Saat itu Diana tidak akan pernah menyangka bahwa dirinya akan berubah nasib menjadi tahanan cinta seorang pria tampan dan juga kaya. Dia dibawa paksa untuk menikah dengan pria yang tak dikenalnya itu.
Akankah Diana bisa melalui semuanya dengan sabar? ataukah dia akan berusaha kabur dari genggaman pria tersebut?
🌸🌸🌸🌸
Nantikan kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Dimana Diana?" bentak seorang pria kepada Clarissa kakaknya Diana.
"Aku tidak tahu, lagian aku sudah lama tidak bertemu dengannya" jawab Clarissa dengan santainya.
"Hah?! jawab sekarang sebelum aku bersikap kasar" tanya pria itu kembali dengan marahnya.
"Haha.. apa kamu sudah dibutakan oleh cinta Ditrian?" jawab Clarissa sambil tertawa.
Pria bernama Ditrian itu semakin marah hingga muak berbicara baik-baik dengan Clarissa tanpa mendapatkan jawaban yang dia inginkan.
Ditrian adalah sahabat masa kecil Diana yang sekarang ingin menjadikan Diana istrinya setelah dia sukses dalam karirnya.
"Jawab aku kak!!" bentaknya lagi merasa muak.
Ditrian sudah sangat mengetahui sifat kakaknya Diana yang tidak peduli namun masih bersikap jahat kepada Diana hingga kini dia merasa jawaban yang dia cari hanya ada pada Clarissa setelah dia cukup lama mencari keberadaan Diana.
"Ha.. sudahlah! lebih baik kamu menyerah Ditrian" Clarissa meremehkan Ditrian.
"Katakan yang jelas! apa maksudnya?!" Ditrian menggenggam bahunya dengan keras.
"Akh! sakit Ditrian! lepas!" ucap Clarissa memberontak.
"Tidak akan kulepas sebelum semuanya jelas" kata Ditrian semakin mencengkram genggamannya.
"I.. iya! akan ku katakan semuanya" jawab Clarissa menahan sakit.
Rasa takut melihat sikap Ditrian kepadanya akhirnya membuat Clarissa menyerah dan menceritakan semua tentang Diana.
Ditrian sangat tidak menyangka ada seorang kakak yang sangat jahat terhadap adiknya.
"Dimana hati nurani mu? kau benar-benar perempuan jahat!" kata Ditrian melepas Clarissa.
Perasaan yang berkecamuk membuat Ditrian sangat kecewa lalu dia pergi untuk mencari solusi demi menyelamatkan Diana.
Sedangkan Clarissa hanya bisa terdiam dengan tidak merasa bersalah atas perbuatannya.
Ditrian mengumpulkan uang untuk menebus hutang Clarissa dan membawa Diana kembali. Baginya uang sebanyak itu tidak ada artinya demi Diana.
Dia pun akhirnya bergegas pergi kerumah Evans membawa uang tersebut.
Sesampainya disana Ditrian di hentikan oleh penjaga rumah tersebut yang berada di depan gerbang rumah.
"Siapa anda? dan ada urusan apa datang kesini?" tanya penjaga tersebut.
"Saya ingin bertemu dengan Tuan Galen" jawab Ditrian dengan tegas.
"Apa sudah buat janji sebelumnya?" tanya penjaga itu lagi.
"Apa perlu janji dulu sebelum bertemu? saya disini ingin bertemu dengan Diana" jawabnya merasa kesal.
Ditrian dan penjaga berdebat cukup lama di depan gerbang.
Hal itu pun di lihat oleh Evans yang sedang menuju ke depan gerbang untuk masuk ke rumahnya.
"Hei! ada apa ribut-ribut?" tanya Ben ke penjaga.
"Orang ini katanya ingin bertemu dengan Tuan dan juga Nyonya tapi dia tidak ada janji sebelumnya" jawab penjaga tersebut.
Evans menurunkan kaca mobilnya untuk melihat dengan jelas siapa yang ingin bertemu dengannya.
"Hmph! siapa?" tanya Evans dengan ketusnya.
"Dimana Diana?" tanya balik Ditrian.
"Ada apa mencari istriku?" ucap Evans dengan tatapan dingin.
"Apa?! apa maksudnya Diana istrimu?" tanya Ditrian tidak terima.
"Ben! bawa orang ini masuk!" perintah Evans tidak ingin terjadi keributan.
"Siap Tuan" jawab Ben.
Tidak adanya jawaban dan perlakuan yang dingin dari Evans membuat Ditrian semakin kesal namun karena niatnya yang ingin bertemu dengan Diana sangat besar akhirnya dia mau mengikuti orang suruhan Evans untuk masuk ke dalam rumahnya.
Ditrian di persilahkan masuk dan menunggu Evans datang menemuinya.
Sedangkan Diana saat itu sedang berada di dalam kamar Lucas menemaninya bermain sehingga tidak mengetahui tentang kehadiran Ditrian dirumah itu.
Set!
Dengan santainya Evans duduk menemui Ditrian.
"Slurp.." Evans meminum kopi hangat yang di persiapkan pelayan untuknya.
Tak..
"Ada urusan apa anda kesini?" tanya Evans dengan tatapan yang tajam.
Sret!
Ditrian menaruh koper berisi uang di atas meja.
Kemudian dia membukanya lalu menunjukkan isinya ke Evans.
"Ini uang 10 milyar. Aku ingin menebus hutang Clarissa dan membawa Diana kembali" kata Ditrian merasa kesal.
"Ha?! haha.. Hebat juga nyalimu! tapi uang itu sudah tidak bisa menebus semuanya! sekarang Diana sudah menjadi istriku. Jadi, lebih baik pulang saja dan bawa uangmu itu!" jawab Evans menyeringai.
"Apa?! mana mungkin Diana mau menikah denganmu? jangan bohong! dimana Diana?" tanya Ditrian tidak percaya.
"Hmm!"
"Ben! bawa Diana kesini" perintah Evans.
"Baik Tuan"
Meski dalam hatinya Evans merasa cemburu dan sangat marah melihat Ditrian yang jauh lebih muda darinya dan mempunyai sikap yang berani tapi Evans tetap ingin membuktikan bahwa Diana bukan lagi orang yang bisa dengan mudahnya bertemu dengan Ditrian karena Diana sudah menjadi istrinya.
Ruangan yang besar itu menjadi suram dan dingin tanpa adanya percakapan lain dari keduanya.
Ditrian dengan cemas menunggu kedatangan Diana yang nantinya akan menjawab semua pertanyaannya.
Berbeda dengan Evans yang tampak tenang dari luar namun jauh dalam lubuk hatinya, dia merasa takut jika Diana meninggalkannya dan lebih memilih ikut dengan Ditrian.
Tok.. Tok..
"Tuan, saya sudah membawa Nyonya kesini" ucap Ben dari balik pintu.
"Ya, bawa dia masuk" kata Evans tersenyum.
Ditrian mengernyitkan keningnya melihat ekspresi Evans yang terkesan sedang meledeknya.
"Evans, ada ap.." Diana tidak menyelesaikan ucapannya karena terkejut melihat Ditrian.
"Di.. Ditrian?" ucap Diana dengan mata terbelalak dan berkaca-kaca.
"Diana?" panggil Ditrian beranjak dari kursi.
Ditrian berlari ke arah Diana lalu memeluknya.
Grep!
"Diana? kamu baik-baik saja kan? kamu tidak di siksa olehnya kan?" tanya Ditrian memeluknya.
Diana sangat terkejut dan merasa takut melihat ke arah Evans yang menatapnya dengan tatapan menyeramkan.
"Haah! Ditrian, aku baik-baik saja" kata Diana mendorongnya.
Raut wajah Evans terlihat sangat marah terbakar cemburu melihat istrinya di peluk pria lain di depannya.
Dia beranjak dari kursi dan menghampiri Diana.
Grep!
"Aku akan menghapus jejak pria lain dan jangan ini untuk terakhir kalinya aku mentolerir hal ini, istriku" ucap Evans merasa kesal namun memeluk erat Diana.
Ditrian yang berdiri di depan mereka menjadi geram dan tak terima Diana di peluk oleh Evans namun Diana pun hanya bisa menatap Ditrian dengan tatapan yang sedih.
"Lepas! beraninya memeluk Diana seperti itu!" kata Ditrian menarik Evans lalu menghadangnya.
"Diana, aku akan menolongmu jadi jangan pernah mau di sentuh olehnya!" Ditrian hendak menyentuh tangan Diana.
Namun Diana menepisnya karena takut dengan konsekuensi yang akan dia terima jika berani melawan Evans.
"Istriku, kemarilah!" perintah Evans tersenyum penuh maksud ke Diana.
"I.. iya Evans" jawab Diana merasa takut lalu menghampiri Evans dengan cepat.
Seketika itu Ditrian merasa sangat sakit melihat Diana dengan patuhnya menuruti permintaan Evans.
"Diana..?" panggil Ditrian dengan sedihnya.
Diana hanya bisa terdiam dan berada dalam genggaman Evans yang kini sedang melingkarkan tangannya ke pinggang Diana.
Lalu dengan sengaja Evans mencium pipi Diana di depan Ditrian untuk menunjukkan hubungan mereka yang tak biasa.
"Cup"
"Evans? apa yang.."
"Cup" Evans mencium pipi Diana lagi sebelum Diana selesai bicara.