Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 13 Kepulangan Salma
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (13)
" Kamu pasti kaget bagaimana awalnya mereka bisa pacaran." timpal Insi.
" Bukan karena Rama jatuh hati pada Dewi lalu Rama nem_bak Dewi kan?"
" Bukan" jawab Salma dan Insi kompak.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Katanya dulu Dewi lah yang nem_bak Rama duluan. Karena tidak ingin membuat Dewi malu, Rama akhirnya menerima Dewi. Dan mereka pun mulai pacaran. Kata Andre, Dewi yang lebih agresif. Hingga akhirnya, benih-benih cinta itu muncul." jelas Insi. Ia menceritakan sesuai dengan apa yang ia dengar dari Andre.
" Emang gitu, Sal?,"
" Iya" jawab Salma singkat.
" Katanya juga Rama bersikap lebih perhatian dan mulai memiliki rasa pada Dewi setelah hampir satu tahun lebih mereka pacaran."
" Ish, kalau gitu mah Dewi yang harus di waspadai, Sal. Jangan-jangan dia juga akan melakukan berbagai cara untuk bisa kembali pada Rama. " timpal Hasya.
Salma membenarkan.
...******...
Malam mulai menjelang. Salma sudah terlelap setelah mengkonsumsi obat. Malam ini,Rama menunggu Salma kembali di rumah sakit. Salma tidak bisa menolak. Bagaimana pun ia masih istri Rama.
Rama sendiri akhirnya bisa menginap setelah perdebatan panjang dengan sang putra yang juga ingin menemani bundanya di rumah sakit.
Faisal yang tadi ikut Rama ke rumah sakit, bersikeras menginap juga. Namun, dengan bujukan akhirnya Faisal mau pulang bersama neneknya.
Tengah malam, Salma terbangun. Ia merasa haus. Ia mencoba menggapai air putih yang ada di atas nakas. Namun, cukup kesulitan karena terlalu jauh.
Di lihatnya Rama yang tidur di Sofa. Salma hanya menghela nafas dan kembali berusaha mengambil minum.
Prangggg
Rama yang terkejut langsung terbangun dan melihat ke arah sumber suara.
" Maaf." Ucap Salma pelan. Niat hati tidak membangunkan karena tidak ingin mengganggu. Ulahnya malah membuat pecah piring yang ada di atas nakas.
" Tidak apa-apa. Kamu mau apa? Biar aku bawakan. Mau minum?," tebak Rama.
Salma hanya mengangguk.
Dengan cepat Rama mengambil botol minum dan membantu Salma minum. Sambil menghindari pecahan piring agar tidak terinjak.
Rama berjongkok dan mulai mengumpulkan serpihan piring yang berserakan.
" Maaf merepotkan mas." Salma tak enak hati. Ia tidak biasa di layani. Tapi, kondisinya saat ini membuatnya membutuhkan bantuan orang lain.
"Ada yang kamu butuhkan lagi?,"
Rama membiasakan diri untuk tidak memanggil dengan sebutan sayang. Walaupun kata aku dan kamu terasa membuat jarak pada hubungan mereka.
Namun, Rama tak punya pilihan saat ia ingat betapa marahnya Salma saat ia memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.
Salma menggeleng. "Terimakasih" ucapnya sambil memejamkan matanya.
Salma membatasi percakapan keduanya. Melihat Salma yang kembali tidur, Rama kembali ke sofa. Ia sudah memikirkan matang-matang apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
Namun, yang pasti bukanlah perceraian seperti yang di inginkan istrinya. Ia ingin memperbaiki semuanya. Tak ingin merasakan lagi kegagalan dalam rumah tangganya.
Hari-hari berlalu. Penyangga di leher Salma sudah di lepas. Kondisi Salma pun sudah berangsur-angsur membaik. Sore ini dokter akan melakukan pemeriksaan terakhir sebelum Salma pulang.
Salma diam. Ia sangat ingin kembali ke rumah kedua orang tuanya. Namun, ia tidak yakin Rama akan mengizinkannya. Kembali ke rumah Rama pun, rasanya ia tidak ingin.
"Kenapa? Apa yang kamu pikirkan?," Rama melihat ke arah Salma yang terlihat melamun dari tadi.
Salma menoleh sekilas. Namun, tidak berniat menjawab pertanyaan Rama.
" Bagaimana dengan permintaanku?," tanyanya malah memberi pertanyaan.
" Permintaan apa?," Rama bukan pura-pura. Ia memang tidak ingat.
" Cerai." Jawab Salma singkat.
Salma memang melihat bagaimana sikap Rama selama ini. Ia yang dengan telaten merawat Salma di rumah Sakit.
Ketika Salma membutuhkan bantuan, Rama selalu siap di sampingnya. Bahkan malam pun ia yang menunggui Salma di rumah sakit. Rama tidak pernah meninggalkan Salma kecuali ke kamar mandi. Makan pun ia memesannya.
Namun, dalam pandangan Salma itu semua dilakukan sebagai kewajibannya sebagai seorang suami.
" Aku bukan laki-laki pecun_dang yang mengembalikanmu dalam keadaan seperti ini. Disaat dulu aku memintamu dalam keadaan sehat." Jawab Rama.
" Jadi, Mas bersedia menceraikan ku saat aku sudah sembuh?," tanya Salma.
" Aku tidak janji." jawabnya.
Salma hanya menghembuskan nafas kasar. Ia tidak mengerti jalan pikiran suaminya.
" Kita bicarakan masalah ini di rumah nanti." Putus Rama akhirnya.
Sore pun tiba, setelah pemeriksaan selesai, Salma di perbolehkan pulang. Rama membawa kursi roda untuk mempermudah Salma pulang.
Di perjalanan, hanya hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Salma sendiri tidak berani bertanya kemana mereka akan pulang.
Sebenarnya ada satu hal yang cukup membuatnya bertanya-tanya. Berhari-hari di rumah sakit, Rama tak pernah meninggalkannya untuk pergi bekerja. Ia penasaran dengan pekerjaan suaminya yang pasti tidak mungkin bisa ia tinggalkan begitu saja.
Hingga lamunannya buyar saat mobil sudah masuk ke pekarangan rumah. Ternyata, suaminya membawanya pulang ke rumah mereka.
Tanpa banyak bertanya Rama langsung turun dan membantu Salma untuk turun. Salma kembali menggunakan kursi roda.
Dari dalam rumah, Faisal berlari ke arah orang tuanya. Faisal yang tidak bisa menemani Salma di rumah sakit menjadi rindu pada Bundanya itu. Tidak hanya pada Bundanya, pada ayahnya pun sama. Karena selama di rumah sakit, Faisal di antar jemput oleh neneknya.
Faisal yang mengerti bahwa ayahnya sedang menemani bundanya yang sedang sakit pun tidak mempermasalahkannya.
" Bunda...!!" teriak Faisal antusias melihat orang yang ia rindukan sudah pulang.
" Assalamu'alaikum, sayang," Salma tersenyum melihat betapa senangnya Faisal saat ia sudah bisa pulang.
" Wa'alaikumussalam, bunda. Akhirnya, bunda pulang juga. Kaki bunda masih sakit?," tanya Faisal menelisik kaki bundanya.
" Iya. Makanya Ical tidak boleh merepotkan bunda ya. Kasihan bunda, harus banyak istirahat supaya kakinya cepat sembuh." Bukan Salma, melainkan Rama yang menjawab.
" Ical jadi anak baik kok. Tanya saja nenek." ucapnya membuat Salma dan Rama tersenyum.
" Iya. Bunda percaya. Ical kan memang anak baik." Salma mengelus kepala Faisal.
Mereka pun masuk ke dalam rumah yang ternyata sudah banyak orang disana yang menyambut kepulangannya.
Para sahabat juga beberapa tetangga pun sudah ada di sana.
Mereka mengucapkan syukur atas kepulangan Salma dari rumah sakit.
" Alhamdulillah. Mbak senang kamu sudah bisa pulang, Salma." Ucap Linda yang bersyukur Salma bisa kembali berkumpul bersama mereka.
Ia yang pertama kali melihat kondisi Salma saat itu sangat merasa khawatir.
" Iya. Alhamdulillah, Mbak."
Tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di depan rumah mereka.
" Kejutan untukmu " Ucap Rama tersenyum saat Salma melihat ke arahnya yang berdiri di belakang kursi roda Salma.
"Siapa memangnya?," tanya Salma penasaran.
" Sebentar lagi juga kamu akan tahu." Ucap Rama.
Suara langkah kaki terdengar semakin keras. Hingga orang itu berhenti tepat di depan Salma.
Salma terkejut melihat kedatangan orang yang tidak pernah ia duga.
TBC