Warren Frendata Rafaeyza, seorang CEO dari perusahaan Desainer frough yang berpengaruh di kota Jakarta,
Dia menjadi mualaf karna wasiat sang ayah yg mengatakan bahwa sebenarnya ayahnya adalah gus yg telah ingkar masuk ke agama lain dan ingin anak dan istrinya masuk islam. Diusianya yang sudah matang Warren belum menikah karena masih terjebak dengan cinta pertamanya saat remaja. Dia Citra Bayu Antriza, Wanita cantik yang berhasil memporak porandakan hatinya. Suatu ketika Tuhan menjawab keinginannya untuk memiliki hati Citra sepenuhnya. "7 tahun bukan waktu yg mudah aku lalui ya Alloh, untuk menemukannya, sekarang aku sudah menemukannya! izinkan aku memilikinya, dia yg selalu aku sebut di sepertiga malamku" "Aku, Warren memang bukan yang pertama, tapi aku akan menjadi yg kedua untuk yg terakhir"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeaIsw31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Citra
Meninggalkan Warren dengan segala acara untuk kepergian ayahnya beralih ke pernikahan Citra, dimana 1 bulan terlewati dan tiba hari pernikahan itu.
"Cantik sekali kamu mbak" Ucap salah satu asisten perias di dalam kamar Citra.
"Enggak lah biasa aja! Gak cantik! " Ucap asisten yang satunya sampe mendapat pelototan dari sang perias.
Setelah make up selesai dan foto yang diambil perias lalu datang fotografer untuk mengambil gambar Citra sebelum akad.
"Kamu kenapa kaya tadi ci? Dia itu deretan pengantin tercantik yang aku lihat" Ratna yang bilang Citra cantik tadi.
"Kamu ada dendam sama dia ci? Untung tadi klien cuman nanggepin pake senyum kikuk" Zizah sang perias.
"Bukan gitu mbak, dia memang cantik tapi mata dia gak berbinar padahal dia mau nikah! Mata dia memancarkan kesedihan walau bibirnya senyum! Pasti dijodohin tuh, aku gak suka mau secantik apa perempuan kalo keterpaksaan mba! Namanya nyiksa orang tua nyiksa anak, mana dia keliatan masih muda gitu" Cici.
"Kita tak berhak ikut campur, kita hanya perias saja" Ucap Zizah.
"Siapa tau dia bukan dijodohkan emang lagi gak enak badan aja tadi aja muntah muntah" Ratna.
"Hamil kali! " Celetuk fotografer setelah selesai memfoto dengan kekehan.
"Gak, kalo hamil make up ku bakal luntur gak senempel itu," Zizah.
"Ya kan ada kasus make up luntur karna dia pake skincare pas sebelum riasan ada kan? Pasti adablah, gak ngaruh itu cuman mitos" Sang fotografer sambil tertawa.
"Lih,dasar! Ini Jawa ya mas! Kalo di Jawa kebanyakan make up luntur mau nikah artinya udah jebol gawangnya dan isi! Dia aja semanis dan se welas asih itu" Ratna.
"Iya, cuman matanya aja gak memancarkan kebahagiaan" Cici.
"Wkwkkw iya, aku cuman bercanda! Aku tau kok" Ucap sang fotografer cowok itu sambil manyun mengejek Cici dan Ratna.
"Kalo ngomong di jaga! Bisa menimbulkan fitnah dia tuh masuk angin karna jam 2 pagi dini mandi air dingin harusnya gak usah mandi gapasih, baru kali ini ada klien di kampung dirias pagi buta mandi makanya kesambet masuk angin dia" Zizah.
"Iya Sepuh, paham" Sang fotografer sambil tersenyum.
Acara ijab kabul dimulai lancar dalam satu kali ucapan, dan di lanjut dengan sesi Foto.
Fino tak hentinya menatap wanita di sampingnya dimana mereka sedang duduk berdua dipelaminan.
"Cantik, Terima kasih Citra telah menerima pernikahan ini" Ucap Fino berbisik pada Citra.
Citra menegang karna secara tiba tiba Fino dan dia berjarak sedekat ini, tadi di sesi foto memang ada adegan Fino memegang pinggang Citra tapi entah kenapa kali ini Citra sedikit gugup.
Citra hanya mengangguk sambil menatap pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.
Dia tersenyum namun tidak dengan hatinya yang entah kenapa sakit seperti diremas remas dan di gepluk dengan palu.
Fino tersenyum simpul dan memegang tangan Citra tampa penolakan dari sang empunya tangan, Fino cukup bersyukur Citra menerimanya , walau tidak ada binar cinta di dalam mata Citra dia memang gugup tapi matanya kosong, Fino mengerti akan hal itu.
2 minggu berlalu Citra Dan Fino belum menjadi pasangan seutuhnya. Fino pun tak memaksakan kehendaknya pada sang istri, walau Citra bilang siap untuk disentuh dia bisa melihat dari mata Citra ada keberatan dan keraguan di tatapannya.
"Aku tidak akan memaksakan kehendakku padamu Citra, aku akan menunggumu" Fino.
Citra menggigit bibir bawahnya, dia tak mengerti kenapa Fino tak menyentuhnya paling hanya sebatas ciuman Bibir dan kecupan di leher padahal dia sudah mengizinkannya, ada rasa lega karna Fino lelaki beda 5 tahun darinya itu mengerti dia. tapi ada rasa bersalah dan dosa karna suaminya menahan diri, padahal mereka sudah sah.
Apa Citra tak bisa mengontrol expresi bahwa dia keberatan? Atau dia terlalu cuek? Tapi dia berpikir kembali dia sudah menawari agar tidak dilaknat malaikat menolak suami.
"Aku sudah siap mas, aku tak ingin berdosa" Citra menunduk.
Fino tersenyum dan langsung menarik tengkuk istrinya itu untuk mengetahui kali ini apa benar istri kecilnya sudah siap? dia mencium lembut Citra sampai berubah jadi menuntut dengan salah satu tangan yang mulai meremas payudara sang istri.
Citra dengan refleks mendorong suaminya dengan nafas terengah engah.
Mata Fino berkabut, dia lelaki dewasa 24 tahun dan dia seorang pria normal disuguhi wanita yang sah untuk dia sentuh jelas dia tergoda apa lagi kecantikan Citra bak paripurna saat tak memakai kerudung, rambut panjang kulit bersih dan lembut bahkan Citra memakai pakaian tidur yang sexy. Tapi pengendalian diri Fino kuat dia menyadari ketika melakukan kontak Fisik dengan istrinya, istrinya dengan refleks menolaknya entah sekedar pegangan tangan dan ciuman, mulutnya menerima tidak dengan hatinya.
"Kamu belum siap Citra! " Fino mulai kembali normal walau kejantanan masih berdiri dan jantungnya masih berdetak karna rangsangan yang tadi dia dapat karna meremas payudara sang istri.
Citra langsung menangis tampa suara dia merasa berdosa tak bisa ia pungkiri dia merasa jijik! Dia tak ingin berhubungan badan padahal lelaki di depannya itu tampan dengan kulit exsotisnya, dada bidang, tinggi dan digilai para wanita dikampungnya tapi semua itu tak membuat Citra terpesona, apa yang terjadi padanya? Suaminya walau tak paham sekali agama tapi dia tak sefakir ilmu seperti dirinya, suaminya cukup mengerti agama bahkan suara baritonnya sangat merdu kala mengimaminya solat, dia benar benar istri yang murtad dan durhaka dia seolah siap untuk melayani , dia juga memakai pakaian indah, sexy dan wewangian agar sang suami menikmati tapi jauh dari lubuk hatinya yang dalam dia tak mau disentuh.
"Maafkan aku! " Citra menunduk dan menangis.
Fino langsung memeluk Citra "tak apa sayang, semua butuh waktu, siapa juga yang bisa berhubungan langsung dengan orang yang asing? Kita saling mengenal dulu ya".
" Makasih sudah sabar mas" Citra menatap suaminya.
Citra memejamkan matanya seolah memantapkan untuk melompat melewati jurang, Citra mengusap lembut rahang Fino membuat Fino memejamkan matanya dan untuk pertama kalinya Citra memberanikan diri mencium duluan Fino.
Mata Fino terbuka dan membelalak tak percaya bahkan Citra menuntun suaminya agar duduk diranjang, Citra dengan berani duduk di pangkuannya dengan pangutan yang masih terpaut.
"Lakukanlah mas, aku adalah hakmu" Citra.
"Ta-tapi,, " Fino sekarang yang ragu lalu "aku tanya apa kamu tak akan menyesal Citra? Aku tanya juga apakah ada nama yang terukir dihatimu? ".
Citra menggeleng " Tidak, aku tidak akan menyesal karna aku wajib melayani suamiku malah aku akan dapat pahala, dan untuk hati yang terukir di hatiku tidak ada sama sekali orang yang dihatiku".
"Lantas kenapa kau merasa berat sayang? Katakan jujur padaku aku akan meminta hak ku apa bila aku tau perasaanmu,jika memberatkanmu aku siap menunggu aku tak akan memaksa" Fino.
Citra manatap netra hitam tegas suaminya itu, yang menatapnya penuh cinta dan sabar "A-aku, aku memang belum mencintaimu mas karna aku belum siap menikah" Citra memberanikan diri jujur.
Fino malah tersenyum karna akhirnya istrinya mau jujur "aku tau itu! ".
" Aku jatuh cinta tapi aku menaruh di orang yang salah " Lanjut Citra.
"Siapa dia? " Fino dengan berat hati dan harus tabah untuk kemungkinan yang terjadi nanti. Dia harus menyikapinya dengan dewasa.
"Kami beda agama, tapi aku sudah melupakannya 1 bulan ini" Jawaban Citra membuat hati Fino menghangat dan lega.
"Aku hanya masih terpaut belum Terima menikah muda mas, walau banyak yg di usiaku menikah muda bahkan ada yang 15 tahun udah nikah" Citra dengan mata berkaca kaca"maaf mas" Lanjutnya.
"Masya Alloh sayang, kamu tak perlu merasa berat hati dan bersalah, mas mengerti karna mas meminangmu tampa kamu tau, kamu pasti merasa dijodohkan mendadak karna kita bahkan tak mengenal hanya saling tegur sapa bila bertemu" Fino sambil menyelipkan anak rambut istrinya yang masih duduk di pangkuannya "mas jatuh cinta sama kamu Dek Citra, mas melangitkan namamu di setiap doa mas, dari pada menjadi dosa mas akhirnya melamarmu jika ditolak kita bukan jodoh tapi orang tuamu menerima pinangan ku dan mengatakan kamu menerimanya Citra".
Citra mengangguk, dia memang menerima lamaran itu dan seketika perasaan tak enak hati membuncah dihati Citra.
"Citra kita mulai pelan pelan, semua hanya butuh waktu, makanya aku bertanya adakah nama pria lain dihatimu, Jika ada maka aku memilih mundur" Fino.
Citra mendongak, apa semudah itu? Mundur katanya? Kalo Fino mundur untuk apa dia melamarnya? Citra tau dia salah tapi seharusnya kalo mau mundur dan bertanya seperti ini saat pertemuan kedua mereka Ta'aruf bukan setelah ini, Citra merasa marah namun dia diam karna jika dikoreksi dia yang salah, dia kalau ditanya dia diam menjawab ala sekadarnya, Disini dia yang salah! Yang korban adalah pria yang memangkunya.
"Aku benar benar berdosa dan istri yang durhaka, aku yang salah disini, Citra kamu bego! Kamu menyeret orang lain untuk masuk dalam kekelaman hatimu" Batin Citra
"Citra, kamu sudah menjadi istriku dan aku meminta izin agar bisa membuat hatimu mencintaiku istri manisku" Fino dengan lembut mengecup pipi Citra yang menatapnya penuh dengan tanda tanya lalu sekian detiknya dengan mata berkaca kaca.
Citra mulai menyadari dirinyalah yang salah, pernikahan itu sakral dan suci dia tak boleh menodai ikatan ini, dia harus menjadi istri yang lebih baik.
"Maaf mas aku salah, siapa yang sepertiku disaat pengantin baru malah membahas keberatannya soal menikah".
" Kamu hanya jujur! Mas malah suka dek, karna mas jadi tau harus mulai dari mana dan mas tak merasa bersalah".
Citra semakin terenyuh betapa dewasanya suaminya itu mengerti dia, padahal jika orang lain pasti tak terima dan tak mau deeptalk seperti ini , memang mungkin ini hal remeh! Siapa sih yang tak keberatan kalo dijodohkan? Semua merasakan. Mungkin Citra yang lebay! Tapi sebenarnya tidak! Malah ini adalah hal yg harus dilakukan komunikasi hal seremeh apapun itu agar pernikahan tak hambar.
"Citra, jika memang kamu ikhlas aku akan meminta hak ku malam ini juga" Suara Fino lembut sambil memegang pipi Citra.
Citra mengangguk lalu tersenyum, dia harus belajar menjadi istri yang sesungguhnya entah hal biasa sampai ke hal menuju batin.
••••••••
"Istirahatlah dulu sayang" Ucap Cana mengelus rambut Warren.
"Sebentar ya mah tanggung, dua hari lagi aku harus kembali ke Singapura untuk lulusin kuliah! Aku harus meng-handle semampuku perusahaan ayah yang kacau karna adik mama itu! sesuai ajaran om David".
" Nak, kamu berubah" Cana.
Warren seketika matanya berkaca kaca "aku tidak berubah mah! " Ucapnya lalu kembali berkutat membaca dokumen yang dikirim David kerumahnya.
"Kamu ikhlas nak sekarang masuk islam? Kenapa kamu menerimanya nak jika berat" Cana.
"Mah, Warren bukan masalahin soal itu, Warren seperti ini karna pengen cepetan lulus s1 lalu belajar di pondok kakek sambil handle perusahaan ayah dan S2 nanti mah" Warren menatap Cana yang satu minggu ini memutuskan memakai hijab setelah mereka masuk islam.
"Tapi kamu seperti membangun tembok tinggi dan kokoh nak, mama merasakannya".
" Karna Warren sadar,Warren sudah sangat berdosa mah, Warren hanya mau memperbaiki diri, jangan mikir macam macam ya mah" Warren mengelus tangan ibunya dengan keyakinan penuh.
Cana hanya mengangguk dan mengelus puncak kepala putranya lalu pergi dengan hati yang berkata "lantas dimana senyum ceriamu sayang? Mama tau kita kehilangan papah dengan cara yang tak terduga, tapi kamu tak pernah tersenyum Ren, kamu menjadi dingin".
Melihat Cana sudah pergi Warren menghela nafas dan menangis dengan pilu, dia terisak dai meremat rambutnya gusar! Dia tak bisa mengatakan kehancurannya pada sang ibu.
Dia mengingat surat tersendiri Antaka untuknya.
"Aku berubah karna pemilik hatiku sudah menjadi milik orang lain mah! Aku terlunta lunta karna hatiku tak tersampaikan padanya, dia memiliku tampa ketidaktahuannya mah! dia dimiliki oleh orang lain" Warren menegang dada pas letak hatinya yang nyeri "hatiku miliknya sepenuhnya, dan namanya terukir dihatiku dengan lancang membuat hatiku hancur ma!" Warren dengan tangisnya.
"Papah aku butuh candaan papah saat ini! Ejek aku pah! Agar aku tak sesedih ini! Warren merasa tak berdaya pah! Sakit! ".
1 minggu lalu Warren mampir kerumah Zalano, dan mendengar Yuna dan Syera tengah membahas foto Citra yang cantik saat dipelaminan, Warren yang kehilangan ayahnya tambah remuk ketika melihat Foto profil Citra sendiri yang tersenyum cantik dengan hijab pengantinya, dia melihat itu dari ponsel Zalano.