Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Saat sudah berada di dalam mobil, Dimas menarikku kedalam pelukannya.
"Aah, rasanya menyebalkan harus berpura-pura seperti tadi."
"Ke rumah saya ya pak, Perumahan Garden Hills nomor 25B!" ucapku, pada sang supir.
"Baik non!" jawabnya.
"Jadi kapan kalian akan menikah?" tanyaku.
"Minggu depan!"
"Sepertinya sangat mewah, aku sempat melihat konsep desain nya tadi."
"Aku hanya menurutinya saja. Tapi tidak akan ada tamu undangan yang datang."
"Haah? Kenapa?"
"Aku sudah mengatakan pada mereka, jika Leo yang akan mengurus undangan para tamu. Padahal aku dan Leo sama sekali tidak mencetak undangan selembar pun." katanya. Aku benar-benar syok mendengarnya.
Konsep pernikahan mewah, tanpa tamu undangan. Bagaimana perasaan Lisa dan keluarganya nanti.
"Mas! Kamu jangan jahat seperti itu. biar bagaimanapun kasihan kedua orang tua Lisa. Mereka orang baik!"
"Mereka sama saja Anna. Setelah mengetahui jika ayah kandungku pebisnis, mereka sangat tidak tau malu, terus-menerus memaksa mama untuk menjodohkan ku dengan Lisa."
Aku mengerutkan keningku. Merasa bingung dengan perkataannya. Karena setahuku, ayahnya adalah PNS di salah satu instansi negara.
"Bukannya papa PNS ya mas?" tanya ku penasaran.
"Kau belum tau ya, setelah satu tahun kita bercerai. Papa Edison meninggal karena serangan jantung. Papa Edison bukanlah papa kandungku. Mama dan papa kandungku bercerai saat usiaku 10 tahun, dan mama membawaku bersamanya, mama menikah dengan papa Edison saat umurku 11 tahun. Tak lama setelah papa meninggal. Kondisi mama semakin parah. Aku lalu mendatangi papa kandungku untuk meminta biaya pengobatan mama. Karena mama harus operasi transplantasi ginjal. Papa kandungku bernama Wiliam Anggara, beliau bersedia menanggung semua biaya pengobatan mama, asal aku bersedia menggantikannya di perusahaan. Karena setelah bercerai dengan mama, papa Wili tidak menikah lagi. Hanya aku satu-satu anaknya. Aku menyanggupi permintaan papa Wili. Aku baru sekitar 3 bulan menggantikan papa Willi. Sekarang mama dan papa sudah menikah lagi, mereka menghabiskan hari tuanya dengan damai di rumah papa Wili." terang Dimas.
Aku mengetahui jika Wiliam Anggara memang Presdir di tempatku bekerja. tapi aku sama sekali tidak menyangka jika dia adalah ayah kandung Dimas.
Aku sampai menangis di buatnya. Dimas tersenyum dan mengusap air mataku.
"Jangan menangis, aku akan membawamu dan Yessa untuk bertemu dengan mereka dalam waktu dekat."
Aku menggelengkan kepalaku. Aku takut orang tua Dimas menolakku.
"Jangan takut, kamu tau jika mama menyayangimu. Mama sempat drop saat tau aku menceraikanmu. Beliau memaksaku untuk menemukanmu. Papa dan mama pasti akan senang setelah aku membawamu kembali, terlebih jika mereka mengetahui jika mereka memiliki cucu yang cantik." kata Dimas lagi.
Aku tersenyum, tak bisa menjawab apapun. Hatiku senang mendengar perkataan Dimas. semoga saja mereka memang mau menerimaku dan Yessa.
"Aku pernah beberapa kali bertemu dengan papa Willi." kataku.
"Benarkah?"
Aku mengangguk. "Pertama kali saat aku sedang hamil 8 bulan. Papa membantuku membawakan berkas ke ruangan rapat. Saat itu papa memintaku untuk cuti hamil. Tapi aku menolaknya karena aku masih mampu. Lalu kami bertemu lagi saat aku akan melahirkan. Saat itu aku sudah cuti, aku berbelanja kebutuhan di swalayan. Tiba-tiba perutku mulas, aku tidak pergi bersama bik Mar karena aku pikir hpl masih seminggu lagi. Papa membantuku, dan membawaku ke rumah sakit. Papa juga menungguiku saat aku melahirkan seorang diri dan membayar semua tagihan rumah sakit." ucapku. Aku kembali menangis haru mengingat saat itu. Aku tak menyangka jika yang membantuku waktu itu adalah kakek kandung Yessa.
Dimas memelukku dan ikut menangis. "Maafkan aku! Aku berjanji akan selalu ada untukmu dan Yessa. Aku tidak akan mudah percaya dengan omongan orang lagi. Sekarang ini kamu dan Yessa adalah prioritas ku." ucapnya. Aku mengangguk dan membasahi kemejanya dengan air mata.
Ya Tuhan! Aku bahagia saat ini, terimakasih. Bisikku dalam hati.
"Siapa nama lengkap Yessa An?" tanya Dimas.
"Kayessa Putri Anggara." jawabku.
Dimas memelukku makin erat, ia juga menangkup wajahku dan menghujaniku dengan ciuman berkali-kali.
"Terimakasih sudah menyematkan namaku pada putri kita." ucapnya dengan senyum bahagia di bibirnya.
"Perceraian kita tidak bisa merubah jika Yessa merupakan darah dagingmu mas. Aku tidak ingin egois menutupi kebenaran ini dari Yessa."
"Apa selama ini Yessa selalu menanyakan keberadaan daddy-nya?"
Aku mengangguk. "Aku mengatakan jika daddy-nya sedang bekerja jauh, dan akan kembali jika sudah waktunya kembali."
"Mulai saat ini aku akan menebus nya." ucap Dimas.
"Aku akan menebus kebersamaan bersamanya yang tertunda selama 2 tahun ini." lanjutnya lagi.
Aku mengangguk senang. Bahagia sekali saat ini. Setelah kepahitan hidup yang aku jalani. Pria yang dulu membuat hidupku hancur, kini perlahan-lahan memperbaikinya.
Dan perlahan-lahan aku akan menerimanya kembali. Tentu setelah hasil tes DNA anak Lisa membuktikan jika memang anak itu bukan anak Dimas.
Setelah beberapa saat mobil berhenti di depan rumah. Aku dan Dimas gegas turun, tak sabar rasanya menemui putriku.
Aku dan Dimas berjalan sambil bergandengan tangan menuju ke rumah. Aku menghentikan langkah kakiku, saat melihat mobil yang terparkir di halaman rumah.
"Ada siapa?" tanya Dimas.
Aku menggelengkan kepalaku. "Sepertinya ada temanku. Ayo masuk, aku kenalkan dengannya." aku kembali menarik tangan Dimas, dan melanjutkan perjalanan.
Di ruang tamu tidak ada siapapun, tapi telingaku menangkap suara tawa Yessa dari arah taman di samping samping rumah.
"Ada siapa sebenarnya?" tanya Dimas penasaran.
"Temanku." jawabku singkat. Aku meletakkan tas dan tas laptop diatas meja, di ruang tengah. Lalu membantu Dimas melepaskan jasnya, dan meletakkannya di bahu sofa.
"Sudah pulang ya!" ucap bik Mar, yang baru masuk dari taman samping.
Aku mengangguk dan tersenyum. "Yessa sama siapa bik?" tanya Dimas, dengan raut tak ramah.
"Sama mas Deon." jawab bik Mar.
"Siapa Deon?" tanya Dimas dengan nada dingin. Matanya menatap tajam kearahku.
Aku meneguk ludahku susah. "Temanku mas. Ayo aku kenalkan!" Jawabku pelan.
"Tidak perlu, aku tidak suka milikku di sentuh orang lain." jawab Dimas ketus. Lalu berjalan menuju taman samping. Aku dan bik Mar saling tatap dengan jantung berdegup kencang, lalu mengikuti nya dari belakang. Sepertinya pikiran kami sama. takut Dimas dan Deon berkelahi.
Aku melihat Dimas berjalan dengan langkah lebar mendekati Yessa yang sedang bermain ayunan dipangkuan Deon.
"Daddy!" pekik Yessa saat melihat sang Daddy.
Sedetik kemudian, tampang bengis Dimas berganti dengan senyum manis. "Sayang, Daddy pulang. Ayo main sama Daddy." Dimas langsung mengangkat Yessa dari pangkuan Deon. dirinya memberikan tatapan membunuh kearah Deon.
Deon menatapku seolah bertanya. Apakah benar pria itu Daddy-nya Yessa. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Membenarkan pertanyaannya.
semoga Othor nya beri kesempatan Dimas segera bisa bangun dan pulih kembali yaaa 👍😢