Melody Mikayla gadis berusia 18 tahun terpaksa harus menikah dengan Alvaro Evano seorang pria yang jauh lebih tua darinya, bukan usia yang menjadi persoalannya, tetapi Alvaro adalah orang asing baginya dan sudah memiliki kekasih. Alvaro mau menikah dengan Melody karena terjerat masalah di masa lalu, masalah apa yang membuat Alvaro tidak bisa menolak pernikahan itu padahal mempunyai kekasih? Lantas, bagaimanakah kisah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ailah Sarii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Kecewa
Langkah Melody dan keempat temannya terhenti kala Alex tiba-tiba saja berlari menuju ke hadapan mereka. Pria itu sedikit menghela nafasnya, lalu berbicara mengajak Melody untuk ke bioskop nanti malam karena besok juga hari libur jadi kalau pergi malam tidak perlu memikirkan masuk kulih besoknya.
Melody hanya diam, Gita dan Nara menyenggol tangannya. Sedangkan, Silvi temannya yang tampak lugu itu hanya diam saja ketika mereka menggoda Melody. Ia hanya sesekali melihat ke arah Melody dan Alex saja.
"Ayo Melody, kalau kamu mau nanti malam aku jemput."
Indy angkat bicara, "Tinggal pergi doang, enak banget dijemput juga sama Alex."
"Iya Melody ikut aja, kalau aku yang diajak langsung bilang mau," tambah Nara.
Melody yang bingung hanya membalas ucapan mereka dengan senyuman saja. Ia melihat Alex yang masih menunggu jawabannya penuh harap. Melody mengatakan kalau ia tidak bisa memutuskan sekarang, mungkin nanti akan menghubungi Alex lagi.
"Pasti kamu mau izin sama Om dan Tantemu, ya?" tebak Gita.
Melody mengangguk pelan, ketika di rumah ia sangat resah pada siapa harus membicarakan tentang itu? Ia melihat Alvaro yang lewat seperti tidak melihatnya padahal tahu kalau di sana ada Melody.
Melody hanya diam memperhatikan langkahnya sampai tidak terlihat lagi. Ia merasa tidak enak kalau menolak ajakan dari Alex, tetapi setelah melihat suaminya lewat ia sadar sudah menikah walaupun seperti tidak dianggap oleh Alvaro.
"Hi Melody," sapa Ardiaz yang baru saja pulang membuyarkan lamunan gadis itu.
Ia sedikit tersenyum, Ardiaz bertanya mengapa Melody berdiri di sana? Namun, pertanyaan itu hanya dijawab gelengan kepala saja. Ardiaz tidak mengerti, ia juga merasa lelah sehingga tidak mempermasalahkannya, dirinya kembali melangkahkan kakinya.
Dibukanya pintu kamar, lalu gadis itu meraih ponsel menghubungi Alex. Alex sedikit kecewa setelah mendengar penolakan darinya. Ia rasa pasti karena kedua kakak laki-lakinya melarang Melody seperti pada waktu itu.
Ketika pagi tiba, tanpa sepengetahuannya tiba-tiba saja keempat temannya datang ke rumah mengajak Melody untuk keluar. Ia bingung karena harus mengurus perizinan pada orang rumah. Mertuanya tidak sengaja mendengar keramaian di depan rumahnya sehingga ia memastikan siapa yang datang.
"Ada apa ini?" tanyanya membuat mereka yang ada di sana terfokus ke sumber suara.
Melody terkejut ia takut kalau wanita itu akan marah karena kedatangan mereka.
"Ini Tantenya Melody, ya?" tanya Gita memastikan.
"Iya kenapa?"
"Tante, kita mau ajak Melody pergi, gak lama kok paling cuma dua jam."
Melody menundukkan pandangannya dengan perasannya yang amat ketakutan. Wanita itu terdiam sejenak memikirkan kalau saja ia melarang Melody yang ada mereka curiga, ada baiknya membiarkan gadis itu pergi.
"Boleh, yang penting kalian hati-hati dan jangan sampai pulang larut malam."
"Siap, Tante."
Gita menarik tangan Melody, tetapi gadis itu memutuskan untuk mengambil tasnya terlebih dahulu. Langkahnya yang tergesa-gesa membuatnya tidak sengaja menabrak Alvaro. Dengan sigap pria menopang tubuh gadis tersebut agar tidak jatuh ke lantai.
Ardiaz di belakangnya berdekhem membuat Alvaro langsung melepaskan Melody, beruntung gadis itu tidak jatuh. Melody minta maaf karena ia benar-benar tidak sengaja. Alvaro hanya mengangguk sedangkan Ardiaz malah berdiri di samping Alvaro menggodanya kalau Alvaro pasti mencuri-curi pandang pada Melody.
"Kamu gak sok tahu," ucapnya sambil pergi.
Ardiaz tertawa kecil, lalu bertanya pada gadis itu mau pergi kemana? Melody mengatakan tujuannya pada adik iparnya. Menit berikutnya, ia pun pergi bersama teman-temannya menggunakan mobil milik Nara.
Gita sempat menggoda Melody kalau tadi malam pasti ada banyak cerita indah dengan Alex. Mereka akan semakin dekat kemudian menjadi sepasang kekasih. Nara yang sedang menyetir pun menambahkan kalau ia pun tidak sabar mau mendengar kabar mereka pacaran.
"Aku dan Alex gak jadi pergi," ucap Melody membuat mereka terkejut.
"Lho, bisa? Alex bohong sama kamu gak jemput, ya?" tanya Indy.
"Mana mungkin Alex kayak gitu," sela Gita.
"Mending tanya aja langsung sama Melody," saran Silvi.
"Kalian kenapa, sih? Gak usah sekaget itu juga kali, lagian aku cuma gak jadi nonton bioskop doang."
"Ya emang, tapi kenapa?" tanya Nara makin penasaran.
Melody menjawab kalau ia tidak pergi dengan Alex karena merasa tidak enak pada tantenya. Gita bertanya mengapa harus tidak enak? Lagian dahulu juga tantenya pernah muda juga.
Nara melarang, "Hush Gita, gak boleh gitu sama orang tua."
"Tapi, kan bener. Apa jangan-jangan tantenya Melody ini gak suka kalau Melody deket-deket sama cowok," tebak Gita.
"Belum tentu mungkin Melody masih punya penjelasan," tambah Silvi.
Melody mengatakan kalau tantenya tidak seperti itu, ia hanya mau menghargainya saja karena tinggal di rumahnya jadi tidak enak jika terlalu sering pergi dengan orang lain. Gita menyarankan Melody untuk tidak terlalu mengikuti perasaannya, lagian belum tentu tantenya itu melarang. Pergi dengan Alex juga wajar saja hanya menonton bioskop.
"Jangan di dengerin apa kata Gita, dia itu kalau ngomong memang agak melenceng. Kamu lakuin aja apa yang sekiranya menurut kamu benar," sela Indy.
"Iya bener setuju sama Indy, Gita ini sama teman malah ngajarin gak baik. Orang Melody mau menghargai tantenya juga," seru Nara.
Silvi hanya mengangguk-angguk saja, Gita membelalakkan matanya karena kalah bicara oleh mereka. Melody tidak mau temannya yang berbeda pendapat ini malah bertengkar, sehingga ia mengucapkan terima kasih karena mereka sudah memberikan saran.
Mereka pun tiba di tempat makan yang terdapat banyak tempat foto yang indah. Mereka sempat mengabadikan beberapa foto cantik kebersamaan. Ada banyak canda tawa di benak kelima gadis tersebut. Senyuman yang tersirat di bibir Melody seketika menghilang ketika melihat Serena bersama dengan Alvaro.
Mereka saling berpegangan tangan, sesekali gadis itu menyandarkan kepala di lengan Alvaro. Nara menyentuh tangan Melody kenapa hanya diam saja padahal mau ngambil foto lagi. Alvaro dan Serena mengambil tempat yang memang keadaannya lebih tinggi daripada tempat yang ditempati oleh Melody.
Pandangannya lurus ke bawah agak jauh dari sana ada Melody dengan teman-temannya, Alvaro mengerutkan keningnya ketika berhasil meyakinkan diri kalau itu adalah Melody. Ia merasa gadis itu ada di mana-mana, bahkan ketika di luar rumah pun ia ada juga.
"Sayang," ucap Serena.
Pria itu tidak mendengar ucapan Serena, membuatnya kembali berbicara yang sama sambil menyentuh tangannya, Alvaro langsung meliriknya. Gadis itu bertanya apa yang sedang kekasihnya pikirkan sehingga tidak mendengar ucapannya?
"Aku gak mikirin apa-apa, cuma gak denger ucapan kamu aja karena tempat ini agak berisik."
"Iya gak apa-apa, tapi tolong ambil fotoku di sana, ya."
Alvaro menganggukkan kepalanya mengambil ponsel yang diberikan oleh Serena. Serena berjalan beberapa langkah yang kemudian bergaya. Melody melihat ke arah tersebut, ia sedikit tersenyum melihat Serena yang sangat cantik.
"Pantas saja dia mencintai perempuan itu," ucap Melody membuat keempat temannya melirik ke arahnya.