha.
“Keisha, kau harus mendengarkan hatimu. Jika Raka memang ingin berubah, beri dia kesempatan, tetapi jangan sampai mengorbankan kebahagiaanmu sendiri,” Alex menasihati.
“Aku tahu, tetapi aku takut memilih jalan yang salah,” Keisha menjawab, tatapannya terarah ke lantai.
“Tidak ada jalan yang sempurna. Yang terpenting adalah kau merasa nyaman dengan pilihanmu. Tidak ada yang bisa memaksamu untuk memilih satu atau yang lain,” jawab Alex, memegang tangan Keisha dengan lembut.
Keisha merasa tenang dengan kata-kata Alex. “Terima kasih, Alex. Kadang aku hanya butuh seseorang untuk mendengarkan.”
“Selalu, Keisha. Aku di sini untukmu,” jawab Alex, dengan senyuman yang membuat Keisha merasa lebih baik.
---
Dengan semua yang terjadi, Keisha tahu dia harus segera mengambil keputusan. Raka menunggu dengan harapan, sementara Alex selalu ada di sisinya. Pertarungan di dalam dirinya semakin nyata, dan dia harus memilih jalan yang tepat untuk kebahagiaannya sendiri.