Alia menikah dengan wali kelasnya saat SMA, yaitu Dimas. Di Tengah perjalanan pernikahan mereka mulai muncul banyak konflik, mulai dari urusan ranjang maupun ketidakcocokan, bahkan ada isu orang ketiga, lalu adiknya Dimas yakni Ferdi berniat membantu dan menyelamatkan Alia, namun akhirnya mereka saling jatuh cinta. Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bel Bel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Di dalam pesawat.
Mendadak Alia tidak enak badan, dia kedinginan karena AC pesawat yang sangat dingin.
“Masih lama ya Fer?” Tanya Alia.
“Baru jalan 10 menit Al. Kenapa kamu lapar ya?” Tanya Ferdi.
“Enggak kok.” Jawab Alia.
“Wajah kamu pucat, kamu kedinginan ya? Tutup aja AC nya.” Kata Ferdi langsung sigap menutup AC nya.
“Nggak usah Fer, nanti kamu gerah loh.” Kata Alia.
“Nyantai saja, pakai jaketku. Aku sengaja membawa jaket jaga-jaga barangkali nanti AC nya sangat dingin. Jaket kamu ada di koper kan? Pakai saja punyaku.” Kata Ferdi.
“Sorry ya jadi merepotkan.” Kata Alia.
“Enggak sama sekali. Tidur saja, nanti kalau sudah sampai aku bangunin kamu.” Kata Ferdi.
“Ok makasih ya Fer.” Jawab Alia.
Sesampainya di bandara Soekarno Hatta.
Ferdi dan Alia segera turun dari pesawat.
“Gimana badanmu? Sudah enakan belum? Makan dulu yuk.” Kata Ferdi.
“Nggak usah Fer, mas Dimas sudah menunggu kita.” Kata Alia.
“Memangnya kamu nggak lapar?” Tanya Ferdi.
“Nanti makan diluar saja.” Kata Alia.
Tiba-tiba
“Alia Ferdi!” Teriak Dimas.
“Mas Dimas.” Kata Alia langsung berlari dan memeluk suaminya.
“Kenapa lama sekali sih?” Kata Dimas.
“Pesawatnya delay 2 jam bang.” Kata Ferdi.
“Sudah makan belum?” Tanya Dimas sambil melepas tangan Alia yang sedang memeluknya.
“Kenapa mas?” Tanya Alia.
“Kamu nggak malu pelukan di tempat umum seperti ini?” Kata Dimas.
“Loh memangnya salah? Memangnya tidak boleh? Lagipula kan kita pasangan suami istri wajar dong mas, memangnya kamu tidak kangen sama aku ya?” Tanya Alia.
“Kita kan setiap hari bertemu, jangan berlebihan deh.” Kata Dimas.
“Hahahahaha kalian lucu deh, ayo bang pulang. Capek banget aku.” Kata Ferdi.
**
Beberapa bulan kemudian.
Dimas bersiap-siap pergi mengajar ke sekolah.
“Loh mau kemana mas? Bukannya hari ini waktunya ke dokter ya?” Tanya Alia.
“Ke dokter tidak harus hari ini kan? Besok juga bisa kan?” Kata Dimas.
“Lebih cepat lebih baik loh mas.” Kata Alia.
“Kita nikmati saja lah jangan dibuat susah, kita juga nikah baru 10 bulan kan. Kenapa mesti buru-buru sih?” Kata Dimas.
“Kamu jangan egois dong mas, aku juga ingin merasakan kepuasan batin mas, aku ingin kamu puaskan diranjang mas. Aku capek loh mas, setiap kali berhubungan selalu begitu, baru masuk langsung keluar, belum apa-apa sudah dilepas saja, belum juga terasa mas sudah lemes aja.” Kata Alia.
“Jadi kamu menyalahkan aku ya? Harusnya kamu bersyukur, lulus kuliah langsung menikah hidup enak dirumah tanpa pusing cari uang. Jangan selalu memojokkan aku ya.” Kata Dimas.
“Keretakan rumah tangga itu juga bisa akibat masalah ranjang loh mas. Pokoknya aku ingin kamu periksa ke dokter, ayo kita berobat mas, cari tau apa penyebabnya. Memangnya kamu tidak ingin berhubungan dengan durasi yang lama sampai bisa memuaskan istri kamu mas.” Kata Alia.
“Jadi kamu menghinaku? Kamu menyalahkan aku karena aku bukan laki-laki perkasa? Kamu pikir aku tidak normal begitu?” Kata Dimas.
“Kenyataannya kamu tidak bisa tahan lama kan mas? Belum juga 5 detik sudah keluar, bisa saja memang kondisi mas yang tidak fit, ayolah kita periksa ke dokter. Aku juga ingin cepat punya anak mas.” Kata Alia.
“Berani kamu menyalahkanku hah?” Teriak Dimas di depan mata Alia yang membuat Alia ketakutan.
“Ampun mas maaf mas.” Kata Alia.
“Awas aja kalau kamu berani menyuruhku apalagi menyalahkanku.” Ancam Dimas.
“Aku hari ini ada bimtek selama 3 hari di hotel.” Kata Dimas.
“Kenapa baru bilang mas? Di hotel mana? Sama siapa saja?” Tanya Alia.
“Bertiga saja sama guru yang lain, di hotel grand. Siapkan bajuku cepat.” Kata Dimas.
“Kenapa baru bilang sekarang? Ada yang kamu sembunyikan ya dari aku? Kamu menemui Wanita lain mas?” Tanya Alia.
Tanpa berkata-kata, Dimas langsung menampar istrinya.
Plak
“Ahhhh sakit mas, kamu kasar banget sih sama aku mas.” Gerutu Alia.
“Kamu berani menuduhku? Kamu terlalu banyak omong ya, minggir akum au pergi dulu.” Kata Dimas langsung pergi begitu saja, sedangkan Alia hanya bisa menangis menahan pipi bekas tamparan Dimas.