seorang anak yang bermimpi untuk menjadi penulis,namun anak itu terus berperang dengan pikirannya hingga dimana bencana waktu membuatnya hidup di tubuh seseorang namun dia hidup di cerita yang dia buat saat menjadi penulis dengan alur penuh kejutan dari takdir yang kosong.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14~ di balik keheningan malam
Di sebuah pesta pertunangan yang megah, Putri Rahel tak menyangka nasibnya akan berujung seperti ini—harus dijodohkan dengan pria sombong dan kasar.
Dalam hatinya, Rahel merasakan kepedihan yang tak tertahankan. Di kamar istananya, dia menatap langit malam yang kehilangan cahayanya.
“Aku tak ingin ini terjadi,” bisiknya, penuh keputusasaan. Mimpi-mimpinya yang indah kini harus terkubur dalam-dalam demi memenuhi perintah kerajaan.
Seorang pelayan masuk dengan tergesa-gesa, membuyarkan lamunannya.
“Tuan Putri, Anda harus segera bersiap. Pesta akan dimulai, dan calon Anda sudah menunggu di bawah,” ucap pelayan itu dengan nada penuh dorongan.
Rahel menutupi kegundahannya dengan senyuman yang dipaksakan. Setiap senyuman itu seperti memperdalam kuburan mimpinya. Dia pun beranjak turun untuk menghadiri pesta dengan wajah yang tak mencerminkan perasaannya. Wajah palsu, untuk malam yang menyiksa.
Calon tunangannya menyambut Rahel dengan senyuman formal yang sopan, namun hampa, hanya demi menjalankan protokol istana. Saat sumpah pengikat pertunangan akan dimulai, rasa ke tidak berdayaanya semakin menguasai Rahel.
Di balik bayang-bayang istana, Kyio sudah memulai aksinya. Ribuan drone kecil ciptaannya telah menyusup ke seluruh sudut kerajaan, memantau setiap gerakan. Dengan tenang, dia menunggu momen yang tepat untuk menjalankan rencananya.
Saat Rahel hendak mengucapkan sumpah yang akan mengikat hidupnya, kaca jendela besar kastel pecah berkeping-keping. Sosok misterius muncul dari balik kegelapan. “Wah, wah, sepertinya kalian lupa mengundang tamu penting,” ucap Kyio, yang telah bertransformasi menjadi mode Syecrit.
Dengan gerakan yang penuh percaya diri, Kyio melemparkan beberapa bom transparan yang tak terlihat, menciptakan ledakan yang mengacaukan seluruh pesta. Teriakan panik menggema, sementara bangsawan itu dengan cepat memerintahkan prajurit untuk menyerang Kyio.
Namun, Kyio, dengan kecepatannya yang luar biasa, mampu menghindari semua serangan mereka tanpa kesulitan. Dalam hitungan detik, dia sudah berada di samping Rahel, menculiknya dari genggaman bangsawan tersebut. “Aku hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Kalian yang lemah, jangan ganggu panggungku. Saksikan dan pelajari,” katanya dengan nada menghina, sebelum melemparkan ledakan besar yang menghancurkan lantai dasar pesta.
Pangeran, kakak Rahel, tak terima dengan penghinaan itu. Dengan kemarahan yang meluap, dia melancarkan serangan sihir yang kuat ke arah Kyio dan Rahel. Namun, Syecrit tak menunjukkan belas kasihan sedikit pun. “Apakah itu kekuatan terbaikmu?” tanyanya sinis.
Dalam sekejap, dia menyerap sebagian energi sihir dari serangan itu, membentuk pedang laser dari energi tersebut. “Biar ku tunjukkan cara menghancurkan sihir yang lemah,” ujarnya sambil mengayunkan pedang, membelah serangan sihir Pangeran menjadi butiran partikel kecil.
Pangeran terkejut bukan main. “Tidak mungkin... sihirku...” gumamnya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia hanya bisa berlutut di lantai, tak berdaya menghadapi kekuatan Kyio yang luar biasa.
Syecrit tersenyum mengejek sebelum pergi. “Sihir seperti itu cocoknya hanya jadi hiasan pesta kerajaan,” sindirnya dengan dingin.
Rahel, yang ketakutan melihat semua kekacauan ini, hanya bisa terdiam di genggaman Kyio. Ketakutan membungkam setiap kata yang ingin dia ucapkan.
Dengan kecepatan luar biasa, Kyio membawa Rahel pergi dengan hoverboard nya, meninggalkan pesta yang sudah porak poranda. Di bawah langit malam yang gelap, sungai di bawah mereka mengalir indah, memantulkan cahaya rembulan yang bersinar terang. Gemerlap bintang menghiasi langit malam, namun keheningan di antara mereka lebih terasa seperti jurang tak terjangkau.
Rahel akhirnya memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya gemetar. “Kenapa kamu... merusak semuanya?” tanyanya, diselingi isak tangis kecil, masih dibekap oleh ketakutan yang mendalam.
Syecrit, tanpa banyak bicara, melepaskan genggamannya, membiarkan Rahel jatuh bebas dari hoverboard nya. “Hati kecilmu tak memilih jalan itu. Jangan biarkan mimpimu terkubur lebih dalam. Belajarlah sedikit egois, karena dunia ini tak sesempit yang kamu bayangkan,” ucapnya, lalu melesat menjauh, menghilang dalam kegelapan malam.
Rahel terjun ke sungai di bawah, tubuhnya tercebur ke air dingin. Dia tak berusaha melawan, seakan terhanyut dalam perkataan Kyio. “Aku... yang mengubur mimpiku sendiri...” pikirnya, perlahan tenggelam ke dalam dasar sungai. “Seandainya... aku bisa mengungkapkan keegoisanku... setidaknya sekali... aku ingin... menunjukkan cahaya yang memudar ini... Aku sungguh ketakutan...”
Saat dia semakin tenggelam ke dalam air, sebuah tangan muncul dari kegelapan, meraih tangannya dan menariknya kembali ke permukaan. Rahel tak tahu siapa yang menolongnya, namun suara hangat dan lembut terdengar.
“Kamu baik-baik saja? Syukurlah... Aku bawa handuk dan kayu untuk membuat api unggun,” ucap suara yang samar di telinganya. Rahel membuka matanya perlahan, melihat Kyio sedang membesarkan api unggun di dekatnya.
Tanpa pikir panjang, Rahel yang masih diliputi ketakutan langsung memeluk Kyio erat-erat. “Kenapa... kenapa... kamu harus muncul dan menolongku?” ucapnya, menangis dalam pelukannya, memukul punggung Kyio dengan lembut.
Kyio hanya tersenyum kecil, menggenggam tangan Rahel dengan hangat. “Bukan hanya anak – anak yang membutuhkan tempat bersandar. Kamu boleh menangis, karena di saat ini tempat bersandar tetap ada namun tidak bisa di perlihatkan bagaimana caranya.” Air matanya perlahan mengalir, namun terasa lebih ringan.
Malam terasa nyaman, dengan api unggun yang menghangatkan tubuh mereka di tepi sungai. Rahel pun mulai membuka diri, menceritakan segala yang ia pendam selama ini, merasa tenang di bawah sinar rembulan yang memantulkan cahaya di permukaan air.
“Kyio, apakah aku boleh egois... dengan apa yang ingin aku lakukan?” tanyanya sambil menatap bintang-bintang yang bersinar terang di langit.
Kyio menatapnya sejenak sebelum menjawab, “Keegoisan yang ingin kau jalani akan memperlihatkan dunia yang lebih luas dari apa yang kau bayangkan. Dunia ini tidak sesempit itu. Jika kau terus memendam, dunia tak akan pernah memperlihatkan wujud aslinya padamu.”
Kunang-kunang mulai menyinari malam di tepi sungai, menciptakan suasana magis. Rahel bersandar di bahu Kyio, merasa lebih tenang dari sebelumnya. “Apakah impian itu benar-benar ada?” bisiknya, sebelum perlahan tertidur karena kelelahan.
Kyio tersenyum kecil, menatap langit penuh bintang. “Entahlah... Mimpi itu sangat sulit diungkapkan. Tergantung bagaimana seseorang memandangnya.”
Dalam tidurnya, Rahel mendengar suara samar-samar, suara yang terasa jauh namun sangat menenangkan. “Jika mimpimu perlahan kehilangan sinarnya... aku akan datang membawa sinar terang itu untukmu, agar kamu bisa menggenggam kembali mimpimu di dalam pandanganku.”
Di malam yang panjang Rahel terbangun dan masih bersandar di bahu Kyio yang sedang tertidur, merasakan kehangatan api unggun yang menjalari kulitnya. Gemuruh air sungai di bawah mereka terdengar pelan, menciptakan suasana tenang yang mengiringi malam panjang. Di sela isak tangisnya yang tersisa, Rahel menatap langit malam sekali lagi, seolah-olah mencari jawaban dari bintang-bintang yang berkilauan.
“Aku selalu berpikir bahwa dunia ini terlalu kejam,” bisik Rahel, suaranya nyaris tak terdengar. “Namun sekarang, setelah semua ini, aku mulai mengerti... mungkin aku yang terlalu takut untuk melawan.”
Kyio diam berpura- pura tidur , dengan tatapan memandangi api yang semakin redup, namun kehadirannya cukup untuk memberikan rasa aman pada Rahel. Cahaya rembulan yang menyinari wajah mereka membuat semuanya tampak lebih damai.
“Terima kasih...” Rahel berbisik, menutup matanya dalam kedamaian yang langka.