Petualangan seorang putri dengan kekuatan membuat portal sinar ungu yang berakhir dengan tanggung jawab sebagai pengguna batu bintang bersama kawan-kawan barunya.
Nama dan Tempat adalah fiksi belaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kaisiepo, Kuari, & Reptil Ganas
Di sebuah hutan di Pa'apu yang biasa disebut hutan Suwar, terlihat seorang kakek yang bertubuh kecil memacu burung Kasuari dengan sangat cepat.
Raut wajah kakek itu terlihat panik dan cemas. Dan terlihat beberapa hasta dibelakangnya beberapa reptil yang kelaparan mengejar sambil berlari menggunakan kedua kakinya yang penuh cakar-cakar tajam.
Kejadian sebelumnya:
Kakek itu bernama Kaisiepo seorang pengguna batu bintang putih penjaga wilayah hutan Suwar.
Dia merasa ketakutan karena baru kali ini dia melihat sejenis kadal yang bisa berdiri dengan bentuk kedua kaki depan bagaikan lengan tangan sedangkan kaki belakang serupa dengan kaki burung Kasuari dengan ekor panjangnya menjulur kebelakang.
Tadinya ia mengira itu seekor kangguru ketika melihatnya dari jauh. Namun setelah dari jarak yang dekat dia sangat terkejut melihat reptil-reptil itu sedang mengepung seekor Kasuari yang sedikit lebih besar ukurannya dari para reptil buas itu.
Dan itu bukan kangguru!
" Hah binatang apa itu? " batinnya dalam hati sewaktu dia mengendap dan mengintip di balik semak-semak.
Burung Kasuari itu juga tampak marah bersiap-siap melawan empat reptil yang mencoba memakannya.
Kakek Kaisiepo tidak yakin burung itu akan selamat dari keroyokan reptil-reptil buas itu, tanpa pikir panjang dia membidikan busur panahnya ke salah satu reptil itu di balik semak tempat ia bersembunyi.
"Wuuuttt..! " anak panah melesat cepat mengenai salah satu kepala reptil itu yang akhirnya terkapar di tanah.
Tiga reptil lainnya terkejut melihat salah satu temannya ambruk seketika. Seakan menyadari ada pengganggu yang turut campur perburuan mereka.
Mereka mencari-cari pengganggu mereka dan menengok ke sana kemari dengan leher panjangnya, sementara burung Kasuari yang melihat anak panah kakek Kaisiepo itu terlihat senang karena dia merasa bantuan telah datang di pihaknya.
" Wuuuutt..!!! " anak panah kedua juga tepat mengenai jantung reptil yang kedua dan jatuh lunglai ke tanah.
Dua reptil lainnya meraung-raung seperti memanggil-manggil temannya yang lain.
Ketika kakek Kaisiepo hendak membidik kembali salah satu dari dua reptil yang tersisa tiba-tiba...
Tepat di sampingnya tersembul kepala reptil yang lain yang mengendus-endus di tempat kakek itu bersembunyi.
Sontak kakek itu langsung menembakan anak panah dari busurnya dengan sangat cepat di susul raungan kematian reptil itu.
Dua reptil lainnya mendengar raungan itu dan berlari menuju arah kakek Kaisiepo bersembunyi. Seolah girang menemukan mangsa baru yang telah menghabisi rekan-rekannya.
Menyadari hal itu kakek Kaisiepo pun segera memanjat pohon di dekatnya sebelum reptil-reptil itu menerkamnya.
Reptil-reptil itu akhirnya melihat kakek Kaisiepo yang sudah memanjat dan berdiri di dahan pohon yang cukup tinggi.
Dua reptil itu mendesis dan sesekali meraung ke arah kakek itu sambil meloncat ingin meraih si kakek dengan leher dan rahang panjang mereka.
Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu kakek Kaisiepo segera membidikkan kembali anak panahnya dengan gesit. Ke arah rahang-rahang yang menganga hendak menyantapnya itu.
"Wuuuttt... Wuuuttt !!! " sekali gerakan dua anak panah di luncurkan dengan sudut berbeda. Satu tepat menembus leher reptil itu namun sayang anak panah yang lain hanya menggores badan reptil sebelahnya.
Tinggal satu reptil tersisa yang hanya mendesis bergerak mundur karena menyadari dia hanya sendirian dan tiba-tiba...
"Braaakk...!!! " dari arah belakang reptil itu burung Kasuari yang berbalas budi itu menubruknya dengan cakar kakinya yang tak kalah tajam, merobek-robek punggung reptil itu, mematuk kepala reptil itu dengan garang.
Sebelum reptil itu jatuh ke tanah dia sempat meraung-raung dengan nada yang berbeda seperti memanggil kawannya yang lain untuk menolongnya.
Kakek Kaisiepo pun turun dari pohon buah merah sambil memandang reptil-reptil naas itu.
" Kuari binatang apa ini?" Kakek Kaisiepo itu bertanya pada burung kasuari yang tampak juga terheran melihat reptil yang menyerangnya itu.
Kasuari itu menjawabnya ", mana aku tahu, seumur-umur baru kulihat makhluk sebuas ini". ( dengan suara seperti ayam yang berkokok )
Kakek Kaisiepo adalah pengguna batu bintang berwarna putih yang bisa membuatnya bercakap-cakap dengan para burung.
Hampir mirip dengan Dato' Lamaraeng hanya saja bukan burung yang bisa diajaknya bercakap-cakap tapi makhluk laut saja yang bisa berkomunikasi dengannya.
" Ini sangat berbahaya andaikan kadal kadal yang bisa berdiri ini memasuki pemukiman manusia," Kakek Kaisiepo bergumam.
" Aku rasa kita harus segera meninggalkan tempat ini," Kuari burung Kasuari itu berkokok nyaring.
" Kadal ini sepertinya cerdas bisa memanggil kawan-kawannya kita harus memusnahkan mereka kalau tidak seisi hutan pasti habis diburunya," dengan tombak batu bintang putihnya kakek itu memotong leher reptil aneh itu.
Berniat menunjukkan pada Kepala suku Tanusen dan kepala suku Tamas. Dengan maksud membantunya menumpas reptil aneh yang sangat ganas itu.
" Cepat naik ke punggungku Kaisiepo aku mendengar banyak sekali gemerisik ranting dan daun kering di belakang kita mereka datang dalam jumlah banyak lagi cepat kita kabur dari sini," Kuari berkokok dengan cemas.
" Baiklah!" Kakek Kaisiepo pun mengikat kepala reptil yang dipotongnya itu dan disandarkan pada punggungnya setelah naik di punggung Kuari.
Kuari pun berlari terbirit-birit ketika melihat salah satu reptil mendadak muncul dan mengendus dua rekannya yang tewas tak jauh dari pohon tempat kakek Kaisiepo menewaskan dua reptil lainnya.
" Ayo Kuari, reptil itu mulai memanggil gerombolannya.." Kakek Kaisiepo berseru ketakutan.
Keduanya sama-sama panik melihat binatang ganas yang baru pertama kali mereka lihat itu.
Tentu saja karena reptil-reptil itu sejatinya hidup jauh di jaman yang berbeda, jaman sebelum ada sejarah di mana manusia membangun peradaban.
Satu kadal yang bisa berlari cepat itu mulai mengejar Kuari sambil berkoar-koar mengundang kawan-kawannya.
"Groaarrgroarrgroarr...!! "
Kaisiepo melihat ke belakang betapa ngerinya dia begitu banyak kawanan reptil itu yang mulai bermunculan mengejar mereka.
Dia mencoba menghitung gerombolan kadal-kadal ganas itu. Ada sekitar sepuluh reptil yang memburu mereka.
Kuari yang mengenal seluk beluk hutan Suwar itu dengan baik, berlari berbelok arah dia ingin menghambat laju reptil itu, tepat di depannya terdapat semak-semak rimbun Kaskado.
Dia melompat sangat tinggi karena dia tahu ada pohon tumbang di balik semak Kaskado itu.
" Kuari kenapa kau malah berbelok arah !!" Kakek Kaisiepo berteriak kesal mengira Kuari ingin bermain adu cepat dengan reptil yang mengejar mereka.
" Diam dan lihatlah di belakangmu itu"Kuari tak kalah nyaring berkukuruyuk penuh semangat dan ketakutan bercampur jadi satu.
Baginya berlari adalah hal yang sangat digemarinya dan baginya menghajar reptil-reptil berbahaya itu adalah sudah menjadi tugasnya.
Kakek Kaisiepo pun menengok ke belakang melihat beberapa reptil itu tersandung kayu yang melintang yang tertutup semak-semak Kaskado yang rimbun sambil tertawa. Reptil-reptil yang tersandung itu terjatuh karena kehilangan keseimbangan tubuhnya dan malah tak sengaja justru terinjak-injak oleh kaki kawan-kawannya yang penuh cakar.
Kuari juga puas bisa memberi pelajaran pada reptil-reptil itu. Berikutnya Kuari melaju berbelok ke kiri dengan cepat menuju rerimbunan tanaman palem berbentuk kipas sekali lagi dia mempercepat laju larinya dan melompat seperti semula.
Beberapa reptil mulai menyadari tipuan Kuari, ada yang berlari mengitari tanaman palem kipas itu menghindar di sisi kiri dan kanannya.
Namun naas rekan mereka yang di belakang belum menyadari rencana Kuari... Menerjang tanaman palem kipas itu dan terjebak di lumpur hidup kakinya terjerumus dalam lumpur yang membuatnya terpuruk, reptil dibelakangnya sekali lagi dengan tak sengaja justru menginjaknya hingga makin terbenam semakin dalam di lumpur hidup itu karena tak bisa menghentikan laju larinya yang begitu cepat.
Reptil yang sudah terbenam itu mencoba meronta membebaskan diri dari lumpur hidup itu tapi justru semakin terbenam lagi semakin dalam menyisakan kepalanya yang perlahan juga semakin turun dalam lumpur mematikan itu.
Kawanan reptil itu sudah berkurang menjadi tujuh ekor, tapi mereka tak menyerah memburu Kuari dan Kaisiepo yang bagi mereka adalah santapan yang layak untuk ditangkap.
Kadal-kadal ganas itu semakin dekat mengejar Kuari, Kuari merasa sangat keheranan dengan kecepatan mereka yang mampu sedikit menandinginya. Kemudian Kuari berlari berbelok ke arah kanan dia bermaksud mendekati kawasan tempat burung gagak berkumpul.
Sambil berkokok nyaring dia meminta bantuan burung-burung gagak yang berkaok riuh ramai ..
" Bantu kami menghalangi mereka untuk sementara", Kuari berkokok pada pemimpin burung gagak sambil melaju terbirit-birit.
Gerombolan burung gagak itu tadinya juga terkejut melihat makhluk aneh yang berlari cepat mengejar Kuari penuh cakar dan gigi yang tajam.
Tapi bagi burung gagak itu, Kuari adalah raja hutan Suwar. Mereka harus tetap membantunya.
Burung-burung gagak yang berjumlah puluhan itu berhamburan terbang dan menukik tajam ke arah reptil itu dari berbagai arah mencoba menghambat laju lari mereka. Tak banyak membantu karena reptil-reptil ganas itu tetap tertuju pada Kuari dan Kaisiepo yang telah mengurangi rekan-rekannya.
Reptil-reptil itu tak menggubris burung-burung gagak yang mematuki dan mencakar mereka.
Akhirnya Kuari memilih jalur sabana rumput Kebar yang lebat dan tinggi.
" Bagus Kuari dengan begini kita bisa sedikit tak terpantau mereka," kakek Kaisiepo seolah paham rencana Kuari.
" Diamlah aku benar-benar merasa lelah berpacu dengan mereka," Kuari pun menyusup dalam lebatnya rumput Kebar setinggi lima belas hasta itu. Dia melambatkan larinya kemudian menyelinap ke bagian paling tengah di pusat sabana rumput Kebar itu dan duduk bak mengerami telur, namun dia hanya ingin beristirahat sebentar.
Reptil-reptil ganas itu tidak langsung menerobos rumput lebat yang tinggi itu mereka waspada karena tahu Kuari lebih mengenal wilayah itu daripada mereka.
Mereka kemudian hanya mengendus-endus bau darah yang tercecer dari kepala rekan mereka yang kini ada di punggung Kaisiepo. Menyelusuri dan mulai memasuki lebatnya rumput Kebar dengan waspada. Kali ini permainan petak umpet yang menjadi rencana Kuari.
Setelah cukup beristirahat Kuari pun kembali berdiri dan melangkah dengan hati-hati menghindari suara gemerisik yang mencurigakan.
" Kuari jangan berlama-lama di sini." Kaisiepo berbisik pada Kuari. Kuari tak menjawabnya dia tahu betul arah keluar yang harus dilaluinya dari sabana rumput Kebar yang lebat itu.
Sambil mengendap-endap pelan kesana kemari cukup lama akhirnya mereka pun lebih dulu keluar dari sabana rumput Kebar itu. Saat itu juga Kuari langsung memacu lari secepat-cepatnya.
Kakek Kaisiepo melihat ke belakang, dia belum melihat satupun reptil itu berhasil keluar dari lebatnya rumput Kebar itu. Tapi dia bisa melihat rimbunan rumput Kebar yang bergerak-gerak berputar-putar di tengah sabana itu. Para reptil itu kebingungan mencari arah keluar.
Jarak mereka semakin jauh dari para reptil ganas itu, sampai satu reptil melongok keluar dari lebatnya rumput Kebar itu dan melihat Kuari yang terbirit-birit lari semakin menjauh.
Satu reptil itu berkoar koar memanggil teman-temannya di belakang. Dan akhirnya kepala-kepala reptil itu bermunculan dari rimbunan rumput Kebar dan mulai mengejar Kuari lagi.
" Celaka! Mereka mulai mengejar kita lagi Kuari.. " Kakek Kaisiepo berseru pada Kuari.
Satu tujuan terakhir di benak Kuari untuk menghambat pengejaran para reptil itu.
Ttg
Ayo Thor ini request aku pengen novel ini jangan di tamatin dulu