NovelToon NovelToon
Aghnia Dan Dosen Killer

Aghnia Dan Dosen Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Dosen / Cintamanis / Romansa
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Renyah

Kisah Aghnia Azizah, putri seorang ustadz yang merasa tertekan dengan aturan abahnya. Ia memilih berpacaran secara backstreet.

Akibat pergaulannya, Aghnia hampir kehilangan kehormatannya, membuat ia menganggap semua lelaki itu bejat hingga bertemu dosen killer yang mengubah perspektif hatinya.

Sanggup kah ia menaklukkan hati dosen itu? Ikuti kisah Nia mempelajari jati diri dan meraih cintanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Renyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Ketahuan

Ustadz Lukman bergegas mengurus laporan ke kantor polisi, selain melapor ke polisi ia juga melapor ke satgas PPKS yang berada di kampus Aghnia, Lukman tidak akan mentolerir sedikit pun kasus kekerasan dan pelecehan terhadap kaum wanita.

Ustadz Lukman kembali ke rumah sakit bersama dengan dua orang polisi dan satu orang petugas dari satgas PPKS untuk melihat hasil visum dan menanyai Aghnia terkait kasus laporannya. Setelah mendapatkan hasil yang cukup, polisi dan satgas segera bertindak menemukan tersangka, pihak kepolisian akan menelfon ustadz Lukman guna mengundang beberapa saksi untuk mempercepat proses penyidikan dan penuntutan.

Sepeninggal pihak berwajib, Aghnia terlihat gelisah. Gerak geriknya tak luput dari sorotan ustadz Lukman. Pria itu merasa ada yang disembunyikan oleh putrinya, namun ustadz Lukman berusaha husnudzon kepada anaknya.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya ustadz Lukman, pria itu mengusap puncak kepala anaknya. Aghnia menggeleng dan tersenyum.

Di tempat lain, Bimo mencoba mengelabuhi polisi yang sedang mengincarnya, pria itu menyembunyikan motornya di warung ujung gang yang berjarak seratus meter dari kosannya, sedangkan dirinya bersembunyi di kamar kosnya.

Setelah seseorang memukul tengkuk Bimo, pria itu terkapar di depan kontrakan Aghnia, Lamat Lamat ia melihat seseorang menolong Aghnia. Setelah sadar, pria itu bergegas pergi, berfirasat akan terjadi masalah besar.

Benar saja, esoknya pria itu mendapat telfon dari kepolisian yang akan menangkapnya atas tuduhan kekerasan dan pelecehan seksual. Ditambah lagi ia mendapat telfon dari orang tuanya yang murka atas surat skorsing yang diterima mereka, jika terbukti melakukan tindak kriminal pelecehan seksual, maka Bimo akan drop out dari kampus.

"Sial!" umpat Bimo. Pria itu memukul dinding kamar kosnya, ia mengadu kesakitan ketika terlalu kencang mukul.

"Argh, Aghnia bangsat!" Ia mengacak acak rambutnya, sangat frustasi. Lama ia berpikir mencari solusi. Ia pun terpaksa menelepon, merengek untuk meminta koneksi ayahnya.

"Ayo lah Yah. Kalau aku dipenjara, nama keluarga juga akan tercoreng nantinya. Lagi pula aku sama sekali belum melakukan apa-apa, hanya sedikit menyentuh benda-benda itu saja", jelas Bimo setelah menceritakan alasan menginginkan tubuh Aghnia yang sintal dan putih itu.

"Kenapa kamu bodoh Bim? Bukan kah kamu bisa merayunya daripada seperti ini? Kamu jelas tahu, suka sama suka takkan ada hukumannya. Kalau begini kasusnya, kamu harus siap-siap mendekam di penjara.

Ya, ayah akan coba meringankan hukumanmu, tapi kamu harus patuh dan katakan kamu menyesal. Tapi ingat, ayah tidak ingin kasus ini terulang. Kalau kamu masih menginginkan pelacur itu, rayu dia dengan segala cara, jangan begini", pungkas Niko, ayah Bimo.

"Jadi, aku harus bagaimana sekarang Yah?", Bimo bingung dengan perkataan ayahnya.

"Bodoh! Datangi kantor polisi dan serahkan diri. Kooperatif saja agar ringan tuntutanmu. Ingat, katakan saja khilaf karena pelacur itu yang merayu dirimu untuk berbuat demikian. Asumsi itu penting dalam persidangan nanti", Niko menyarankan putranya. Sontak Bimo berkeringat dingin, membayangkan harus menyerahkan diri dan dijebloskan ke penjara bersama para bromocorah.

"Bimo, jawab!", Niko gusar karena putranya malah terdiam seperti pengecut.

"I, iya Yah. Aku, aku akan ke kantor polisi satu jam lagi. Toh sekarang atau nanti hasilnya sama saja, penjara", jawab Bimo, pasrah.

"Sekarang saja. Ayah akan panggilkan pengacara agar kamu bisa diproses di luar penjara sebelum persidangan", tentu Niko memiliki koneksi dan cukup pengaruh untuk melakukan hal itu.

"Nah, itu yang kutunggu Yah", Bimo pun tersenyum bahagia.

Tiga puluh menit berikutnya, ustadz Lukman menerima panggilan untuk hadir ke kantor polisi sektor Lontar, karena tersangka telah hadir untuk menanggapi laporan. Seperti biasa, polisi akan mencoba mempertemukan kedua pihak terlebih dahulu, menimbang segala kondisi.

"Abah, mau ke mana?", Aghnia semakin gusar setelah sedikit mendengar percakapan abahnya.

"Kantor polisi. Bajingan itu menyerahkan diri dan ingin bernegosiasi", ungkap ustadz Lukman, beranjak ke sana bersama kuasa hukumnya. Tentu Aghnia hanya bisa pasrah jika sampai ketahuan.

Sesampainya di kantor polisi sektor Lontar, ustadz Lukman bertatap muka dengan pihak Bimo. Tangannya mengepal kuat, ingin sekali menghajar wajah Bimo yang nampak santai, seakan ini hanya masalah sepele.

Penyidik pun mendudukkan kedua pihak dan menjelaskan hasil pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi yang dihadirkan pihak Aghnia.

"Apa otakmu rusak ha?", ustadz Lukman murka dan menunjuk ke arah Bimo yang mengatakan bahwa ia khilaf karena Aghnia lah yang merayunya dengan penampilan seksi dan tidak menolak dipeluknya di diskotik waktu itu. Ia punya bukti rekaman yang diambil Roni saat Aghnia berdansa dengan meletakkan kedua lengannya di pundak Bimo.

Ustadz Lukman pun meminta diperlihatkan bukti yang dimaksud. Segera, kepalanya semakin pening. Ia sudah menduga kelakuan putrinya akan mungkin seperti ini.

"Ini bukan rayuan, pihak Aghnia jelas hanya berdansa, bukan meraba dan sejenisnya", protes kuasa hukum Aghnia, membangun asumsi berbeda.

Terjadi lah perdebatan hingga diputuskan agar kasus ini melangkah ke persidangan. Satu hal yang paling menjengkelkan bagi ustadz Lukman, bahwa Bimo tidak ditahan sementara, menunggu keputusan persidangan dengan alasan asumsi dan bukti yang cukup kuat.

Dalam keadaan murka, ustadz Lukman kembali ke bangsal Aghnia.

"Semuanya, tolong tunggu di luar. Aku ingin berbicara empat mata dengan Aghnia", perintah ustadz Lukman. Ibu dan kedua teman Aghnia pun patuh meski ingin tahu apa gerangan pembahasan mereka. Aghnia pun sama, ia bingung harus bagaimana menjelaskan kenakalannya.

"Katakan lah apa yang ingin kamu sampaikan, Nia", ustadz Lukman memberikan kesempatan, tidak langsung melontarkan tuduhan.

"Aku, aku minta maaf Abah. Aku tidak suka dikekang. Aku ingin menikmati hidupku. Aku tetap sholat dan puasa kok", ungkap Aghnia, tak berani menatap mata abahnya.

"Jadi itu benar? Kalau begitu, kamu pulang saja dan masuk ke pondok tahfidz", putus ustadz Lukman.

"Abah, aku tidak suka dikekang. Kalau Abah ada di posisiku, bagaimana aku bisa hidup tanpa tekanan jika melakukan apapun serba terpaksa?", protes Aghnia. Ustadz Lukman pun terdiam. Ia tidak bisa sembarang memutuskan. Jika kali ini Aghnia berbuat seperti itu, maka sangat mungkin ia akan semakin liar jika semakin dikekang. Meski ia lega karena hasil visum menunjukkan bahwa putrinya tidak sembarangan mengobral mahkota kehormatannya.

"Karena kamu begitu hebat berpikir, katakan apa maumu, Nia", ustadz Lukman sedikit mengalah.

"Aku, tolong berikan aku kesempatan untuk mengenal jati diriku. Selama itu, aku akan berusaha menjaga diri dari hal seperti ini", ungkap Aghnia setelah berpikir beberapa saat. Abahnya pun menatap wajah putrinya yang nampak sungguh-sungguh, tapi hatinya tetap tak ingin putrinya mengumbar aurat dan bergaul terlalu bebas.

"Sekuat apapun usaha dan pengendalian dirimu, jika lingkungan mu tetap seperti ini, kamu akan tetap terjerumus, cepat atau lambat, Nia. Jadi, silahkan kamu cari jati dirimu. Tapi, hentikan kekonyolanmu seperti clubing dan berkumpul dengan orang-orang seperti itu. Apa kamu bisa berjanji?", pungkas ustadz Lukman, membuat Aghnia terdiam. Ia sangat suka gemerlap malam dan melampiaskan hasratnya berdansa dengan pakaian ketat, menunjukkan keindahan tubuh yang dibanggakannya.

"Pilih lah, kamu jujur dan berkomitmen dengan janji ini atau ku nikahkan dengan pria baik. Jika tidak, Abah tak tahu lagi harus seperti apa mendidikmu. Apa kamu ingin membangkang dan bernasib sama seperti kebanyakan perempuan sekarang, terombang ambing oleh dunia dan akhirnya terjerumus ke lembah nista tanpa tahu kapan akan bisa menyudahinya? Apa kamu siap menikmati dunia yang sedikit dengan menukar Rahmat sang Pencipta? Bahkan pezina pun akan minta kesempatan taubat saat malaikat pencabut nyawa menampakkan wujudnya", tutur ustadz Lukman, menunggu keputusan Aghnia. Gadis itu seketika gemetar mendengar ucapan abahnya. Benaknya mengalami pergulatan serius hingga terdiam lama.

1
Elen Gunarti
double up thor 👍👍
Rian Moontero: yuuk lanjut lanjut lanjut thor🤩🤸🤸
total 1 replies
Elen Gunarti
double up thor 👍
Tabuut
lanjut thor
Tabuut
ceritanya bagus, hanya banyak tipo.
Tabuut
menimang cucu, kak
Tabuut
hayo loh. bahaya nih, mau nain 'air'
Tabuut
Update agak pagian dong thor
Johana Guarneros
Menyentuh hati ❤️
C S Rio
Nggak sabar nih, author update cepat yaa!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!