Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Kawal sampai kelas.
Tamara membuka pintu kamar anak gadisnya, wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Viola masih asyik dalam mimpi-mimpi indahnya. Padahal sudah enam jam sejak pulang dari sekolah tadi siang Viola langsung tidur. Awalnya sih cuma tiduran biasa sambil meluk dan cium jaketnya Raka, lama-lama ketiduran sambil mimpiin si pemilik jaket.
"Vio, bangun sayang. Ini udah mau Maghrib lho. Gak baik maghrib-maghrib tidur. Ayo bangun dulu, nanti tidur lagi," ujar Tamara. Viola hanya menggeliat kecil saay Tamara mengguncang bahunya.
"Ihhh, mama berisik banget sih. Vio lagi ketemu sama Raka juga," ucapnya enggan untuk beranjak bangun dan membuka mata. Viola malah semakin memeluk erat bantal guling miliknya. Membayangkan seolah sedang memeluk tubuh Raka.
"Raka?" Tamara dibuat berfikir, sedetik kemudian dia menarik selimut yang menutupi tubuh Viola dan menarik tangan putrinya untuk membantunya duduk. Mata Viola masih sepat untuk dibuka.
"Apaan sih Ma, Vio masih ngantuk juga," gerutunya. Tamara tak menggubris, wanita itu duduk di tepi ranjang menghadap ke arah Viola.
"Tadi kamu nyebut nama Raka. Raka itu siapa? Bukannya kamu pacaran sama Bian? Masih kecil jangan main-main cowok, nanti kalau papa dan kakak kamu tau bisa habis kamu sama mereka."
Tamara cukup mengenal Bian sebagai teman satu angkatan Viola. Mereka juga sering belajar kelompok bareng sejak duduk di kelas satu SMA.
Viola membuka matanya perlahan dan menghela nafas berat, "Dih apaan sih Ma. Siapa juga yang main-main cowok. Orang Vio juga udah putus sama Bian, kami udah end."
"Terus Raka?" Tanya Tamara lagi. Viola malah tersenyum menggoda.
"Mama kepo ya?"
Tamara mencubit lembut lengan Viola, "Mama serius juga. Raka siapa? Pacar kamu?"
"Bukan Ma. Raka itu adik kelas Vio."
"Kamu suka? Yang waktu itu nganterin kamu pulang bukan sih?" Tebak Tamara yang dijawab anggukan oleh Viola.
"Iya itu Raka, Ma. Keren gak Ma?" Tanya Viola penuh semangat. Kali aja mamanya mau muji calon mantunya.
"Gak tau, kan mama belum sempat lihat wajahnya," jawab Tamara jujur. Viola langsung mendengus kesal.
"Coba aja mama dulu jangan ngelahirin Vio buru-buru, kan Vio gak perlu malu karena diledekin suka sama berondong," protes Viola. Tamara malah terkekeh mendengarnya.
"Loh kok jadi mama yang salah. Memangnya mama bisa menerawang masa depan kamu kalau kamu bakal suka sama adik kelas kamu," ujar Tamara menyentil kening Viola. "Lagian kamu ini masih kecil, fokus belajar dulu, jangan mikirin cowok terus. Nanti kalau jodoh juga gak kemana kok,"
"Ihhh mama kok ngedoainnya gitu. Harusnya tuh mama doain biar Vio berjodoh sama Raka."
"Sembarangan kamu ini kalau ngomong. Jodoh kan gak ada yang tau, itu urusan Tuhan. Lagipula mama kan gak tau Raka itu anaknya gimana, baik apa gak. Biasanya, jiwa-jiwa muda itu masih suka labil." Tamara beranjak bangun dari duduknya, "Ya udah, turun yuk. Bantu mama siapin makan malam."
Viola mengangguk sambil menunjukkan dua jempolnya, "Oke Ma,"
-
-
-
Malam ini Raka kembali berkumpul dengan teman-temannya setelah beberapa bulan absen. Kemarin mereka tidak sempat ngobrol banyak karena ada Viola disana.
"Weeehhh__ Vio nih!" Ezar ikut duduk nyempil diantara Zaki dan Raka. Dia sengaja menyebutkan nama Viola untuk menggoda Raka yang sedang melamun
"Vio cantik ya? Udah punya pacar belum dia? Kalau belum bisa kali," Zaki menaikturunkan alisnya untuk ikut menggoda Raka. Roy meremas kertas ditangannya dan melemparkannya pada Zaki.
"Gak lihat nih pawangnya depan mata," tunjuk Roy dengan dagunya ke arah Raka. Sementara Raka menanggapi candaan teman-temannya dengan santai.
"Kalau kangen telefon aja kali. Tanyain, lagi apa cinta?" ledek Zaki sambil meraup salah satu snack diatas meja dan memakannya.
"Gue gak punya nomor telefonnya," jawab Raka sambil menyenderkan tubuhnya pada punggung kursi. Zaki mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Serius Lo?" Tanya Zaki, Raka mengangguk yakin.
"Lo bisa pulang bareng, bawa-bawa anak gadis orang kesini, tapi Lo gak punya nomor telefon dia??? Ha_ha____" Zaki tak kuasa lagi untuk menahan tawanya. Hampir saja dia kesedak snack yang lagi dia makan.
Bukan tidak berani meminta, Raka memang sengaja tidak pernah meminta nomor telefon Viola demi gadis itu bisa fokus belajar dirumah. Mendekati kelulusan beberapa bulan lagi, Raka ingin Viola lulus dengan nilai bagus. Karena dia tau jika Viola adalah murid yang pintar dan memiliki prestasi disekolah.
"Ka." Panggil Beni.
"Hmm,"
"Lo gak ada niat buat terima tantangan si Erik? Gue pinjemin motor gue buat Lo."
"Gue gak minat. Gue pengen fokus belajar," jawab Raka.
Beni dan teman-teman yang lainnya saling menatap. Mereka bisa melihat perubahan yang besar dari seorang Raka Pradana. Padahal dulu Raka akan langsung merasa tertantang jika Erik menantangnya. Erik adalah musuh bebuyutan Raka disekolah yang lama. Mereka bahkan pernah taruhan balapan untuk mendapatkan Hilda, dan Raka adalah pemenangnya. Sampai sekarang Erik masih tidak terima dengan kekalahannya.
Raka bergegas bangun dan meraih tas ranselnya, "Gue cabut duluan." pamitnya pada teman-temannya.
"Mau kemana Lo? Baru juga jam sembilan," tanya Ezar.
"Gue belum belajar, besok ada ulangan Bahasa Indonesia." jawab Raka dengan santainya, tak peduli jika dia akan mendapatkan ceng-cengan dari teman-temannya.
"Njir, sejak kapan Lo suka belajar," ledek Ezar. Raka tak menggubris, dia berjalan ke arah motornya dan memakai helmnya.
"Lain kali jangan hubungin gue lagi kalau gak penting-penting banget," teriak Raka sebelum melaju kendaraannya meninggalkan halaman rumah yang tidak begitu luas itu.
Ezar menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap kearah kepergian motor Raka.
"Tuh bocah beneran udah tobat cuy, gile benerrrr," ucapnya tak percaya.
-
-
-
Viola turun dari dalam mobilnya dan melihat Raka yang sedang berdiri di samping gerbang sekolah. Raka memang sengaja menunggunya.
"Kamu ngapain berdiri di sini?" tanya Viola.
"Nungguin kamu," jawab Raka.
Viola mengernyitkan keningnya, "Buat?"
"Buat jagain kamu. Aku antar kamu sampai depan kelas ya? Buat mastiin kamu aman."
Viola mengangguk. Raka memintanya berjalan lebih dulu sementara dia mengikuti dibelakangnya. Raka tidak ingin Viola menjadi bahan olok-olokan dan merasa tidak nyaman jika mereka berjalan saling beriringan disekolah.
Jantung Viola berdisco ria didalam sana, bukan karena sekarang dia dan Raka sedang menjadi pusat perhatian anak-anak disekolah. Tapi karena perlakuan manis Raka yang membuat jantungnya terasa tidak aman akhir-akhir ini.
Beberapa kali Viola menoleh ke samping, untuk memastikan Raka masih ada dibelakangnya, tanpa memperdulikan jika anak-anak lain sedang memperhatikannya dan Raka. Bahkan ada beberapa gadis yang menatap tidak suka dengan pemandangan yang mereka lihat sekarang.
Sesampainya di depan kelas Viola, Raka langsung berlalu pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Viola menatap kepergiannya sebentar, kemudian dia masuk dan duduk di bangkunya. Amel datang menghampiri.
"Ciye, kawal sampai kelas," goda Amel.
"Apaan sih," wajah Viola langsung merona merah. Hatinya begitu berbunga-bunga.
Pemandangan itu tidak luput dari pengawasan Bian. Raka sudah selangkah lebih maju didepannya. Bisa-bisanya tadi dia tidak kepikiran untuk menjaga Viola setelah kejadian yang menimpa Viola didalam toilet kemarin.
"Breng-sek! Kenapa tadi gue gak kepikiran buat nunggu Viola didepan gerbang sekolah!"
...🌱🌱🌱...
seharusnya kamu bangga,punya cowok brondong...😆😆😆
5🌹 dulu buat ka author biar semangat up
aku kadang sampe kaget... nukan histeris lho ya.. kalo liat belut hutan yg gedenya kek ular
Viona ada drama kecebur gak?? si Raka kasih cpr... ehhh🤭🤭🤭
awas... ntar tersebar luas,, mualuu lhoo🤣🤣