Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Suasana sore di kantor
Jaka yang sore ini masih ada di depan kantor Lita dan Sandy akhirnya melihat juga mereka berdua keluar dari kantornya.
Sore ini Sandy dan Lita tidak mesra seperti biasanya, mereka berjalan berjauhan sampai menuju mobil Masing-masing.
"Sepertinya bakal ada perang lagi nih, wajib diikutin kalau kaya begini" Ucap Jaka sambil menyalakan motornya.
Mereka pun pergi berbarengan dengan posisi Jaka di paling belakang mengikuti mereka sampai akhirnya mereka sampai di rumah.
Lita langsung beranjak masuk kedalam rumah setelah turun dari mobil, sementara Sandy mencoba mengejarnya sambil melihat keadaan sekitar, dan Jaka memantau dari arah kejauhan karena rumah Lita ini tidak memiliki gerbang dan bisa terlihat dengan jelas dari kejauhan.
Suasana sedikit tegang ketika berada di dalam rumah. Sandy langsung memegang tangan Lita sambil sedikit memohon.
"Sayang. Udah lah, maafin aku!"
Lita langsung membalikan badannya dan melepaskan pegangan tangan Sandy.
"Apalagi sih? pliss jangan ganggu aku. Aku lagi capek ingin istirahat."
"Tapi masa kita seperti ini terus?"
"Ya pikirin lah apa yang harus kamu lakukan, masih mending kamu masih bisa masuk ke dalam rumah ini."
Lita membentak sandi sambil menunjuk.
Lita langsung pergi ke dalam kamarnya meninggalkan Sandy, kemudian Lita langsung menutup kencang pintu kamarnya. Di sini Sandy kebingungan harus melakukan apa, dia hanya bisa menghela napas sambil duduk di atas sofa.
Hingga beberapa saat dia mendapat Chat dari Fika kekasihnya,
"Mas bagaimana? Kalian sudah baikan?"
Sandy pun langsung membalas Chat dari fika.
"Belum bisa, Lita masih sangat marah, dia langsung mengunci kamar, mas nggak bisa ngapa-ngapain."
"Hmmm. Yaudah mas tenang dulu ya tunggu beberapa saat dulu, nanti setelah keadaannya sedikit tenang baru mas bicara baik-baik dengannya, tapi kalau dia masih begitu mas nanti ke sini saja nginep di apartemenku ya."
"Yaudah, nanti mas kabarin lagi ya."
"Iya mas, semangat ya I Love you."
"I Love you to sayang."
Tak terasa waktu kini menunjukkan pukul delapan malam, Sandy yang ketiduran di sofa kini terbangun. Dia melihat jam di dinding dan kaget ternyata sudah malam, kemudian Sandy mencoba berjalan ke arah kamar Lita dan mencoba membuka pintu kamarnya yang sudah tak terkunci, ternyata Lita juga sudah tidur dan sudah menyelimuti tubuhnya dengan bedcover.
Sandy mencoba mendekatinya dan sedikit mengusap kepala Lita, tetapi Lita malah menghempaskan tangan Sandy dan sangat tidak mau diganggu sama sekali.
Sandy tidak bisa melakukan apa pun saat ini dia hanya bisa menghela napas kembali, tetapi sebelum pergi Sandy sempat mencium keningnya Lita walaupun Lita tak merespon sama sekali.
Sandy pun langsung pergi meninggalkan rumah dan berangkat menuju apartemen Fika. Jaka yang masih memantau di area luar kini kembali mengikuti mobil Sandy.
Singkat cerita mereka pun sampai di apartemen, sebenarnya Jaka sudah sangat bosan sekali hanya memantau seperti ini, dia pun ingin sekali menghubunginya Andini karena sudah sedikit kebingungan.
Sementara Suasana di rumah Andini.
Indra yang saat ini mampir di rumah Andini setelah mengantarnya pulang, kini Indra pun hendak berpamitan untuk pulang dan diantar oleh Andini sampai depan rumah.
"Besok aku dijemput dong berarti?"
Ucap Andini yang sedikit meledek.
"Iya lah, gak jalan kaki lagi deh ya mulai besok"
Indra berkata sambil duduk di atas motor.
"Tapi jangan terlalu pagi kan pake motor."
"Oh iya ya, tapi lusa kamu libur kan Din?"
"Libur sih, kenapa memang? Mau ngajak aku main yaa pasti."
"Iya lah, aku mau ajak kamu jalan-jalan yang jauh pokoknya."
"Hmm sombong ya yang udah punya motor."
"Yaudah ah aku mau pulang dulu ya, kamu langsung istirahat, jangan ngapa-ngapain lagi."
"Siap boss, hati-hati ya pulangnya"
"Oke sayang, yaudah aku pulang yaa dah."
"Dah sayang."
Sambil melambaikan tangan.
Setelah Indra pulang, Andini langsung masuk dan mengunci pintu, dia langsung menuju handphonenya yang sedang berbunyi, ternyata Jaka yang menelpon, dia pun langsung mengangkatnya.
"Iya Jaka, bagaimana, bagaimana?"
"Mbak Andin udah tidur ya? saya telepon gak diangkat-angkat dari tadi."
"Belum Jaka, tadi saya lagi di luar, sorry deh ya."
"Hmm Kirain, saya cuma punya info sedikit saja mbak, tadi saya di kantor sampai sore, terus ngeliat Sandy dan Lita pulang pake mobilnya masing-masing, terus saya ikutin sampe rumahnya, saya lihat sih dari muka mereka sepertinya masih pada berantem, nah sekitar jam 8 malam saya lihat Sandy keluar rumah dan pergi ke apartemen, ini saya sedang di apartemen, sepertinya Sandy dicuekin deh sama Lita makanya dia ke apartemen lagi."
"Hmm begitu ya, yaudah kamu pulang saja kasian udah malem, maaf yaa Jaka saya jadi ngerepotin kamu."
"Bener nih saya pulang saja? nggak papa mbak Andin kan udah tugas saya."
"Iya bener Jaka pulang saja nggak papa, bonusnya saya transfer sekarang ya."
"Hmm oke deh, terus tugas saya besok ngapain?"
"Besok saya infoin lagi deh ya, tapi kamu harus standby, oke."
"Siap mbak Andin, tenang saja buat mbak Andin Jaka bakal selalu ada ko."
"Hmm mantap. Udah ah kamu hati-hati ya pulangnya."
"Iya siap mbak, "
"Yaudah saya matiin ya telfonnya dah Jaka."
"Iya mbak dah."
Setelah mematikan telepon, Andini langsung bergumam dalam hatinya.
"Sepertinya ini sudah saatnya sih aku turun tangan, Lita juga pasti sudah menunggu rencanaku di sana. Besok aku harus izin dari pekerjaan dan mulai merencanakan niatku ini."
Sebelum tidur, Andini meminta izin kepada Bude Rini lewat Chat kalau dia besok nggak bisa masuk, dan Andini juga memberi tahu Indra agar besok tak perlu menjemputnya, dia beralasan ada keperluan untuk bertemu dengan teman lamanya waktu tinggal di rumah mantan suaminya.
Tetapi dengan polosnya, Indra percaya begitu saja kepada Andini. Kini Andini pun tenang untuk bepergian besok hari.
Kembali ke suasana di apartemen.
Sandy saat ini terus murung dan sering melamun, kini coba dihibur oleh kekasihnya Fika sambil membawa sebotol minuman beralkohol dan memberikan Sandy satu seloki minuman untuk diminum..
"Udah lah cemberut saja kamu ini mas, mending malam ini kita senang-senang, ayo minum dulu ,nih!"
Fika menyodorkan satu sloki minuman dan Sandy pun langsung meneguk minuman tersebut sambil tersenyum ke arah Fika.
"Ayoo mas bangun, kita pesta berdua malam ini"
Fika terbangun sambil memberikan tangannya kepada Sandy.
"Hmmm iya Sayangg ayoo!"
Sandy pun ikut terbangun menerima tangan Fika.
Fika langsung menyalakan musik remix di speakernya kemudian mematikan beberapa lampu ruangan, mereka pun berjoget sambil minum dan pada akhirnya mereka mabuk berat dan terkapar di atas sofa.
"Mas, kamu udah mabok belum?"
Tanya Fika sambil tertawa-tawa dengan bola mata yang mulai naik ke atas.
"Enggak mas gak mabok, mas masih kuat."
Sandy berbicara sambil memegang sofa.
"Haha.. Mata kamu sudah merah mas, ayoo bangun kita minum lagi!"
Fika kembali menyodorkan minuman ke arah Sandy.
"Hmmm gabisa sayang, cukup!"
Fika pun kini membuka setengah badan pakaiannya, hanya tinggal celana pendek yang dia kenakan.
"Ahh payah aku sudah bukan baju nih, masa kamu nggak semangat."
Di sini birahi Sandy sedikit memuncak, Sandy menjadi nafsu melihat Fika membuka baju, Sandy mencoba memeluk Fika, tapi Fika malah mundur hingga Sandy terjatuh ke lantai.
"Ayo tangkap aku Mas sini! Hihihi."
Fika terus memancing Sandy bahkan kini dia telanjang tanpa sehelai benangpun.
"Ayo mas sini!"
Fika sambil berjalan menuju tempat tidur kemudian melentangkan tubuhnya di atas ranjang.
Sandy terus merangkap menuju tempat tidur tapi dia tidak bisa naik karena sudah tidak kuat.
"Giliran aku sudah telanjang kamu sangat bersemangat. Ayo sini sayang naik!"
"Argh Fika bantu mas sayang sini."
Dengan penuh usaha Sandy pun akhirnya berhasil naik dan langsung menangkap Fika, kemudian mereka melakukannya di atas tempat tidur dengan kesadaran yang tidak terkontrol.
Keesokan harinya.
Pukul sepuluh pagi Andini sudah berada di sebuah rental Mobil langganannya waktu itu, tetapi yang jaga bukan pemiliknya yang genit hanya ada karyawannya di sini.
"Lah tumben yang jaga bukan aki-aki genit?"
Tanya Andini kepada salah satu karyawan rental.
"Haha. Dia lagi nggak enak badan katanya mbak makanya gak ke sini, mbak pasti suka digodain ya sama dia?"
"Bukan suka lagi tapi parah, bilangin sama bos kamu suruh tobat gitu udah bau tanah masih saja ganjen."
"Haha. Sabar mbak, dia memang begitu sifatnya, tiap cewek cantik ke sini pasti digodain, dia juga masih sering jajan di luar, padahal di rumah istrinya masih muda loh hmm."
"Ya ampun dasar ya. Masih kuat memang itu aki-aki?"
"Gak ngerti saya juga mbak, lah paling lama juga lima menit."
"Haha so tau ah, yaudah saya mau rental seharian ya mas."
"Oke deh mbak, silakan isi formnya dahulu"
Andini menyewa salah satu mobil, kemudian dia langsung jalan menuju apartemen, karena GPS di mobil Sandy masih menunjukkan bahwa dia masih di sana pagi ini.
Singkat cerita, Andini sampai juga di apartemen, dia mencari-cari mobil Sandy terparkir, kemudian akhirnya dia menemukannya dan Andini pun memarkirkan mobilnya tepat di depan mobilnya Sandy yang berada di basement.
Setelah menunggu beberapa lama, Akhirnya Sandy keluar juga dan menuju ke arah mobilnya, dia keluar bersama Fika kekasihnya, Andini langsung menunduk agar tidak terlihat di dalam mobil, dia hanya mengintip memantau mereka berdua.
Setelah Sandy menjalankan mobilnya, kemudian Andini mengikutinya dari belakang.
"Enak banget ya mas, Istrinya kerja banting tulang eh suaminya malah asyik berduaan seperti ini, nikmati saja dulu mas, nggak akan lama kok kamu menikmati semua ini" gumam Andini di dalam mobilnya sambil mengemudi.
Andini terus mengikuti mobil yang ditumpangi Sandy dan kekasihnya, hingga pada akhirnya mereka menuju sebuah mall di daerah kota.
Andini ikut memarkirkan mobilnya di basement mall agak jauh dari mobil Sandy agar tidak terlalu di curigai. Kemudian setelah Sandy dan kekasihnya turun, Andini mengikutinya agak jauh dari arah belakang.
Setelah berada di dalam Mall, ternyata Sandy dan Fika menuju salah satu tempat pembelian handphone, karena uang yang kemarin Sandy transfer kepada Fika belum dibelikan handphone baru oleh Fika makanya hari ini mereka ke sini.
"Fika, habis ini kita cari makan ya, mas udah laper banget."
"Hmmm Iya mas, sabar ya sayang gak lama ko."
Fika menjawab sambil mengusap pundak Sandy.
"Iya sayang ayo cepetan pilih!"
Ketika Fika sedang serius memilih handphone dan Sandy menengok ke arah sekitar Mall, tiba-tiba saja Andini memberanikan diri berjalan melewati mereka dengan polos pura-pura tidak tahu, sontak saat itu juga Sandy langsung menatap Andini dan memperhatikannya.
Andini berjalan menuju ke arah tangga eskalator untuk ke lantai berikutnya, dari situ Sandy langsung meminta izin kepada fika.
"Sayang, mas pergi ke toilet dahulu ya sebentar."
"Ah kamu ini mas, aku kan mau minta saran hmmm."
"Yaudah kamu pilih saja sesukamu, kalau uangnya kurang nanti emas tambahin lagi. Yah"
"Yang bener mas? Berarti boleh yang mana saja dong handphonenya?"
"Iya boleh, ayo pilih-pilih saja dulu ya, yang serius milihnya biar gak nyesel."
"Hmmm oke deh yesss. Makasih ya sayangkuuu."
"Iya, yaudah mas tinggal dahulu ya sebentar. Nggak kuat pengen kencing."
"Iya mas, jangan lama-lama tapi awas!"
"Iya tenang saja ya, nggak lama ko."
Andini yang sudah berada di lantai atas langsung dikejar oleh Sandy sambil berlari di tangga eskalator, bahkan dia sempat menyenggol seorang Ibu-ibu dan kena semprot.
"Nggak punya mata apa."
Ibu itu marah dengan mata melotot.
"Sorry sorry, saya sedikit buru-buru soalnya."
Sambil menunduk Sandy meminta maaf.
"Dasar manusia zaman sekarang nggak tau sopan santun. Huh"
Sandy hanya bisa tersenyum sambil meminta maaf, dia langsung pergi dan sampai juga di lantai atas, dia langsung mencari Andini yang sedang memilih-milih sepatu, karena Andini saat ini sedang berada di toko sepatu.
Sandy langsung menghampirinya dan memegang tangan Andini.
"Andini!"
Di sini Andini langsung melepaskan pegangan tangannya Sandy.
"Ih Apaan sih, ngapain kamu di sini? kamu sengaja ngikutin aku?"
Padahal Andini hanya berpura-pura.
"Harusnya aku yang bertanya, kenapa kamu bisa ada di sini?"
"Lah. Ini kan tempat umum, ngapain aku harus izin sama kamu, memang mall ini punyamu?"
"Yaudah, yaudah sorry. Kamu apa kabar?, kita ngobrol dulu yuk di sana!"
Sambil menunjuk tempat duduk yang ada di toko sepatu.
"Nggak salah kamu nanya kabar aku?, ngaca mas, beruntung aku masih hidup juga, sana ah pergi udah muak aku ngeliat muka kamu."
Andini berkata sambil menghentakkan tangannya karena Sandy mencoba memegang tangannya.
"Maafin aku Andini, dulu aku nggak bermaksud ninggalin kamu, aku terpaksa karena aku banyak hutang, jadi aku terpaksa harus menikah dengan Lita untuk melunasi hutang-hutangku."
Andini langsung mengalihkan pandangannya dan menatap Sandy.
"Mas, aku sudah gak percaya sama sekali sama kamu, mau kamu punya hutang, punya apa ke, aku sudah nggak peduli, yang jelas kamu manusia biadab yang sudah sangat kejam menelantarkan dan mengusir aku dari rumah, kamu nggak sadar ya aku itu di sini gapunya siapa-siapa, keluargaku jauh di kampung, makanya masih untung aku masih dikasih hidup di kota ini."
"Andini, aku menyesal Andini, maafin aku!"
Sandy memohon sambil menggenggam tangan Andini.
"Nyesel?, seribu kali pun kamu minta maaf sudah nggak akan ada gunanya lagi mas, tolong mulai saat ini nggak perlu ganggu aku lagi!"
Andini melepaskan tangan Sandy.
"Hmmm.. Baiklah kalau itu maumu, tetapi kamu kenapa nggak pulang, kenapa masih di sini? kamu aku antar pulang ya, nanti aku akan bicara baik-baik dengan orang tuamu, aku bakal tanggung jawab, karena bagaimanapun aku ingin kamu baik-baik saja berada di sini."
"Nggak usah, sudah terlambat mas, biarkan aku cari uang sendiri untuk pulang, mending kamu urusin saja istri kamu, asal kamu tahu ya, malam itu hatiku sangat hancur, sakit sekali mas, aku selalu berharap kamu bakal dapat balasan yang setimpal atas perbuatanmu kepadaku."
"Maksudnya kamu mau balas dendam?"
"Aku nggak mungkin melakukan itu, tetapi aku yakin kamu nggak akan pernah hidup bahagia, Tuhan nggak pernah tidur mas ingett!! "
Andini sedikit membentak sambil mengeluarkan air mata.
"Hmmm Andini Andini. Sudah mulai angkuh ya kamu sekarang, asal kamu tahu saat ini aku sudah bahagia Andini, aku sudah punya segalanya, ya sudah sih terserah kalau kamu gamau aku bantu lagi, yang penting aku sudah kasih kamu penawaran terbaik, jadi aku sudah gak salah apa-apalagi dong sekarang?"
"Haha. menikmati kekayaan orang saja kamu bangga mas?, itu juga belum tentu selamanya. kalau nggak ada Lita, kamu itu nggak ada apa-apanya dan nggak punya apa-apa, cuma gembel dan nggak beda jauh sama sampah!"
"Andini kamu sudah berani kurang ajar yaa!"
Sandy marah dan hampir menampar Andini.
"Ayoo mas tampar ayoo. Belum puas kamu nyiksa aku selama ini, belum puas hah??"
Jawab Andini sambil memberikan wajahnya.
Sandy hanya bisa menghela napas sambil menahan tangannya.
"Hmmmm. Udah lah nyesel aku nyamperin kamu. Tapi aku masih mau baik hati, ini kartu namaku, bila kamu perlu apa-apa hubungin saja, aku cuma ingin memastikan kamu baik-baik saja di sini. Yaudah aku pergi, kamu sehat-sehat ya aku selalu doain kamu yang terbaik."
Sandy pun pergi meninggalkan Andini, dan Andini hanya bisa tersenyum, sedih dan bercampur amarah, tetapi dia mau menerima kartu nama dari Sandi.
Andini mengelap air matanya, tapi dia masih sedikit tenang dan berfikir dengan rencana dendamnya.
"Mungkin kartu nama ini bisa aku gunakan untuk memancingnya, hmmmm lihat saja mas, petualangan akan segera dimulai, dari gerak gerikmu saja sudah keliatan kalau kamu ini memang lelaki labil" Ucap Andini sambil memandang kartu nama tersebut.