Seorang wanita karir dikhianati oleh sang suami, namun demi putrinya dia memendam semuanya sendirian.
Pernikahan yang hambar, kekecewaan yang teramat besar pada sang suami mengakibatkan Maura frustasi hingga tak sengaja melakukan one night stand bersama laki-laki yang lebih muda darinya.
Disaat Maura akhirnya sudah berpisah dengan sang suami, percikan api cinta kembali muncul kepada pria selain suaminya. Namun saat itu ia mengetahui, jika putrinya juga mencintai pria yang sama.
Haruskah Maura mengalah sekali lagi, demi sang putri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Aku Berikan Gratis Pada Om!
Maura dan Gavriel berjalan ke arah meja Daniel dengan pandangan dingin dan mematikan, Maura langsung percaya begitu saja pada ucapan Deva.
“Apa maksud putriku, Daniel?!“ Maura bahkan sudah menarik kerah kemeja Daniel, wanita itu benar-benar murka.
“Maura, uhhhghh!“ nafas Daniel tertahan karena ulah Maura.
“Babe, kita selesaikan jangan disini. Terlalu banyak mata dan telinga yang penasaran dan mereka hanya akan menjadi penonton. Ayok kita pulang, bawa Bang Daniel bersama kita.“ Gavriel berusaha menarik tangan Maura dari kerah Daniel.
Maura melepaskan ceka-lan nya di kerah kemeja Daniel, nafasnya sudah terengah-engah karena emosi.
“Bang, ikut kami! Jelaskan apa yang terjadi!“ titah Gavriel, karena dia sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga Maura, kini apapun yang terjadi pada Deva adalah urusan nya juga.
“Tunggu sebentar, aku harus pamitan pada relasi bisnis ku.“ Jawab Daniel, dia pun berbalik ke arah Denisa dan berpamitan secara formal.
Saat Denisa sudah bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Daniel berniat cipika-cipiki, dengan cepat Deva menyambar lengan Daniel dan bergelayut manja.
“Deva! Apa-apaan sih kamu! Nggak sopan! Om harus berpamitan sama Bu Denisa!“ bentak Daniel yang kesal karena tingkah kekanak-kanakan Deva, Pria itu tidak tau saja kalau Deva mencoba melindungi Daniel dari c3ngkraman jahat Denisa.
“Hei! Jangan berani bentak-bentak calon anak gue ya, Bang!" Gavriel menunjuk wajah Daniel dengan geram, lalu menarik paksa Deva agar menjauh dari Daniel. “Ayo Deva!“
Deva menurut saat Maura dan Gavriel membawanya pergi dari dalam restoran menuju mobil Gavriel, mereka menunggu Daniel keluar menuju mobilnya sendiri.
Tak lama Daniel keluar, menuju mobilnya bersama assisten nya. Sementara Denisa berjalan di belakang Daniel dengan wajah kesal, mungkin karena rencananya untuk menjebak Daniel hari itu sudah gagal.
Gavriel menurunkan kaca mobilnya, “Gue tunggu di rumah Maura, jangan kabur!“
“Ngapain kabur, kamu kira aku pengecut!“ dessis Daniel.
Deva ikut menurunkan kaca mobilnya, “Om emang PENGECUT!!“
Skak mat!
Jakun Daniel naik turun, dia tau dia memang ingin lepas tangan dan menghindari Deva. Ya, dia memang laki-laki pengecut!
Daniel tak bicara lagi, dia masuk ke dalam mobilnya. Kedua mobil itu pergi dari pelataran parkir menuju rumah Maura, dan Denisa yang masih kesal malah membuntutii di belakang kedua mobil itu.
“Bukankah wanita yang tadi menarik kerah Daniel, adalah mantan asisten nya? Wanita yang selalu dipandang penuh tatapan cinta oleh Daniel?" tanya Denisa pada assisten nya.
“Saya rasa iya, Bu. Namanya Maura.“
“Lalu, dia manggil gadis itu putrinya. Kenapa Daniel punya hubungan asmara dengan putri Maura bukan dengan dia?“
“Saya kurang tau, Bu. Apa harus saya selidiki?“
“Ya, selidiki lah. Juga pria muda tadi yang memarahi Daniel, aku ingin semua informasi nya.“
“Baik, Bu. Sekarang kita masih buntuti mereka?“
“Tidak usah, putar balik!“
Mobil Denisa pun memutar haluan, tak lagi mengikuti mobil Gavriel dan Daniel.
.
.
Di hunian milik Maura, Deva duduk di apit Maura dan Gavriel. Sementara Daniel duduk sendiri, seolah menjadi seorang tersangka.
“Deva, kamu yang jelaskan lebih dulu maksud dari perkataan mu tadi di restoran!" ujar Maura.
Deva lalu mulai menjelaskan jika dia mendengar di toilet tentang Denisa yang mencoba m3njebak Daniel, hanya dengan cara mengaku hamil anak Daniel lah cara yang Deva pikirkan saat itu.
“Huffff!" Maura dan Gavriel menghela nafas bersamaan.
“Jadi sebenarnya itu semua hanya akal-akalan kamu, sayang?" Maura akhirnya bisa merasa lega karena Deva tidak benar-benar hamil anak Daniel.
“Iya, Mah. Lagian, nggak mungkin aku hamil kalau aku dan Om Daniel nggak pernah ngelakuin apa-apa. Iya kan, Om?“ tantang Deva, dia ingin tahu apa Daniel akan jujur pada Maura tentang kejadian semalam.
Bukankah kejadian semalam tak ada paksaan, mereka melakukan nya mau sama mau meskipun berawal dari ketidaksengajaan dan tidak ada perencanaan sebelumnya?
Daniel malah menundukkan wajah, ia belum siap menjelaskan tentang semalam.
“Lalu apa maksud ucapan mu mengatakan Daniel memang seorang pengecut?“ timpal Gavriel, sejak tadi dia fokus menyelidik wajah Daniel dan sesama pria dia tau jika Daniel sedang menutupi sesuatu.
“Oh, tentang itu. Coba tanyakan pada Om Daniel, aku akan ngikut apa maunya.“ Jawab Deva acuh, dia kadung kecewa karena Daniel masih terus bungkam tentang mereka.
“Bang!“ tegur Gavriel. “Kesempatan nggak datang dua kali, kali ini jelaskan semuanya atau tak ada lagi kesempatan. Karena saat semuanya terbongkar, saat itu aku berjanji... Abang akan menyesal!“
Entah kenapa teguran dari Gavriel membuat jantung Daniel tak aman, dia merasa menjadi pria paling pengecut.
“Baiklah, tapi saat aku menceritakan nya aku harap nggak ada yang menyalahkan ku. Kami... maksudku, aku dan Deva melakukan nya dengan mau sama mau dan tak ada paksaan.“
Mata Maura terbuka sepenuhnya, tadinya dia lega karena Deva hanya mengarang cerita palsu mengaku hamil anak Daniel dan mengira tak ada apa-apa diantara Deva dan Daniel.
“Semalam, Deva melihat kalian berdua dan bersembunyi di dekat mobilku. Dia menangis karena kecewa padamu dan Gavriel. Aku membawanya masuk ke dalam rumah untuk menenangkan nya, karena aku tau di dalam rumah mu tak ada assisten rumah tangga. Aku mengkhawatirkan mental Deva dan... mungkin karena hati kami memang sedang sama-sama kecewa, terjadilah hal yang tidak aku inginkan.“ Ujar Daniel menjelaskan.
“Jadi maksud mu, kau tidak menginginkan kejadian semalam?“ tanya Maura dengan tubuh gemetar.
Kepala Daniel mengangguk, “Tak ada keinginan dan niatan, semuanya murni karena ketidaksengajaan.“
“Jadi itu alasan Om tak menghubungi ku sejak kejadian semalam, karena itu adalah ketidaksengajaan dan Om nggak mau tangung jawab. Itu yang membuat Om jadi seorang pengecut! Baik! Aku juga nggak mau Om tangung jawab padaku, biarlah kegadisan ku... AKU BERIKAN GRATIS PADA OM!!!" Deva bangun dari duduknya kemudian berlari ke kamarnya dengan wajah sudah berurai airmata.
Daniel terhenyak melihat Deva menangis karena dirinya.
Apa aku sudah melukai perasaan Deva?
“Aku sudah cukup mendengar dan mengerti, Daniel. Mulai saat ini, tak ada hubungan apapun lagi diantara kita meskipun hanya seorang teman. Dan juga tak ada hubungan apapun antara kamu dan Deva! Jangan pernah hubungi putriku lagi! Pergi...!!!“ Maura berdiri dari sofa lalu menunjuk ke arah pintu utama mengusir Daniel.
Daniel ingin mengatakan sesuatu namun melihat kondisi sedang tidak kondusif, ia mengurungkan nya dan beranjak berdiri dari duduknya lalu melangkah pergi dari dalam rumah dengan kepala tertunduk lesu.
Gavriel langsung memeluk tubuh Maura menenangkan wanita-nya, sebenarnya dia sedikit mengerti perasaan yang dirasakan Daniel pastinya campur aduk. Kejadian semalam memang tidak pernah direncanakan, tapi bagaimana pun sebagai pria sejati seharusnya Daniel lebih memikirkan tentang pertanggung jawaban pada Deva meskipun itu terpaksa.
