Dicampakkan saat sedang mengandung, itu yang Zafira rasakan. Hatinya sakit, hancur, dan kecewa. Hanya karena ia diketahui kembali hamil anak perempuan, suaminya mencampakkannya. Keluarga suaminya pun mengusirnya beserta anak-anaknya.
Seperti belum puas menyakiti, suaminya menalakknya tepat setelah ia baru saja melahirkan tanpa sedikitpun keinginan untuk melihat keadaan bayi mungil itu. Belum hilang rasa sakit setelah melahirkan, tapi suami dan mertuanya justru menorehkan luka yang mungkin takkan pernah sembuh meski waktu terus bergulir.
"Baiklah aku bersedia bercerai. Tapi dengan syarat ... "
"Cih, dasar perempuan miskin. Kau ingin berapa, sebutkan saja!"
"Aku tidak menginginkan harta kalian satu sen pun. Aku hanya minta satu hal, kelak kalian tidak boleh mengusik anak-anakku karena anakku hanya milikku. Setelah kami resmi bercerai sejak itulah kalian kehilangan hak atas anak-anakku, bagaimana? Kalian setuju?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kagum?
"Zafira ... " ucapnya dengan mata membulat dan senyum merekah, membuat Alvian sampai terperangah melihatnya.
"Mr. Jay, selamat siang dan selamat datang di Alta Corp," ucap Zafira dengan bahasa Inggris fasih.
"Kamu ... benar Zafira kan? Mantan personal asisten kepala divisi di Travis?" tanya Mr. Jay mengabaikan sapaan dari Zafira.
Zafira tersenyum tipis, "benar Mr. Jay. Senang Anda masih mengingat saya." Jawab Zafira retoris.
"Astaga, saya benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan kamu lagi di sini. Andai Ray ada, pasti dia akan senang sekali bertemu dengan kamu," seru Mr. Jay antusias membuat Alvian dan yang lainnya makin terperangah saat tahu sosok sekelas Mr. Jay bisa mengenal Zafira. "Ah, maaf, karena terlalu antusias melihat Zafira, saya jadi mengabaikan Anda pak Alvian," ujar Mr. Jay seraya mengalihkan perhatiannya pada Alvian sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Alvian pun menyambut uluran tangan itu dengan senyum merekah.
"Wah, sungguh mengejutkan! Saya benar-benar tidak menyangka kalau Anda mengenal sekretaris saya, Mr. Jay. Mari silahkan!" tutur Alvian ramah seraya mempersilahkan Mr. Jay berjalan menuju ruangan meeting.
"Bukan hanya Anda yang terkejut, tapi saya juga. Saya mengenal sosok sekretaris Anda sebagai personal asisten kepala divisi di perusahaan Travis. Dia merupakan seorang yang cerdas dan berbakat serta berwawasan luas. Saya bahkan putra saya, Ray Adams sangat mengaguminya. Tapi sayang, tiba-tiba saja dia menghilang saat kami kembali ke Indonesia. Sekretaris Anda resign tanpa alasan sekitar 7 tahun silam. Sungguh sangat disayangkan padahal ... " Mr. Jay melirik ke arah Zafira yang turut berjalan di belakang mereka.
"Padahal apa?" tanya Alvian yang entah kenapa jadi penasaran.
Mr. Jay mendekatkan bibirnya ke telinga Alvian kemudian membisikkan sesuatu yang membuat Alvian membulatkan matanya.
"Padahal putra saya sudah jatuh hati padanya dan berniat meminangnya," bisik Mr. Jay hati-hati agar tidak didengar Zafira yang sesekali melemparkan senyuman pada Mr. Jay yang menoleh ke arahnya.
Tentu saja Alvian cukup terkejut. Ia sangat tahu siapa itu Ray Adams. Ray Adams pemilik perusahaan investasi yang sama besarnya dengan perusahaan sang ayah. Awalnya ia membantu sang ayah mengembangkan usahanya, tapi tanpa sepengetahuan Mr. Jay, Ray Adams merintis usahanya sendiri dan berkembang pesat. Hingga kini, keduanya memegang perusahaan masing-masing. Tapi Ray Adams masih memiliki seorang adik laki-laki, jadi kemungkinan besar perusahaan Mr. Jay akan diwariskan kepada sang adik sebab ia ingin berkembang dengan usahanya sendiri.
Alvian kemudian menyunggingkan senyumnya,
"Silahkan duduk pak Alvian, Mr. Jay, dan rekan-rekan semuanya," tukas Zafira membuat Alvian dan Mr. Jay terpaksa menghentikan perbincangan mereka.
Kegiatan presentasi pun dimulai. Zafira membuka kegiatan presentasi itu dengan begitu lugas dan tenang. Kemudian Zafira pun memulai menjelaskan materi meeting dengan begitu lancar. Ia juga memaparkan poin-poin penting mulai dari kelebihan, target pasar, hingga keuntungan yang akan tercapai dengan begitu lancar seolah ia sudah begitu memahami materi. Padahal Zafira mempelajari materi itu tak sampai 2 jam, tapi nyatanya ia mampu menguasai semua materi tanpa kesulitan berarti. Bahkan ia bisa menjawab saat Mr. Jay dan rekannya mengajukan pertanyaan demi pertanyaan.
Diam-diam Alvian memperhatikan Zafira yang terlihat begitu memukau saat memaparkan materi meeting. Ada secercah kekaguman yang tiba-tiba saja muncul saat melihat bagaimana Zafira menyampaikan materi serta menjawab setiap pertanyaan dengan lugas, jelas, tenang, dan mengagumkan. Jangan lupakan seulas senyum yang tak pernah luput dari bibir indahnya.
Alvian mengerjapkan matanya, apa-apaan ini, pikirnya. Kenapa ia justru tiba-tiba mengagumi sosok calon sekretarisnya itu termasuk senyumnya.
'Ah, mungkin aku terpengaruh dengan kata-kata Mr. Jay tadi. Memangnya sehebat apa dia sampai aku bisa mengaguminya. Otakku kayaknya sedikit korslet,' batinnya bermonolog. Karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, Alvian sampai tak fokus dengan jalannya meeting. Ia harus tersadar saat mendengarkan tepuk tangan dari peserta meeting tersebut termasuk Mr. Jay dan rekannya.
"Aku suka dengan proposal yang perusahaan kalian tawarkan. Tolong kirim detail proposal itu ke email saya untuk saya pelajari ulang. Seminggu lagi kita akan kembali bertemu untuk penandatanganan perjanjian kerja sama, bagaimana?" tanya Mr. Jay yang diangguki Alvian.
"Kami setuju. Kami akan segera menyiapkan draft perjanjian kerja sama. Semoga kerjasama kita bisa saling menguntungkan," ucap Alvian dengan wajah berbinar bahagia. Ia bahagia, akhirnya ia bisa mendapatkan investor kelas kakap seperti Mr. Jay. Ia tak sabar ingin makin mengepakkan sayap perusahaannya hingga bisa menyaingi perusahaan seseorang. Ia juga ingin menunjukkan eksistensinya pada orang tersebut. Seseorang yang membuatnya terobsesi menjadi sosok hebat dan tak dipandang sebelah mata. Sosok yang membuatnya berjuang sekuat tenaga pantang menyerah.
"Oh ya, nona Zafira, saya yakin ini bukan terobosan dari Anda. Mengingat betapa mengagumkannya diri Anda, saya menantang Anda membuat terobosan baru yang merupakan ide Anda sendiri. Bila proposal Anda berhasil menarik minat saya, saya berjanji akan kembali berinvestasi 10 kali lipat lebih besar dari nominal saat ini, bagaimana? Dan Anda pak Alvian, apa Anda setuju bila saya menantang sekretaris Anda untuk membuat terobosan baru dan proposal baru? Ini kesempatan langka. Tidak biasanya saya seperti ini dan hanya pada perusahaan ini dan itupun karena saya yakin dengan sekretaris Anda yang luar biasa ini." Tantang Mr. Jay membuat Alvian dan Zafira terperangah tak percaya dengan apa yang barusan Mr. Jay sampaikan.
"Sepertinya kalian masih bingung. Kalau begitu silahkan kalian pikirkan lagi tawaran sekaligus tantangan saya ini. Saya tunggu kabar baik dari kalian, semoga kalian bisa mempertimbangkannya dengan baik dan cermat. Kesempatan emas takkan datang dua kali," ujarnya sebelum berpamitan untuk kembali ke hotel tempat mereka menginap selama di Indonesia.
Selepas acara meeting, Alvian pun segera kembali ke ruangannya. Pun Zafira telah kembali berkutat dengan berkas-berkas yang ada di hadapannya. Ia harus merapikan kembali hasil meeting tadi agar dapat Alvian pelajari.
Di dalam ruangannya, diam-diam Alvian mengawasi gerak-gerik sang calon sekretaris melalui layar komputernya. Ya, dia mengakses CCTV khusus di meja kerja Zafira untuk memantau kegiatan sang calon sekretaris dadakannya. Ia mengusap dagunya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dengan tatapan tak terbaca. Diperhatikannya betapa cekatan Zafira membaca setiap berkas tersebut dan menuangkannya menjadi file yang akan ia kirimkan ke Alvian via email. Sesekali ia mengusap perutnya membuat Alvian mengerutkan keningnya. Kemudian Zafira mengeluarkan biskuit dari dalam tasnya dan memakannya sambil memperhatikan data-data yang di layar komputernya. Setelah memakan beberapa keping biskuit, Zafira mengambil botol minuman yang entah minuman apa, Alvian tak tahu. Zafira meminumnya hingga tandas dan botolnya ia simpan kembali ke dalam tas. Setelah menghabiskan minumnya, lagi-lagi Zafira mengusap perutnya sambil tersenyum.
"Sepertinya dia sudah benar-benar kelaparan. Mungkin meeting tadi benar-benar menguras tenaganya jadi ia sudah begitu kelaparan. Tapi kenapa dia tidak memesan makanan secara langsung saja kan sebentar lagi makan siang? Ah, sudahlah, kenapa aku jadi kepo dengan urusannya sih. Tapi kalau dipikir-pikir, benar kata Nova, bila sudah melihat kemampuannya, penilaianku pasti akan berubah. Padahal ini baru hari kedua dia berada di sini, tapi apa yang ia tunjukkan benar-benar luar biasa. Tidak nampak kalau dia sudah tidak bekerja selama 7 tahun. Dalam waktu kurang dari 2 jam, ia berhasil menguasai materi dengan sempurna. Benar kata Mr. Jay, dia memang perempuan yang cerdas dan mengagumkan. Eh, kok aku jadi muji dia terus sih? Hah, ini ulah dari Nova dan Mr. Jay, aku jadi ikut-ikutan memuji dia. Bisa besar kepala dia kalau tahu aku memujinya," gumam Alvian bersungut-sungut.
...***...
...HAPPY READING 🥰🥰🥰...