NovelToon NovelToon
MENCINTAI HUMAIRAH

MENCINTAI HUMAIRAH

Status: tamat
Genre:Tamat / Romansa / Qatar love
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: skyl

"Aku mencintai Humairah, gadis cantik yang mempunyai suara indah dan merdu itu."

Shaka begitu bahagia saat kedua orangtuanya akan menjodohkannya dengan gadis yang dia kagumi. Dia merasa takdir benar-benar menyatukannya dengan Humairah, gadis sholeha, yang memiliki wajah cantik tersembunyi dan hanya dia yang beruntung mendapatkannya.

Gabungan: Sahabatku Ambang Pernikahanku

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~Part 8

Raiden membuka pintu kamar, melihat istrinya berada di balkon kamar mereka.

"Arika."

Arika hanya menoleh sesaat dan kembali menatap ke depan.

"Kamu marah sama, mas?" tanya Raiden.

"Enggak."

"Maafin tadi kalau mas..."

"Aku cuma enggak mau mas kalau Arvi maupun Shaka itu seenaknya keluar malam! Aku enggak mau mereka kenapa-napa. Aku takut kejadian beberapa tahun lalu terulang."

Raiden menarik tangan istrinya sehingga Arika berada dalam pelukannya.

"Dia sudah pergi jauh sayang, dia tidak akan mengambil anak kita."

"Tapi aku takut dia kembali, mas. Aku takut dia mengambil anak-anakku, aku enggak mau mas. Dia tidak berhak dengan Arvi dan Shaka!"

Raiden menghapus air mata istrinya.

"Tidak, mas tidak akan membiarkannya mengambil Arvi dan Shaka. Dan Shaka dan Arvi itu udah dewasa sayang, mereka bisa menjaga diri mereka. Dan yang pasti menjaga dirinya dari sibrengsek mantan suami kamu itu. Setiap libur sekolah mas sering melatih bela diri mereka, dan dari jarak jauh mas sudah menyuruh orang untuk mengawasi keduanya tanpa sepengatahuan mereka agar mereka tak risih."

"Kamu tidak perlu khawatir. Semakin kamu melarangnya keluar dari rumah, maka mereka akan menekad melakukan sesuatu, contohnya pergi tanpa bilang-bilang kepada kita? Biarkan dia bebas, asalkan mereka tau batas. Mereka seorang lelaki, sayang."

Arika menunduk, dan pada akhirnya mengangguk. Dipikir-pikir dia juga sedikit egois kepada kedua putranya.

"Mommy maafin Arvi..."

Arika dan Raiden menoleh, mereka melihat Arvi berdiri di belakang mereka.

Arika mengangguk. Anak muda itu memeluk ibunya.

"Mommy juga minta maaf kalau selama ini enggak bebasin kamu dan Shaka, nuntut kamu. Padahal kamu sudah dewasa dan pastinya bisa menjaga diri."

"Mommy, Arvi tidak akan pergi."

"Mommy izinin kamu pergi, tapi ingat pulang enggak boleh di atas jam satu."

Arvi tersenyum, dengan antusias lelaki itu mengangguk.

"Jam sepuluh Arvi udah pulang janji."

Arika mengangguk. Arvi mencium pipi mommynya, setelah itu memeluk sang daddy.

"Makasih daddy udah bujukin mocan."

"Mocan?" tanya Arika dan Raiden bersamaan.

"Mommy cantik."

Arika dan Raiden terkekeh geli mendengarnya.

"Sana pergi siap-siap sebelum mommy berubah pikiran."

Arvi berlari keluar kamar orang tuanya untuk bersiap-siap.

"Lihat betapa bahagianya dia."

"Iya mas. Aku egois banget."

"Kamu enggak egois sayang, kamu hanya masih khawatir dengan mereka. Dan belum bisa menerima jika mereka sudah dewasa."

"Makasih mas udah sering nasehatin aku."

"Udah kewajiban mas."

...----------------...

Shaka menatap adiknya dari pandangan ke atas hingga bawah.

"Mau kemana lo?"

"Keluar."

"Udah izin sama mommy?"

"Udah, udah diizinin."

"Masa?" tanya Shaka sambil menautkan alisnya ke atas dengan tangan melipat di depan dada.

"Tanya aja sana sama mommy kalau enggak mau percaya."

Shaka menahan Arvi yang ingin pergi, Arvi pun berdecak kesal.

"Lo enggak maksa mommy kan biar lo diizinin?" tanya Shaka.

"Astaga Shaka gue enggak maksa mommy. Gue ke kamar mereka niatnya minta maaf ke mommy, taunya mommy dan daddy lagi bicara berdua, ngebujuk mommy. Dan enggak tau daddy ngomong apa sampai gue diizinin, tapi mommy kek enggak di paksa. Udah ye gue mau pergi, minggir."

Shaka menatap kepergian kembarannya, ia menghela napas panjang. Dia ingin memastikan sendiri, dia pun menuju kamar mommynya.

Baru saja membuka pintu kamar kedua orang tuanya, dia sudah dikejutkan saat keduanya tengah berciuaman, buru-buru pun Shaka menutup pintu kamar keduanya lalu kembali ke kamarnya.

"Sial bikin mataku tak suci lagi," umpat Shaka merebahkan badannya ke ranjang.

Dia membuka ponselnya, ternyata Humairah hanya melihat pesannya tanpa membalasnya.

"Kenapa dia sok jual mahal banget?" tanya Shaka terlihat kesal. "Padahal kan bisa di jawab, iya, oke. Kenapa harus di read doang?"

"Kesal banget gue."

Tengah malam, Humairah terbangun dari tidurnya. Dia merasa haus.

"Airnya kosong," ucap gadis itu.

Tanpa rasa takut, Humairah keluar dari kamar berniat menuju dapur untuk mengisi teko air minumnya.

Lampu rumah sudah pada mati. Dari pada menyalakan lampu, Humairah memilih untuk memakai senter ponselnya.

Sesampainya dia di dapur, ia menyimpan senternya dan menuju ke letak kulkas.

Membuka kulkas dan mengambil air dingin di sana, Humairah menuangkannya ke dalam tekonya.

Tiba-tiba saja lampu dapur menyala. Dan Humairah sadar dia hanya menggunakan handuk di kepalanya tanpa memakai cadar, dia kira malam-malam gini mana mungkin masih ada orang di luar.

Ternyata orang yang menyalakan lampu adalah Shaka.

"Siapa lo?" tanya Shaka, dia tidak tak tau jika seseorang itu adalah Humairah, sebab posisi gadis itu saat ini membelakanginya.

"Saya Humairah!"

Shaka tersenyum tipis. Saat dia mendekat, Humairah menyingkir sedikit menjauh dari lelaki itu.

Shaka membuka kulkas dan mengambil sebuah mie di dalam sana.

"Ngapain lo balik ke sana, gue bukan maling."

"Maaf saya tidak menggunakan cadar!"

"Kenapa kalau gue lihat wajah lo? Wajah lo jelek?" tanya Shaka. "Ralat, dia cantik, dia sempurna," batin Shaka.

"Ih, kita bukan muhrim. Kamu tidak bisa melihat wajah saya!"

"Terus kapan gue bisa jadi muhrim lo?" tanya Shaka.

"Saat kamu nikah sama saya!" ucap Humairah tanpa sadar. "Eh..." Humairah menutup mulutnya.

"Lo mau nikah sama gue?" tanya Shaka tersenyum penuh arti.

"Enggak!" jawab Humairah cepat. "Itu andai saja! Bukan saya mau, enggak usah geer."

Shaka menghela napas panjang. Namun, ucapan Humairah tadi benar-benar membuatnya salah tingkah.

"Gue boleh minta tolong?"

"Minta tolong apa?"

"Gue lapar, tapi gue enggak bisa masak. Lo bisa masakin gue mie?"

Humairah berpikir sejenak. Sebenarnya dia begitu malas membantu cowok aneh yang sering membuatnya kesal, tapi kasihan juga kalau dia kelaparan.

"Baiklah, tapi kamu balik ke dinding dulu! Saya mau ke kamar, mau ngambil cadar."

"Tapi janji ya lo balik lagi!"

"Iya."

Shaka menurut, dia menghadap ke arah dinding. Humairah pun berlari menaiki tangga untuk ke kamarnya.

Tak berselang lama gadis itu kembali. Shaka pun bisa bisa membalikan badannya.

Shaka duduk di kursi menunggu Humairah memasakannya mie.

Lelaki itu menaroh tangannya di dagu, membayangkan bahwa situasi saat ini, adalah gambaran dirinya suatu nanti nikah dengan Humairah.

Dirinya sedang lapar tengah malam terus menyuruh Humairah memasak dan dia menunggu wanitanya lalu mereka makan bersama.

Tanpa sadar Shaka melebarkan bibirnya membayangkan itu semua.

Entahlah semenjak tertarik kepada gadis di depannya otak Shaka mulai koslet.

Jika Arvi tau, maka Shaka akan mendapatkan ledekan adiknya itu. Apalagi tau kalau Shaka begitu halu.

"Bismillah ya Allah, Aaamin ya Allah aaamin," spontan ucapan Shaka bersuara membuat Humairah mendengarnya.

Humairah langsung menoleh menatap bingung kepada lelaki itu.

1
Pujiyati Astuti
ya ampun shaka kamu kekamar kecil aja ngak berani sendiri tapi giliran ehem,,,,, ehem ngak mau berhenti sampai ketiduran Humairah nya 😁😁🤭🤭
Sulastri Oke86
bagus ceritanya
skyl: kak jangan promosi di lapak novelku ya?
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
total 2 replies
Sulastri Oke86
lanjut kak
LANY SUSANA: lanjuttt
total 1 replies
Ika
luar biasa
Ika
lanjut kakak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!