Seperti Mawar yang memiliki duri untuk melindungi kelopaknya yang rapuh seperti itu juga Mawar yang mencoba menutupi setiap luka yang iya rasakan dan alami dalam pernikahannya bersama Ikhsan.
" harusnya kamu tak perlu membantah apa yang ibu katakan " ucap Ikhsan yang selalu saja membela ibunya jika istri dan ibunya sedang berselisih paham.
" sebagai seorang menantu harusnya kamu mengerti jika tak seharusnya kita membantah apa yang ibu mertuamu katakan terlepas ibu salah atau tidak " ucap Ikhsan yang tak mengetahui penyebab sebenarnya kenapa Mawar sampai berdebat dengan ibu mertuanya.
" apa kamu tau yang ibu mu minta dari ku ?" tanya Mawar yang kini sudah berurai airmata.
" apapun itu tak seharusnya Kamu membantah karena itu pasti yang terbaik untuk kita " ujar Ikhsan tetap membela ibunya dan menyalahkan Mawar istrinya.
Sebenarnya apa yang di minta ibu mertua Mawar hingga Mawar memilih berdebat dengan ibu mertuanya.
Dan apa yang sebenarnya Mawar sembunyikan dari Iksan selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R-kha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilang
Hampir sepuluh menit Ikhsan berusaha menyadarkan Mawar tapi hingga saat ini Mawar belum kunjung sadarkan diri.
" apa aku harus membawanya ke rumah sakit ?" tanya Ikhsan yang masih bingung harus seperti apa menangani Mawar yang tak sadarkan diri.
Byurrr
Bu Teri menyiram satu gelas air tepat di wajah Mawar yang ternyata berhasil menyadarkan Mawar tapi juga membuat Mawar sangat terkejut dengan apa yang ibu mertuanya lakukan.
" Bu... Kenapa harus menyiram Mawar seperti itu !!" ucap Ikhsan sebisa mungkin menekan nada suaranya untuk tidak marah pada ibunya.
" tak perlu bersikap manja seperti itu karena tak akan ada orang yang iba padamu " ucap Bu Teri tapi sesungguhnya yang membuat Mawar sakit bukan hanya perlakukan dan perkataan Bu Teri tapi juga sikap Ikhsan yang kini terlihat jelas tak pernah ada dan mungkin tak akan pernah ada di sisinya.
" terima kasih bu, mawar sudah sangat sadar" ucap Mawar yang tentu saja membuat Ikhsan mengerutkan dahinya saat mendengar ucapan Mawar yang terkesan sangat dingin meski mengucapkan terima kasih.
" Mawar mau ganti baju " ucap Mawar yang kini sudah bangkit dari tidurnya sambil membawa bantal yang terasa basah akibat air yang Bu Teri siramkan padanya.
" besok ibu akan memanggil penghulu untuk bisa menikahkan mu dengan Sesil jadi sebaiknya kamu bersiap dan mulai malam nanti kamar ini akan menjadi kamar kamu dan Sesil " ucap Bu Teri yang tak sengaja terdengar oleh Mawar.
Mawar sangat mendengar jelas apa yang Bu Teri katakan tapi Mawar yang kini hanya ingin melindungi hati dan juga kewarasannya memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian dari pada menanyakan apa yang baru saja iya dengar.
" kenapa harus secepat itu Bu ?"
" lalu jika Sesil tinggal di kamar ini, Mawar akan tidur dimana ?" tanya Ikhsan yang tentunya tak akan sampai hati jika harus membiarkan Mawar tidur di sofa kamarnya.
" kamar paling belakang yang saat ini kita gunakan sebagai gudang akan ibu minta Mawar untuk membersihkannya dan nanti Mawar akan tinggal di kamar itu " ucap Bu Teri yang yang lagi lagi terdengar oleh Mawar dan sama seperti tadi Mawar bahkan tak mengatakan apapun.
" kamu tidak apa apa Mawar ?" tanya Ikhsan yang sangat yakin jika Mawar mendengar semua yang ibunya katakan.
" apa perasaan Mawar saat ini masih penting buat mas ?" tanya Mawar.
" lancang !!!" bentak Bu Teri yang kini sudah mengangkat tangan kanannya hendak menampar Mawar yang menurutnya sudah mulai berani.
" tampar Bu... " tantang Mawar yang bahkan sudah menyodorkan pipinya ke arah tangan Bu Teri yang masih berada di udara.
" rasa sakit fisik mungkin akan hilang dalam satu dua jam tapi sakit di hati akan selalu di ingat seumur hidup " ucap Mawar yang berhasil menghujam ke hati Ikhsan yang paling dalam.
Bu Teri yang sudah kehilangan akal menghadapi Mawar yang memilih keluar dari kamar Ikhsan tapi masih sempat mengingatkan ikhsan apa yang harus iya lakukan besok.
" ingat besok penghulu akan datang sekitar pukul sepuluh pagi " ucap Bu Teri yang sepertinya sudah memikirkan semuanya.
Setelah mengatakan itu semua Bu Teri benar benar meninggalkan Ikhsan dan juga Mawar, Mawar mengambil selimut yang berada di ujung tempat tidur dan kembali berjalan menuju sofa yang ada di sudut kamar dan hal itu tak luput dari pandangan Ikhsan.
" sebaiknya kamu tidur mas karena tak baik jika seorang pengantin sampai kurang tidur " sindir Mawar yang kini sudah merebahkan tubuhnya di atas sofa, baru setelah itu Mawar memilih memejamkan matanya tanpa memperdulikan Ikhsan yang saat ini sedang menatap kearahnya.
" kenapa kali ini kamu tak berusaha melarang ku ?" tanya Ikhsan yang tak mengerti dengan diamnya Mawar kali ini.
" apa kali ini kamu sudah ikhlas jika harus berbagi suami dengan wanita lain ?" tanya Ikhsan yang bahkan tak membiarkan Mawar beristirahat dengan tenang.
" mas sedang berbicara dengan mu Mawar !!" bentak Ikhsan sambil menarik paksa selimut yang sudah Mawar gunakan untuk menutupi wajahnya.
Mawar menghela nafas begitu dalam baru setelah itu Mawar membuka matanya dimana Ikhsan sudah berdiri di hadapannya dengan nafas yang terlihat tak beraturan.
" sebenarnya apa yang mas inginkan ?" ucap Mawar tapi masih dalam posisi yang sama yaitu masih merebahkan tubuhnya di atas sofa.
" apa mas ingin Mawar marah dan melarang atau mungkin mas ingin Mawar memohon mohon pada mas untuk tidak menikah dengan wanita itu ?"
" lalu jika Mawar melakukan itu mas akan melawan ibu dan memilih Mawar ?"
" tidak bukan ? " tanya Mawar tapi malah Mawar jawab sendiri pertanyaan nya.
" jadi untuk apa Mawar membuka suara karena mas pun tak pernah ada untuk Mawar"
" suami yang Mawar nikahi setahun yang lalu yang berjanji akan membahagiakan Mawar sudah hilang entah kemana "
" yang ada hanya seorang laki laki yang bergelar seorang suami tapi tak pernah ada untuk istrinya bahkan tak pernah membela istrinya " ucap Mawar semakin berani.
" jadi apa yang tersisa saat ini ?' ucap Mawar yang bahkan saat mengatakan semua itu matanya tak pernah berpaling dari Ikhsan.
" sudah lah, Mawar lelah karena mungkin besok akan banyak pekerjaan yang harus Mawar kerjakan belum lagi Mawar harus pindah kamar " ucap Mawar yang lagi lagi menyindir Ikhsan.
" tidurlah mas karena mungkin ini malam terakhir kita bisa tidur satu kamar " ucap Mawar yang sudah mengambil selimut yang masih Ikhsan genggam.
Ikhsan berjalan ke tempat tidur yang mana di malam malam sebelum ini hanya ada kehangatan yang terasa di kamar ini tapi malam ini terasa sangat berbeda bahkan kamar ini terasa sangat menyesakkan dada baik untuk ikhsan apalagi untuk Mawar.
Mawar memilih memunggungi tempat tidur Ikhsan karena kini pertahanan yang sudah iya bangun runtuh, sebisa mungkin Mawar membekap mulutnya agar tangis yang keluar tak sampai terdengar oleh Ikhsan.
" kenapa kamu begitu cepat berubah ?"
" kamu bilang kamu sangat mencintai mas, tapi ternyata cintamu hanya sampai disini " ucap Ikhsan yang terdengar jelas di telinga Mawar yang memang belum tertidur.
" andai kita sudah memiliki anak mungkin kamu tak akan dengan mudah menyerah seperti ini "
Degggg
Mendengar kata anak Mawar tersadar jika sudah hampir dua bulan ini dirinya belum datang bulan tapi apa kehadiran anak yang belum jelas adanya bisa merubah keputusan Ikhsan dan menyadarkan Bu Teri untuk tak meminta Ikhsan menikahi wanita lain.
" akan aku pastikan dulu apakah aku benar benar hamil atau tidak, baru setelah itu akan aku lihat bagaimana reaksi mas Ikhsan dan Bu Teri saat tau aku hamil "
" apa mereka akan tetap bersikap kasar atau tidak "
✍️✍️✍️ apa mungkin jika setelah Mawar hamil Ikhsan akan menolak perintah ibunya untuk menikah dengan Sesil ?
Pantengin terus ya ceritanya biar R-kha lebih semangat lagi update nya
Jangan lupa like dan tinggalkan jejak biar R-kha lebih semangat lagi update nya
love you moreee 😘 😘 😘
poligami yg tak sehat karena tanpa persetujuan istri sah. Semoga Mawar sehat dan kuat sampai lahiran