"Baru juga pedekate udah ada ajah saingan" gumam Adam saat melihat seorang anak baru yang tampan dan kaya merepet terus dengan crushnya.
Dapatkah Adam bersaing dengan pria kaya dan tampan yang menjadi saingannya dalam merebut hati pujaan hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Tiket Lagi
Keesokan harinya.
Adam terburu-buru dia berlari kearah dapur dengan langkah kaki yang cepat, tapi ternyata dia tak sendiri Karmila juga ternyata terlambat pagi ini hingga dirinya juga berlari kearah dapur, dan tak sengaja bentrok dengan Adam.
"Elu telat juga? "tanya Adam sambil berlari.
"Eh iya hehe"jawab Karmila yang juga berlari.
Dan saat telah tiba di dapur semua menatap kearah mereka berdua.
Dan timbulah celetukan dari mulut Diani.
"Ya ampun bisa telat bareng gitu, cerita nya biar di hukum bareng gitu heuh... dasar kampungan" cela Diani.
"Ada ajah yang iri heran" celetuk Dewi.
"Biasalah Wi iri tanda tak mampu... dian iri sama kita karena biar susah tapi kita tetap bahagia sementara dia.... hadeuh... bahagia juga kaga menyedihkan iya" ucap Adam.
Karmila yang mendengar itu cukup terkejut pasalnya baru kali ini dirinya mendengar Adam mau berdebat dengan perempuan.
Saat Karmila berjalan kearah mejanya dia tidak melihat Radit, karena Radit datang agak siang tidak seperti karyawan pada umumnya yang bekerja di pabrik roti ini.
"Eh... bu Atik mas Radit belum datang saya harus bekerja dimana? "tanya Karmila lembut.
" Ooo kami kerja di meja biasa dengan Dewi dulu ya nanti kalau mas Radit sudah datang kamu kesana lagi"jelas bu Atik.
"Ooo...begitu ya" Karmila pun berjalan kearah meja lamanya dan mulai bekerja dengan Dewi.
Tapi saat bekerja Adam melihat kearah Karmila dia melihat mata Karmila sembab.
dia pasti menangis semalaman sampe akhirnya telat, kasihan.
Batin Adam.
Sementara Dewi melihat Adam berwajah murung.
Apa yang terjadi semalam sih, kok muka si Adam surem begitu dan si Mila matanya bengkak, jangan bilang...ribut semalem hadeuh kok begini sih...
Batin Dewi yang asal tebak.
Hingga siang menjelang, Radit pun datang dan Karmila pun berpindah ke meja training lagi, dan bekerja bersama Radit. namun saat di sela-sela bekerja tiba-tiba Radit menunjukkan sesuatu kepada Karmila, dan Karmila hanya memasang wajah datar, tanpa ekspresi.
"Kok wajahnya begitu sih?" ucap Radit seolah kecewa melihat wajah Karmila yang tidak sesuai ekspektasi nya.
"Memang nya harus bagaimana? " Karmila bingung.
"Seharusnya wajah mu bahagia ceria karena satu keinginan mu terkabul, kapan lagi kau bisa menonton pertandingan bulutangkis di bangku VIP ya kan? " ucap Radit dengan penuh percaya diri nya.
Radit memberikan tiket VIP nonton pertandingan bulutangkis kepada Karmila, namun sayangnya Karmila sudah lebih dahulu mendapatkan tiket dari Adam meski tiket yang diberikan Adam itu hanya tiket reguler, tapi Adam membeli tiket itu dengan jerih payahnya, sedangkan Radit bisa dengan mudahnya mendapatkan tiket VIP hanya dengan menjetikan jari saja.
"Ini untuk saya? " tanya Karmila bingung.
"Iya tentu saja" Radit mulai antusias Karena Karmila mulai bereaksi.
Karmila lalu mengambil tiket tersebut, Radit sudah senang karena tiket pemberiannya diambil juga oleh Karmila.
"Terimakasih mas Radit, tapi saya sudah punya tiket yang lain" ucap Karmila seraya memberikan kembali tiket tersebut kepada Radit.
"Kau membeli tiket? " Radit bingung.
"Ehm... iya aku beli dengan uang tabungan ku, Terima kasih atas kebaikan mas Radit sama saya, tapi saya tidak bisa menerima semua ini, ini terlalu berlebihan untuk saya" ucap Karmila pelan.
"Kau menolak ku? " ucap Radit seolah tidak percaya.
"Saya tidak menolak cuma saya rasa memang ini berlebihan dan saya tidak pantas menerima semua ini" Karmila berusaha menolak sehalus mungkin.
Tapi Radit sama sekali tidak mau menerima kenyataan yang ada, kalau dirinya di tolak.
"Baik lah nanti kita nonton bersama disana, saya akan membeli tiket reguler juga agar bisa menonton bersama mu" ucap Radit dengan tidak tahu malunya.
Karmila hanya menepuk dahinya karena Radit ternyata pantang menyerah. tapi dia tidak mau ambil pusing dengan perkataan Radit, hingga dia memilih diam saja dan tak banyak bicara.
Hingga waktu istirahat tiba, Radit langsung mengajak Karmila beristirahat bersama, tapi Karmila menolaknya, Radit sejak tadi memperhatikan gadis berambut coklat itu yang matanya sembab.
"Mila mata mu kenapa? " tanya Radit saat Karmila ingin meninggalkan diri nya.
"Eh... tidak apa-apa mas saya hanya kurang tidur saja, permisi ya" Karmila pun pergi meninggalkan Radit menuju mushola.
Saat Radit berjalan keluar dari dapur dia tak sengaja mendengar pembicaraan Dewi dan Adam yang berbicara di sudut ruangan dapur.
"Elu ngapain Mila? kok mata dia sembab begitu? dia pasti habis nangis deh semaleman, hayo ngaku elu ngapain anak gadis orang? " tuduh Dewi.
"Bukan gue yang bikin dia nangis tapi bapaknya" ucap Adam datar.
Radit yang mendengar itu akhirnya menguping pembicaraan Dewi dan Adam.
"Bapaknya? " Dewi bingung.
"Iya cerita nya panjang udah gitu gue nggak mau cerita disini karena ada yang nguping" kata Adam dingin dia tahu Radit mencuri dengar di balik tembok karena pantulan bayangan Radit ada di pintu kaca dapur ini.
Dewi melirik kearah yang dilihat Adam dan langsung mengerti apa maksud dari sepupunya ini hingga dia pun tak bertanya apa-apa lagi tentang Karmila.
"Sial aku ketahuan" gumam Radit.
Namun setelah mendengar pembicaraan Adam dan Dewi, Radit langsung menghubungi asistennya dan meminta menyelidiki keluarga Karmila.
Radit mencium bau yang tidak beres dengan keluarga gadis itu, hingga membuat gadis itu berkarakter agak lain dari gadis kebanyakan.
Dan saat Karmila telah selesai shalat dzuhur dan keluar dari mushola, Adam sudah menunggunya di luar mushola, hingga itu membuat Karmila terkejut.
"Mila... " sapa Adam.
"Eh... Adam... " ucap Karmila keki.
"Bisa kita bicara? " tanya Adam serius.
"Eh... ya baiklah, pasti dia mau bahas hal semalam"
Mereka berdua pun akhirnya duduk di bangku taman dekat toko.
Saat keduanya duduk di bangku taman banyak teman-temannya melihat mereka berdua namun yang sangat kepo itu adalah kedua sahabat Adam siapa lagi kalau bukan Zaki dan Tomo, mereka memperhatikan keduanya dari jarak jauh.
"Nanti besok jangan lupa kita berangkat pagi-pagi ke istora, kita nonton pertandingan final idola elu itu" ucap Adam.
Karmila terkejut sebab Karmila fikir Adam akan membatalkan acara mereka nonton nantinya, tapi ternyata tidak dia malah mencoba mengingatkan Karmila.
Wajah Karmila langsung berubah ceria, saat mendengar perkataan Adam, dia fikir Adam akan membenci nya karena perkataan bapaknya semalam tapi ternyata tidak.
"Adam... " sapa Karmila.
"Ya ada apa Mil" Adam bingung.
"Terimakasih karena elu masih mau berteman dengan gue meski perlakuan bapak gue tidak baik sama elu semalam" ucap Karmila dengan mata berkaca-kaca.
"Udah jangan nangis... gue nggak apa-apa kok" ucap Adam yang mengusap setetes air mata di ujung mata Karmila.
Dan saat Adam melakukan itu Tomo dan Zaki heboh sendiri, namun. berbeda dari Radit yang panas melihat adegan tersebut hingga pria itu langsung melangkah cepat kearah Adam dan Karmila.
Bugh....
Tanpa basa-basi lagi Radit langsung memukul wajah Adam.
Bersambung.
Semangat ya terus lanjut jangan ngegantung ya usahain sampai end