Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Pelantikan
Hari pelantikan untuk Seno pun tiba. Prosesi serah terima jabatan digelar pada hari ini. Dengan resmi kini dirinya telah naik pangkat dari Mayor ke Letnan Kolonel (Letkol). Pangkat serta jabatan baru pun kini telah resmi diembannya. Pihak atasan memberikan waktu pada Seno untuk berpidato.
Melalui momen ini juga, Letkol Inf Seno Pradipta Pamungkas memotivasi putra-putri daerah agar terus giat belajar, berdoa, dan membiasakan diri disiplin untuk meraih apa yang ingin dicita-citakan.
"Generasi muda harus punya motivasi agar mampu dan bersikap mandiri serta berwawasan luas baik dalam pola pikir, cara pandang, tingkah laku dan mampu menghadapi permasalahan sekecil apa pun dengan selalu mengedepankan aspek nilai-nilai moral dan etika," ungkapnya.
Letkol Inf Seno Pradipta Pamungkas menambahkan, sebagai calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang, generasi muda diharapkan memiliki keunggulan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, berkarakter, handal dan pantang menyerah.
"Sehingga di masa yang akan datang mampu menjadi pemimpin yang dapat membawa kesuksesan dan kejayaan Bangsa Indonesia," pesannya.
Membaca adalah suatu keharusan. Dikarenakan membaca merupakan kunci untuk membuka jendela dunia. Sehingga siapa pun yang ingin mengetahuinya maka harus rajin membaca.
Lebih lanjut sang komandan batalyon infanteri ini menuturkan, bahwa membaca dan menulis itu ibarat dua sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan dan harus dijadikan sebagai kebutuhan bagi setiap prajurit. Dikarenakan hal tersebut akan menambah ilmu dan khasanah pengetahuan mengenai hal yang mungkin belum diketahui.
Lambang kenaikan pangkat yakni berupa dua melati emas ditempatkan di bahu baju prajurit TNI miliknya. Seno semakin terlihat gagah dan tampan.
Acara berjalan lancar. Namun sayang pada momen indah ini Seno tak ditemani Dokter Heni. Sebab istrinya itu sedang bersama Aya di acara sekolah. Bertepatan di hari yang sama, ada perayaan Hari Ayah dengan bermain ketangkasan bersama di sekolah.
Alhasil Dokter Heni yang menggantikan Seno. Dia juga berkoordinasi dengan guru sekolah Aya dan mereka mengizinkannya. Sebab hari pelantikan Seno di kota besar tidak bisa ditunda dan tentunya wajib hadir.
Awalnya Aya merajuk karena teman-temannya pasti hadir bersama ayah mereka. Sedangkan dirinya justru hadir bersama sosok ibu bukan ayah.
"Papa enggak sayang sama Aya!" desis Aya yang tengah merajuk.
"Sayang, enggak boleh begitu. Papa enggak bisa hadir karena harus berdinas di luar kota yang enggak bisa diwakilkan atau bolos. Seperti Bunda yang selalu mengajarkan Aya harus rajin sekolah dan enggak boleh bolos. Papa juga sama seperti itu. Kalau Papa enggak kerja dan suka bolos misalnya, nanti Aya beli ini itu uangnya dari mana?" tutur Dokter Heni dengan sabar dan penuh kelembutan.
"Tapi aku malu Bun sama teman-teman. Pasti mereka ejek aku, soalnya Papa enggak hadir. Masa hari Ayah berubah jadi hari Ibu karena Bunda yang hadir nemenin aku bukan Papa. Hiks...hiks...hiks..." ucap Aya seraya mulai terisak.
Dengan penuh kelembutan Dokter Heni menyeka air mata yang sudah membasahi pipi cantik Aya.
"Mereka enggak akan mengejek Aya. Percaya sama Bunda. Caranya Aya harus tetap tersenyum dan semangat untuk menyelesaikan tantangan hari ini agar kita bisa naik ke podium sebagai juara. Walaupun yang menemani Aya bukan Papa tapi Bunda. Oke?"
Akhirnya Aya pun menganggukkan kepalanya setelah mendapat wejangan dan semangat dari Dokter Heni. Bahkan sebelum berangkat ke sekolah, Aya mendapat mood booster setelah Dokter Heni melakukan video call pada Papanya yang terlihat tampan di seberang sana.
"Semangat putri Papa yang cantik. Papa sayang Aya. Semoga Bunda dan Aya juara hari ini," ucap Seno tersenyum sumringah di sambungan video call.
"Iya, Pa. Aya juga sayang Papa banyak-banyak. Papa semakin tampan ya Bun. Hehe..." ledek Aya seraya terkekeh di ujung kalimatnya.
"Sebentar Bunda lihat,"
Dokter Heni yang awalnya sibuk menguncir rambut Aya seketika beralih melihat wajah suaminya di sambungan video call tersebut.
"Kok kayaknya itu bukan Papa Aya deh. Soalnya tingkat ketampanannya sudah melebihi se-Kecamatan. Ini sudah di tingkat taraf se-Kabupaten. Bener enggak, Sayang?"
"Bener, Bun. Haha..." tawa Aya meledak seketika.
"Awas saja nanti Papa kalau sudah pulang di sana, Bunda pasti enggak bisa kabur. Pokoknya harus mau," ancam Seno dengan wajah yang menjurus dengan maksud ke hal yang melenakan. Dokter Heni sudah bisa menebak arah pembicaraan suaminya itu.
"Haishhh !!" desis Dokter Heni.
"Harus mau apa, Pa?" tanya Aya tiba-tiba yang ambigu dan bingung dengan ucapan Papanya barusan pada Bundanya.
Karena sang ajudan cilik masih ada bersama mereka saat ini ketika video call, otomatis Aya mendengar pembicaraan antara Seno dan Dokter Heni.
"Ini Pa_pa mau berangkat acara dulu di sini. Sampai jumpa lagi. Papa sayang kalian," jawab Seno terbata-bata seraya berusaha mengalihkan perhatian Aya. Dokter Heni mendengus sebal dengan tingkah suaminya yang encum tapi selalu lupa tempat. Namun senyum manis tetap ia berikan pada Seno sebelum sambungan video call itu berakhir.
"Semangat Papa," ucap Dokter Heni seraya tersenyum memberikan semangat.
"Bismillah, semoga dimudahkan dan dilancarkan mengemban amanah di jabatan baru," ungkap Letkol Seno.
"Aaminnn..." jawab Dokter Heni dan Aya dengan kompak dan tulus mendoakan Seno.
☘️☘️
Seno tengah berbahagia karena baru saja naik pangkat dan dilantik pada jabatan barunya. Begitu pun hari bahagia juga dialami oleh Aya karena dirinya dan Dokter Heni berhasil naik podium juara kedua memenangkan seluruh rangkaian ketangkasan dan ketrampilan di Hari Ayah yang berlangsung di sekolah. Akan tetapi, pemandangan berbeda tampak pada diri Aldo, putra sulung Seno dengan Manda.
"Ayo, sementara ini kamu tinggal bersama Om di Jakarta. Dua minggu lagi, Om antar kamu kembali ke sini. Pilihanmu menghubungi Om, sungguh tepat. Jangan ganggu Papamu untuk saat ini. Om sudah berusaha tutup semua ini. Semoga Papamu enggak marah sama kita berdua," pungkasnya.
Ia sangat tahu Seno tengah berbahagia hari ini dengan naik pangkat dan jabatan baru. Dirinya tak mau merusak semua kebahagiaan sahabatnya itu. Alhasil ia yang menyelesaikan seluruh masalah yang menimpa Aldo di asrama Akmil, setelah Aldo menghubunginya beberapa saat yang lalu.
"Iya, Om. Makasih banyak. Maaf merepotkan," ucap Aldo yang menenteng tas ransel miliknya untuk keluar dari asrama Akmil. Keduanya pun masuk ke dalam sebuah mobil sedan hitam. Tak lama mobil tersebut melaju meninggalkan asrama.
"Harga diri serta martabat keluarga memang sangat penting. Om paham perasaan kamu. Jujur, Om salut sama kamu. Hanya saja kamu pasti tahu segala resikonya setelah ini kan,"
Bersambung...
🍁🍁🍁
eh salah hamil maksudnya