Perfect Husband

Setelah berbincang-bincang, akhirnya Andin dan kedua orang tua Arga pun memutuskan untuk pulang. Wajah Fabby terlihat kesal, apalagi melihat wajah Arga yang dari tadi senyum-senyum membuat Fabby semakin kesal.

"Ini semua gara-gara kamu, dan aku lagi-lagi harus menunda pekerjaan aku," kesal Fabby.

"Kok gara-gara aku sih? kamu sendiri ngapain nyerempet aku? kalau Nenek Andin sampai tahu, bisa-bisa kamu dicoret dari daftar hak waris," goda Arga.

Mendengar ucapan Arga membuat emosi Fabby kembali tersulut. Fabby segera menghampiri Arga dan menatap Arga dengan tatapan tajam. "Apa kamu mau menceraikan aku?" tanya Fabby.

"Untuk apa aku menceraikanmu?" sahut Arga dengan santainya.

"Aku sudah membuatmu celaka, kenapa kamu tidak mau menceraikanku? apa kamu tidak benci kepadaku?" tanya Fabby.

"Tidak, aku sama sekali tidak membencimu," sahut Arga.

Fabby semakin kesal kepada Arga, dia berdiri di samping Arga. "Terus, apa yang harus aku lakukan supaya kamu mau menceraikanku?" tanya Fabby kembali.

Arga dengan cepat menarik tangan Fabby, sehingga tubuh Fabby oleng dan jatuh ke atas tubuh Arga. Fabby berusaha melepaskan dirinya namun Arga memeluk tubuh Fabby dengan sangat kuat. Untuk sesaat Fabby dan Arga saling tatap.

"Apa serius kamu ingin bercerai dariku? sehebat apa pun kamu, tetap saja kamu adalah seorang wanita yang butuh dilindungi dan dijaga," ucap Arga.

"Aku bisa jaga diri aku sendiri," sahut Fabby.

"Oke, kalau kamu masih keras kepala ingin bercerai denganku, maka aku akan beritahu kamu kepada nenek jika yang membuat aku masuk rumah sakit ini adalah kamu bahkan bukan nenek kamu saja yang akan marah, kemungkinan kedua orang tuaku akan melaporkanmu kepada polisi, apa kamu sudah siap masuk penjara?" ucap Arga dengan senyumannya.

Seketika Fabby membelalakkan matanya, dia tidak menyangka jika Arga ternyata jahat juga. Dengan sekuat tenaga dia melepaskan tubuhnya dari cengkraman Arga dan menjauh. "Ternyata kamu juga jahat, selama ini nenek sudah tertipu dengan wajah polos mu itu," geram Fabby.

"Terserah kamu mau bilang aku apa, yang jelas sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikan mu," sahut Arga.

Fabby benar-benar semakin kesal kepada Arga, dia pun duduk di sofa dengan perasaan yang sangat emosi. Sedangkan Arga menyunggingkan senyumannya. "Maafkan aku Fabby, bukanya aku jahat tapi aku gak mau sampai kamu kenapa-napa. Nenek bilang sama aku jika banyak saingan bisnis kamu yang sedang mengincar kamu dan ingin menjatuhkan kamu, nenek memintaku untuk menjaga kamu jadi sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu," batin Arga.

Malam semakin larut, Fabby mulai mengantuk sembari duduk. Arga ingin sekali menghampiri Fabby, namun kakinya masih terasa sakit. Hingga akhirnya Fabby pun tertidur dengan posisi duduk dan itu membuat Arga merasa sangat kasihan.

"Maafkan aku Fabby, kamu harus tidur seperti itu," batin Arga.

***

Keesokan harinya...

Fabby mulai menggerakkan tubuhnya, lehernya terasa pegal karena semalaman dia tidur dengan posisi duduk. "Astaga, badanku pada sakit ini," gumam Fabby.

"Selamat pagi, istriku!" sapa Arga.

"Berhenti menyapa aku seperti itu," kesal Fabby.

"Kenapa? memangnya tidak boleh seorang suami menyapa istrinya," sahut Arga.

"Tidak boleh," ketus Fabby.

"Aku gemas jika lihat ekspresi kamu seperti itu, jadi pengen gigit," goda Arga.

Fabby menatap tajam ke arah Arga, namun Arga malah cengengesan membuat Fabby semakin kesal. Fabby pun mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Poppy untuk membawakan baju ganti dan juga sarapan. "Pertahankan ekspresi kamu seperti itu, jangan berikan senyum kepada pria mana pun," ucap Arga.

"Idih, apa hak kamu melarang aku seperti itu?" ketua Fabby.

"Aku 'kan suamimu, jadi aku berhaklah melarang kamu seperti itu," sahut Arga.

"Kata-kata andalan kamu selalu saja seperti itu, memakai kata suami untuk melarang aku melakukan apa pun," kesal Fabby.

"Iyalah, istri yang baik itu harus nurut kepada suaminya," ucap Arga.

Fabby kembali duduk menunggu kedatangan Poppy. Hingga, satu jam kemudian Poppy pun datang dengan membawa dua paper bag besar. "Selamat pagi Bu Fabby dan Pak Arga!" sapa Poppy.

"Kamu lama banget sih." Fabby terlihat kesal sembari mengambil paper bag berisi baju gantinya.

Fabby dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sedangkan Poppy menyiapkan makanan untuk sarapan Fabby. "Pak Arga, sudah baikan?" tanya Poppy.

"Alhamdulillah Pop, sudah mendingan," sahut Arga.

"Syukurlah."

"Pop, jika nanti ada yang macam-macam sama Fabby, tolong kamu bilang sama aku," ucap Arga.

"Siap Pak Arga," sahut Poppy.

Tidak lama kemudian, Fabby pun keluar dari kamar mandi. "Bu, sarapan dulu," titah Poppy.

Fabby duduk dan langsung melahap sarapannya, sedangkan Poppy dengan sigap mengeringkan rambut Fabby. "Bu, hari ini ada pertemuan dengan perwakilan dari perusahaan PT. SINAR MAJU, di sebuah restoran. Mereka katanya ingin bekerja sama dengan perusahaan ibu," ucap Poppy.

"Bukanya itu perusahaan yang pemiliknya misterius?" tanya Fabby.

"Iya, dan perusahaan Bu Nindi juga sedang melobi perusahaan itu untuk bekerja sama dengan perusahaan dia. Untung saja, PT. SINAR MAJU memilih bekerja sama dengan perusahaan ibu," sahut Poppy.

"Syukurlah, enak saja dia mau melobi perusahaan itu. Kita harus cepat-cepat menemui perwakilan perusahaan itu dan jangan buat dia kecewa," ucap Fabby.

"Baik, Bu."

Arga hanya diam saja mendengarkan pembicaraan antara Fabby dan asistennya itu. Dia tidak mau ikut campur urusan pekerjaan istrinya takutnya Fabby akan semakin marah jika Arga ikut campur. Setelah selesai sarapan, Fabby pun langsung berangkat tanpa pamit kepada Arga terlebih dahulu.

"Pak Arga, kita pamit dulu. Semoga Pak Arga lekas sembuh," ucap Poppy.

"Iya, Pop. Hati-hati, jangan kencang-kencang mengendarai mobilnya." Arga memberikan nasihat kepada Poppy.

"Siap, Pak."

"Poppy, cepat!" teriak Fabby.

"Iya, Bu."

Poppy dengan cepat berlari menyusul Fabby, Arga hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya itu. Cinta Arga kepada Fabby memang sangatlah besar, maka dari itu Arga tidak memperdulikan sifat Fabby seperti apa karena Arga punya pikiran jika suatu saat nanti Fabby akan berubah dan menerima dia sebagai suaminya. Fabby dan Poppy pergi menuju sebuah restoran, untuk bertemu dengan perwakilan PT. SINAR MAJU.

Sesampainya di restoran, ternyata sudah ada dua orang pria yang menunggu. "Pop, kok dua orang? kata kamu tadi satu orang?" bisik Fabby.

"Memang tadi yang menghubungi aku katanya perwakilan perusahan SINAR MAJU," sahut Poppy.

Fabby dan Poppy segera melangkahkan kakinya menghampiri mereka. "Selamat pagi, aku Fabby dari perusahaan PT. DIAMOND GROUP," ucap Fabby memperkenalkan diri.

"Halo selamat pagi, Bu Fabby. Maaf, tadi perjanjiannya saya sendiri yang ke sini tapi kebetulan sekali pemilik perusahaan baru saja kembali dan meminta ikut untuk bertemu langsung dengan Ibu Fabby," ucap Pak Rano.

Orang yang dari tadi duduk membelakangi, lalu bangkit dan membalikan tubuhnya. Seketika Fabby dan orang itu saling pandang satu sama lain, untuk pertama kalinya Fabby bertemu dengan pemilik perusahaan yang terkenal misterius itu. Bahkan Poppy sampai tidak berkedip melihat pria tampan yang berdiri di hadapan mereka.