NovelToon NovelToon
Cinta Dalam Setumpuk Skripsi

Cinta Dalam Setumpuk Skripsi

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Idola sekolah
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: orionesia

Aldo, seorang mahasiswa pendiam yang sedang berjuang menyelesaikan skripsinya, tiba-tiba terjebak dalam taruhan gila bersama teman-temannya: dalam waktu sebulan, ia harus berhasil mendekati Alia, gadis paling populer di kampus.
Namun, segalanya berubah ketika Alia tanpa sengaja mendengar tentang taruhan itu. Merasa tertantang, Alia mendekati Aldo dan menawarkan kesempatan untuk membuktikan keseriusannya. Melalui proyek sosial kampus yang mereka kerjakan bersama, hubungan mereka perlahan tumbuh, meski ada tekanan dari skripsi yang semakin mendekati tenggat waktu.
Ketika hubungan mereka mulai mendalam, rahasia tentang taruhan terbongkar, membuat Alia merasa dikhianati. Hati Aldo hancur, dan di tengah kesibukan skripsi, ia harus berjuang keras untuk mendapatkan kembali kepercayaan Alia. Dengan perjuangan, permintaan maaf, dan tindakan besar di hari presentasi skripsi Alia, Aldo berusaha membuktikan bahwa perasaannya jauh lebih besar daripada sekadar taruhan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orionesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan Masa Lalu

Setelah mereka keluar dari gedung itu, rasa lega sekaligus kekhawatiran tak tertahankan terasa di udara. Alia, Rendra, dan Aldo duduk di tepi ambulans, tubuh mereka dipenuhi luka kecil, wajah mereka lelah, namun mata mereka menyiratkan tekad. Mereka tahu ancaman pria bertopeng itu masih membayangi.

Polisi dan petugas pemadam kebakaran bergerak cepat di sekitar mereka, meninjau lokasi. Namun, satu hal yang membuat hati Alia tetap berdebar tak menentu adalah hilangnya pria bertopeng tersebut. Dia merasa bayang-bayang ancaman itu belum sepenuhnya pergi. Ke mana dia sekarang? Dan apa rencana berikutnya?

"Aku tidak percaya kita selamat," kata Aldo dengan nada penuh syukur, mencoba meredakan suasana.

Alia tersenyum tipis, meskipun rasa takut masih membekas dalam dirinya. “Tapi ini belum selesai, kan? Pria itu masih ada di luar sana, dan kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya.”

Rendra meremas bahu Alia dengan lembut, memberinya dukungan. “Kita akan menemukan jawabannya, Alia. Dia mungkin berhasil lolos sekarang, tapi dia tidak akan bisa bersembunyi selamanya.”

Di tengah ketegangan itu, seorang petugas polisi mendekat ke arah mereka. “Kami sudah mengevakuasi gedung dan sedang memeriksa kamera keamanan. Mungkin kita bisa mendapatkan rekaman yang menunjukkan wajahnya atau identitasnya.”

Alia mengangguk, meskipun dalam hatinya ia merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar rekaman video yang perlu mereka ketahui. “Terima kasih, Pak. Kami harap itu bisa memberikan petunjuk.”

Setelah beberapa saat, mereka dibawa ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Sambil menunggu, Alia duduk di ruang tunggu, pikirannya melayang ke masa lalu. Di sanalah, sebuah ingatan samar muncul kembali, seperti bayangan yang perlahan-lahan mulai terbentuk.

“Tunggu… aku seperti pernah mengenal pria itu,” bisik Alia tiba-tiba.

Rendra dan Aldo menatapnya, terkejut. “Maksudmu, pria bertopeng itu?”

Alia mengangguk. “Aku tidak yakin, tapi ada sesuatu dalam suaranya… sesuatu yang familiar. Seperti suara yang pernah aku dengar bertahun-tahun lalu.”

Aldo mengerutkan kening, berpikir. “Kamu pernah bilang sesuatu tentang masa lalumu, tentang seseorang yang menghilang begitu saja. Apa mungkin ini ada hubungannya?”

“Entahlah, tapi rasanya... ada benang merah yang menghubungkan kita. Aku hanya belum bisa menebak apa itu.”

Di saat yang sama, seorang penyidik datang dengan raut wajah serius. “Kami mendapatkan sesuatu dari rekaman kamera di sekitar gedung. Namun, ini mungkin mengejutkan bagi kalian.”

Mereka bertiga saling pandang, jantung mereka berdegup kencang. “Apa itu?” tanya Rendra, cemas.

Penyidik itu mengambil napas panjang. “Dalam rekaman, ada beberapa petunjuk bahwa pria bertopeng itu mungkin tidak bekerja sendirian. Ada seseorang lain yang terlihat memasuki gedung beberapa menit sebelum kejadian, dan orang itu mengenakan topeng serupa. Sepertinya ini adalah bagian dari rencana yang lebih besar.”

Alia menahan napas. Jadi, pria bertopeng itu tidak sendiri? Apa artinya ini? Ia mencoba mencerna informasi tersebut, sementara rasa takut bercampur dengan rasa penasaran membanjiri pikirannya.

“Siapa orang kedua itu? Apa dia bagian dari kelompok yang lebih besar?” Alia bertanya dengan suara lirih.

Penyidik hanya menggeleng. “Kami masih menelusuri identitas mereka. Tapi kami ingin kalian tetap waspada. Jika kalian merasa diikuti atau ada hal mencurigakan, segera laporkan pada kami.”

Setelah selesai memberikan keterangan, Alia, Rendra, dan Aldo meninggalkan kantor polisi dengan perasaan tidak menentu. Mereka tahu bahwa ancaman belum sepenuhnya pergi, dan mereka masih menjadi target yang mungkin dipantau. Mereka berjalan menuju parkiran, suasana hening menyelimuti mereka.

“Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang pria bertopeng itu,” kata Aldo akhirnya, memecah keheningan.

Rendra mengangguk. “Dan orang kedua itu. Mungkin mereka punya rencana lain yang belum kita ketahui.”

Alia menatap langit malam yang mulai gelap. “Aku merasa ada sesuatu dalam masa laluku yang terhubung dengan ini semua. Mungkin jika aku bisa mengingat lebih jelas, kita bisa menemukan jawabannya.”

Mereka akhirnya setuju untuk mencari tahu lebih lanjut, memulai penyelidikan sendiri, meskipun mereka tahu itu akan penuh risiko.

Malam itu, Alia terjaga di kamarnya, merenungkan setiap kejadian yang telah mereka lalui. Dia membuka kotak kenangan lama yang tersembunyi di sudut lemari, berharap menemukan petunjuk yang bisa membantu mereka. Di antara tumpukan foto, ia menemukan sebuah foto lama bersama seorang teman yang telah lama hilang, seseorang yang memiliki tatapan penuh misteri.

“Apakah mungkin…?” gumamnya pelan, matanya terpaku pada foto tersebut.

Pikiran Alia dipenuhi dengan berbagai spekulasi. Ia teringat pertemuan singkat dengan seorang teman dari masa kecil, seseorang yang menghilang tiba-tiba dan tidak pernah kembali. Hatinya mulai berdebar kencang. Apakah mungkin bahwa sosok di balik topeng itu adalah seseorang dari masa lalunya, seseorang yang telah berubah menjadi ancaman?

Tak mampu menahan rasa penasaran, Alia menghubungi Rendra dan Aldo, meminta mereka untuk bertemu di pagi hari. Dia merasa ada yang harus ia ungkapkan, sesuatu yang penting yang mungkin telah terlupakan selama ini.

Esok paginya, mereka bertiga berkumpul di taman kampus. Alia membuka percakapan dengan nada serius. “Aku rasa aku tahu siapa pria bertopeng itu, atau setidaknya, aku punya dugaan kuat.”

Rendra dan Aldo menatapnya penuh perhatian, menunggu penjelasan.

“Aku pernah memiliki seorang teman di masa kecil, seseorang yang dekat denganku namun tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Aku tidak pernah tahu apa yang terjadi padanya setelah itu. Tapi, dalam ingatan samar, aku bisa merasakan bahwa pria bertopeng itu memiliki aura yang mirip dengannya.”

Aldo tampak ragu. “Tapi, kenapa dia harus menyamar dan mengancammu seperti ini? Bukankah dia dulu adalah temanmu?”

“Aku tidak tahu,” jawab Alia pelan. “Mungkin ada sesuatu yang terjadi padanya. Mungkin ada alasan di balik semua ini yang belum kita pahami.”

Mereka berdiskusi panjang, mencoba menyusun rencana untuk menemukan identitas asli pria bertopeng itu. Namun, di tengah diskusi mereka, ponsel Alia tiba-tiba bergetar. Pesan singkat muncul di layarnya, membuat wajahnya memucat seketika.

“Alia, ada apa?” tanya Rendra, melihat ekspresi tegang di wajah Alia.

Dengan suara gemetar, Alia membaca pesan itu. “Jika kalian ingin tahu kebenaran, datanglah ke tempat kita biasa bermain dulu. Sendirian.”

Rendra dan Aldo terdiam. Mereka tahu itu pasti jebakan, tapi rasa penasaran Alia terlalu besar untuk diabaikan.

“Kamu tidak bisa pergi sendiri, Alia,” kata Rendra tegas. “Itu terlalu berbahaya.”

Alia mengangguk pelan. “Aku tahu. Tapi ini mungkin satu-satunya cara untuk menemukan jawabannya.”

Aldo meletakkan tangannya di bahu Alia, memberikan dukungan. “Kalau begitu, kita akan ada di sana, meskipun tidak kelihatan. Kami akan memastikan kamu aman.”

Malam itu, Alia berangkat menuju tempat yang dimaksud dalam pesan itu. Tempat tersebut adalah taman kecil di pinggiran kota, tempat dia sering bermain saat masih kecil. Dalam hati, Alia tidak yakin apa yang akan ia hadapi, tetapi ia tahu bahwa ini adalah saatnya mencari jawaban.

Di bawah cahaya lampu taman yang redup, Alia berdiri sendirian, matanya menelusuri bayangan di sekitarnya. Sesaat kemudian, sosok pria bertopeng muncul dari balik pepohonan, berjalan mendekat dengan langkah tenang.

“Selamat datang, Alia,” katanya dengan suara yang berat dan penuh misteri.

Alia menelan ludah, berusaha tetap tenang. “Siapa kamu sebenarnya? Apa yang kamu inginkan dariku?”

Pria bertopeng itu tertawa pelan, suaranya menggema di tengah keheningan malam. “Jawaban itu, Alia, hanya bisa kamu temukan jika kamu mengingat segalanya. Kamu dan aku, kita memiliki masa lalu yang terikat kuat, dan kamu telah melupakannya.”

Alia menatapnya bingung. “Maksudmu apa? Jelaskan!”

Pria bertopeng itu berhenti, menatap Alia dari balik topengnya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Cobalah untuk mengingat, Alia. Kamu akan menemukan jawabannya dalam ingatanmu sendiri.”

Sebelum Alia bisa merespons, pria itu mundur beberapa langkah, menghilang ke dalam kegelapan. Rendra dan Aldo berlari mendekati Alia, napas mereka terengah-engah, namun pandangan mereka tetap terfokus pada arah pria bertopeng yang baru saja menghilang. Mereka ingin mengejar, namun kegelapan malam menutupinya terlalu cepat, meninggalkan mereka dalam ketidakpastian.

“Apa yang dia katakan padamu?” tanya Aldo cemas.

Alia menatap tempat pria itu menghilang, rasa bingung dan perasaan aneh memenuhi dirinya. “Dia bilang jawabannya ada dalam ingatanku… tapi aku tidak mengerti. Apa yang sudah aku lupakan?”

Rendra menatapnya dalam-dalam, mencoba menghiburnya. “Mungkin ini bagian dari rencananya untuk mengacaukanmu, Alia. Tapi kita harus tetap tenang dan berhati-hati.”

Alia mengangguk, namun jauh di dalam hatinya, dia tahu bahwa pria itu mungkin benar. Ada sesuatu dari masa lalunya, sesuatu yang pernah ia lupakan, yang menjadi kunci semua ini. Mereka bertiga berjalan pergi dari taman itu dengan langkah berat, membawa rasa penasaran yang semakin membuncah.

Dan saat Alia melangkah pergi, ia tak bisa mengabaikan satu pertanyaan besar yang terus berputar di pikirannya: apa sebenarnya yang tersembunyi dalam ingatannya sendiri?

1
★lucy★.
Gue ga bisa berhenti baca!!
orion: besok ditunggu saja kak update cerita kelanjutannya untuk dibaca 😊
total 1 replies
ADZAL ZIAH
unik banget judulnya ☺ semangat menulis ya kak. dukung juga karya aku
orion: terima kasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!