Vindra adalah menantu yang tinggal di rumah keluarga istrinya dan selama itu juga, Vin selalu mendapatkan hinaan dan di rendahkan karena kastanya yang rendah.
Namun suatu hari, tanpa sengaja ia mendapatkan batu permata dan mengaktifkannya kembali yang membuatnya memiliki kemampuan medis dan berhasil menyelamatkan seorang anak yang berada diambang Kematian. Berkat pertolongannya membuat Vin mendapatkan black Card yang mampu mengubah hidupnya.
Bagaimana kisah Vindra, Mengubah hidupnya dari menantu hina menjadi Penguasa tak tertandingi bersama batu permata dan keahlian Medis yang dimilikinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24.Datang minta maaf
Dom mentraktir Vin makan malam dan di temani anggur di sela-sela makan malam mereka.
"Terimakasih, paman sudah datang tepat waktu dan juga percaya kata-kataku."
"Kita adalah kerabat, saling percaya harus di junjung tinggi. Kapan pun dan dimana pun jika tuan pin mengalami masalah jangan lupa beritahu, biar aku yang mengatasinya, tuan tau kan jaringan anak buah ku ada dimana-mana, jika tuan punya masalah cukup sebut namaku, mereka pasti akan ketakutan sendiri." Ucap Dom di sela obrolan.
Sambil ngobrol Vin mengusap batu permatanya dan mendapati saat ini paman Dom sedang mengalami masalah kesehatan dan terlihat jelas pada tanda di tubuhnya.
"Paman sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu tentang kondisi paman. Sebenarnya-" Ucapan Vin terputus Filix tiba-tiba datang menghampiri.
"Maafkan aku tuan mengganggu acara makan malam tuan-tuan sebentar, Aku hanya ingin memberitahu kalau orang tua Zen sebentar lagi akan tiba. Mereka datang untuk minta maaf secara langsung." Ucap Filix.
"Kalau sudah selesai cepat pergi dan kembali saat mereka datang." Usir Dom. Filix pun segera pergi dan tak berani membantah.
Tak lama kemudian Filix kembali muncul, namun kali ini dia datang bersama orang tua Zen.
" Tuan mereka sudah datang." ucap Filix.
Tuan Robi tiba-tiba berlutut di depan Vin dan langsung menampar wajahnya sendiri untuk minta maaf.
"Maafkan aku tuan aku gagal mendidik anakku, sampai pada akhirnya dia membuat kekacauan. Aku yang bersalah tuan tidak bisa mendidik anakku dengan baik. Tolong maafkan Zen tuan, Biarkan aku yang menggantikan hukuman yang kalian berikan pada Zen." rengek Robi, Vin sempat tercengang dengan apa yang di lakukan Robi.
"Cukup paman jangan tampar dirimu. Kamu tidak salah, dia sudah besar dan dia tau resikonya jika membuat masalah. Tenang paman, Zen tidak papa, paman Dom sudah menyelesaikannya, paman Dom hanya memberi pelajaran sedikit agar Zen tidak melakukan kesalahannya lagi." ucap Vin dan meminta Tuan Robi dan istrinya untuk bangkit berdiri.
"Berdirilah tuan Robi, Kamu sebagai orang tuan tidak seharusnya merengek seperti itu, putramu yang salah dan putramu lah yang harus menanggung akibatnya bukan kamu. Duduklah kita selesaikan baik-baik." Ucap Dom.
Mereka pun segera bangkit berdiri dan bergabung untuk makan malam.
Paman Dom, kembali ingat dengan kata-kata Vin dan kembali bertanya.
"Tuan Vin tadi kamu bilang kalau aku sedang ada masalah kesehatan, tuan tau dari mana? dan memang aku sedikit ada masalah dengan kesehatanku. Apakah tuan bisa membantu? aku dengar dari nyonya Ambar kalau tuan Vin telah menyelamatkan putrinya dengan kemampuan medis yang tuan Vin miliki. Bisakah tuan membantu mengobati rasa sakit yang menyiksa ini?" tanya Dom.
"Paman sebenarnya aku tadi ingin mengatakan sesuatu mengenai tanda yang muncul di tubuh paman. Oya Paman apakah dalam dua hari terakhir ini paman sering melihat orang mati di depan paman? karena tanda yang ada di tubuh paman itu ada hubungannya." jelas Vin.
"Tuan Vin tau dari mana? Ya, dalam dua hari terakhir ini memang dengan mata kepalaku sendiri aku menyaksikan orang-orang mati di depanku, dan setelah itu aku merasakan beberapa titik di tubuhku merasakan sakit yang luar biasa. Apakah tuan Vin bisa membantuku menyembuhkannya?" tanya Dom begitu semangat, karena kata-kata Vin sudah dia buktikan kebenarannya, salah satunya yang masih dia ingin sebelum dia tergelincir dan tertimpa lampu gantung dia sudah berpesan untuk hati-hati.
Mendengar ucapan Vin yang tidak masuk akal membuat nyonya Lidia ( ibu kandung Zen) menganggapnya lelucon.
"Tuan Vin anda lucu sekali, apa hubungannya melihat orang mati Dangan penyakit, itu tebakannya konyol, bahkan anak kecil pun tak akan percaya kata-katamu. Lebih baik simpan lelucon mu itu tuan, Tak akan ada orang yang percaya." Sela Lidia dengan tidak sopan.
Braakkk!!!
Dom menggebrak meja, seketika Lidia terdiam, "Tutup mulut mu nyonya, tidak sepantasnya wanita terhormat seperti dirimu, menghina tanpa melihat situasi, kamu tau siapa yang kamu tertawakan. Jika tuan Vin marah mungkin saja nyawa anakmu tidak akan selamat. Lebih baik tutup mulutmu atau kamu keluar dari sini dan tunggu mayat anakmu didepan rumahmu." gertak Dom yang tidak terima.
"Sudahlah paman, mungkin Nyonya Lidia butuh hiburan agar tidak tegang. Tidak papa dia tidak percaya, karena sebentar lagi dia akan merasakan malu sendiri." ucap Vin mendingan suasana.
"Maafkan ucapan istriku tuan, aku janji akan memberikannya pelajaran nanti." ucap Robi kembali minta maaf dan juga malu dengan sikap istrinya.
"Maafkan aku tuan, aku tidak akan mengulanginya lagi. " ucap Lidia dengan terpaksa.
"Paman untuk memastikan apa yang aku katakan tadi benar atau tidak, paman bisa buka baju dan melihat sendiri tanda yang aku maksud tadi." perintah Vin dan Dom dengan patuh mengikuti ucapan Vin dan segera membuka bajunya, seketika tempat beberapa tanda yang ada di tubuh Dom selain tato yang menghiasi. Dom mencoba menyentuhnya dah merasakan sakit luar biasa.
Nyonya Lidia tertegun dengan apa yang dia lihat dah beberapa orang yang ada di ruang itu
To Be continued ☺️☺️☺️
Hallo semua sebelum lanjut bab selanjutnya,
Author ingin ngasih sedikit informasi, biar yang baca gak gagal paham.
Ini novel Misi kepenulisan, jadi ide bukan dari author langsung, tugas author hanya mengembangkan sebuah ide cerita menjadi sebuah cerita yang enak dibaca dalam bentuk novel. Jadi kalau ada yang bilang novel ini plagiat, Maaf ada salah besar, author tidak pernah melakukan plagiat karya siapapun, ide boleh sama tapi eksekusinya pasti berbeda iya kan.
Ini karya on Going / bersambung, jadi kalau ingin lanjut ya tunggu sampai author update bab baru. Sampai bab ini author menemukan beberapa readers yang memberi rating rendah hanya karena belum Tamat. tolong ya bedakan novel on Going sama novel tamat. Dan please kalau tidak suka cukup tinggalkan dan jangan kasih rating rendah. Lihatlah ratingnya dari 5🌟 sekarang turun jadi 4,3🌟apakah sejelek itu karyaku 🤦♀️. tolong batu naikkan lagi dong.
Nanti kalau updatenya gak rutin jangan marah ya, soalnya kan author harus menunggu plot lanjutannya dulu baru bisa update.
Yang terakhir, maaf kalau author gak bisa balas semua komentarnya, tapi atau usahakan balas, bukan berarti author sombong lo ya.😁
Eh satu lagi, jangan lupa setelah baca tinggalkan Jejaknya , 👍 like setelah baca,📝 tinggalkan komentar kalau kalian suka, ❤️jangan lupa di favorit kan sebagai bacaan, 🎫buat yang punya Vote author juga mau dong. dikasih 😁, 🎁🌹☕kalau gak punya Vote, hadiah bunga mawar atau secangkir kopi juga boleh, atau mau nonton iklan buat hadiah atau tambah seneng banget 😘, tentunya jangan lupa follow aku author ya, biar gak kalau author punya karya baru atau manggil kalian.
Kita lanjut bab selanjutnya ➡️