Bekerja sebagai pelayan di Mansion seorang Mafia???
Grace memutuskan menjadi warga tetap di LA dan bekerja sebagai seorang Maid di sebuah Mansion mewah milik seorang mafia kejam bernama Vincent Douglas. Bukan hanya kejam, pria itu juga haus Seks wow!
Namun siapa sangka kalau Grace pernah bekerja 1 hari untuk berpura-pura menjadi seorang wanita kaya yang bernama Jacqueline serta dibayar dalam jumlah yang cukup dengan syarat berkencan satu malam bersama seorang pria, namun justru itu malah menjeratnya dengan sang Majikannya sendiri, tuanya sendiri yang merupakan seorang Vincent Douglas.
Apakah Grace bisa menyembunyikan wajahnya dari sang tuan saat bekerja? Dia bahkan tidak boleh resign sesuai kontrak kerja.
Mari kita sama-sama berimajinasi ketika warga Indonesia pindah ke luar negeri (〃゚3゚〃)
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMLMM — BAB 08
KAIN PUTIH?
Sepasang kaki melangkah di lantai yang berkilau. Satu hari pun lantai tersebut tak pernah berdebu karena para maid membersihkannya dengan sepenuh hati serta kerja keras mereka.
Jack, seorang tangan kanan Vincent yang setia, baru saja sampai ke kamar bosnya dengan membawa sebuah kertas atas perintah Vincent sendiri.
Tok! Tok! Tok! Jack mengetuk pintu hitam dengan garis gold. Tak ada jawaban dari dalam, sehingga salah satu penjaga yang baru saja tiba dari toilet, kembali berjaga di depan kamar bos mereka.
“Apa bos Vincent ada di dalam?” tanya Jack, si pria berambut pirang.
“Bos tidak ingin diganggu.” Ucap penjaga berkaos hitam itu kepada Jack.
Tanpa penjelasan, dia sudah tahu kegiatan bosnya di dalam ruangan ketika tidak ingin diganggu. Hanya dua alasan— Banyak pikiran hingga ingin sendiri dan bersenang-senang dengan wanita.
Tak berselang lama, seorang maid dengan rambut sebahu yang berantakan baru saja keluar dari kamar Vincent sambil menunduk membawa bandana maid nya.
Setelah kepergian maid, Jack segera masuk ke kamar bosnya. “Kau sudah datang. Bagaimana tugas yang diperintahkan?” tanya Vincent bertelanjang dada dan duduk di sofa hitam melingkar sambil menghisap cerutu.
Pria itu juga merentangkan tangan kirinya di atas punggung sofa.
“Sudah bos! Ini kedua data lengkap Jacqueline.” Ujar Jack memberikan kertas putih tadi kepada Vincent.
“Soal undangan Anda. Dia menerimanya dan akan berkunjung ke Mansion malam ini, besok.” Jelas Jack masih berdiri di posisinya.
Sedikit mengganjal sehingga pria bernama Vincent itu menatap dengan kerutan alis. “Aku tidak menyuruhnya datang kemari. Kau sudah mengatakan itu?”
“Sudah bos. Tapi dia bersikeras akan datang dan bertemu di Mansion VincentDo, jika Anda menolak maka dia juga menolak.” Ujar Jack masih dengan karismanya tersendiri.
Vincent menyeringai kecil, lalu kembali diam. “Fucking him. Dia lupa bahwa bisnis keluarganya ada ditangan ku.” Gumam Vincent dengan suara seraknya.
Jack hanya diam tak berani menyela ucapan bosnya.
“Katakan padanya bahwa dia diterima di Mansion VincentDo.” Pinta pria bermanik mata sapphire tajam itu.
Jack mengangguk kecil
...***...
Masuk jam makan malam. Sebagian maid kini tengah berisitirahat untuk makan malam bersama di dapur khusus para pelayan, termasuk Grace yang juga ada di sana menikmati hidangan sederhana mereka.
Mungkin ada 10 maid yang selalu bergilir jikalau waktu istirahat. Dan satu meja persegi terdiri dari 5 maid.
“Kau pernah melihat tubuh seksi tuan Vincent?” tanah maid 1 ke para maid di sana. Grace yang ada di sana hanya menjadi pendengar yang penasaran.
“Aku masih belum pernah melihatnya. Hei Victoria! Bukankah kau pernah memuaskan tuan Vincent kemarin?!” ujar maid 2 bermata abu-abu dengan bintik-bintik di tulang hidung nya.
Wanita bernama Victoria yang duduk di meja satunya pun langsung mendongak menatap teman maidnya tadi sambil tersenyum miring.
“Ya! Aku pernah.” Jawabnya membuat Grace sedikit terbelalak terkejut. soal melihat ekspresi mereka yang begitu girang saat bercerita sola pria bernama Vincent.
“Dan aku dengar dari Bibi Maida! Tuan Vincent akan memberikan sapu tangan putih untuk mencatat nama maid yang akan dia panggil jika dia memerlukan sesuatu!!” jelas maid 2 sambil tertawa kecil.
Seketika Grace menganga tak percaya hingga sayur yang ada di dalam mulutnya terjatuh begitu saja.
“Iww.. Kau baik-baik saja Grace?” tanya Maid 1 kepada Grace dengan sedikit jijik saat melihat bekas makanan Grace kembali keluar.
Wanita cantik bermata cokelat berwajah khas Asia itu sedikit tergagap sambil meneguk segelas air putih. -‘Kain putih?? Kain putih???...’ Grace mencoba berpikir kembali akan kain putih yang Vincent berikan tadi siang.
Di meja Victoria, Sia memperhatikan gerak-gerik Grace yang terlihat panik serta resah.
“Dan hanya satu kain yang akan dirolling setiap seminggu sekali.” Sambung Sia yang masih menatap ke arah Grace.
Victoria memperhatikan mata Sia hingga dia mengikuti nya dan berhenti ke Grace. Maid baru yang terkenal ceroboh saat mempekerjakan suatu pekerjaan.
“Aku permisi dulu!” pamit Grace beranjak dari kursinya dan mulai keluar dari tempat tersebut.
“Aku harus mencari bibi Maida.” Gerutu Grace tergesa-gesa dengan langkah cepatnya mencari keberadaan wanita tua itu.
...***...
Sementara di sebuah pelabuhan yang sudah menjadi tempat pengiriman ilegal Vincent serta tempat pengiriman lewat truk dan kapal menjadi hal biasa.
“Bagaimana dengan organnya?” tanya Vincent memastikan agar anak buahnya tak melupakan organ terpenting dari para musuhnya yang sudah tewas ia habisi.
“Aman bos.” Jawab anak buahnya yang bertugas dibagikan pengiriman.
Vincent menghisap cerutunya, mengamati sejenak kapal-kapalnya yang hendak berlabuh. Tak cuman berjualan minuman serta senjata saja, Vincent juga sering kali menjual organ tubuh manusia, organ tubuh dari para musuhnya seperti seorang polisi maupun siapa saja asalkan bersih.
Tak lama pria itu membuang cerutunya dan bergegas pergi dari sana, menaiki mobil hitam mewahnya.
“Nyonya Jacqueline Odelia sudah dalam perjalanan.” Ucap Jack yang menjadi sopir pribadi Vincent setiap kali mereka berdua pergi bersama.
“Hm.”
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, tak peduli akan teguran para polisi jalanan yang selalu mencari gara-gara karena ingin disogok uang.
Kembali ke Mansion. Grace yang sudah berputar-putar di Mansion VincentDo akhirnya berhasil menemukan Maida— kepala pelayan yang saat ini baru saja keluar dari ruangan pribadi Vincent.
Maid menutup kembali pintunya lalu berbalik dan terkejut akan kehadiran Grace yang sudah berdiri di sana. “Astaga, aku pikir siapa.” Gumamnya seraya mengelus dadanya sambil memejamkan matanya.
“Apa yang kau lakukan kemari?” tegas Maida yang kini mulai melangkah ringan dan diikuti oleh Grace.
“Aku ingin bertanya soal kain putih yang aku berikan kepadamu.” Ucap Grace langsung ke intinya.
Langkah Maida berhenti dan menoleh menatap ke wanita lugu bernama Grace.
“Kau yakin ingin tahu?”
Grace mengangguk yakin walaupun jantungnya berdegup kencang dan berharap apa yang para maid itu katakan tidak benar.
“Itu hanya tanda untuk mencatat nama maid yang mendapatkannya. Itu yang aku maksud bonus besar, kau akan mendapat gaji tambahan jika sudah menerimanya.”
“Apa tugasku?” Maida memicingkan matanya seraya mengangkat satu alisnya.
“Para maid bilang, setiap seminggu sekali tuan Vincent memberikan kain itu lalu memanggilnya. Untuk apa? Apa aku harus memijat punggungnya lagi, atau mungkin tangannya?” wajah panik Grace sudah terlihat jelas.
“Lebih dari itu.” Jawab Maida terlalu jujur.
Terkejut mendengarnya hingga membuat Grace ingin sekali segera rising dari tempat itu. Berdekatan dengan pria itu saja sudah membuatnya tak karuan.
“Bagaimana jika aku menolaknya Bibi Maida?” tanya Grace sekali lagi.
Wanita tua itu kembali menatap wanita yang lebih muda darinya. “Aku tidak tahu. Selama ini tidak ada yang pernah menolak panggilannya karena semua maid di sini menginginkan tuan Vincent begitu juga para wanita di luar sana.” Jelas Maida.