NovelToon NovelToon
Payungmu Di Hujan Terakhir

Payungmu Di Hujan Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:500
Nilai: 5
Nama Author: Dina Aolia

Nuka, siswa ceria yang selalu memperhatikan Aile, gadis pendiam yang mencintai hujan. Setiap kali hujan turun, Nuka menawarkan payungnya, berharap bisa melindungi Aile dari dinginnya rintik air. Suatu hari, di bawah payung itu, Aile akhirnya berbagi kenangan masa lalunya yang penuh luka, dan hujan pun menjadi awal kedekatan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aolia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perasaan yang mulai tumbuh

Langit malam di taman kota terang bertabur bintang. Suasana sejuk, suara daun-daun yang tertiup angin pelan menemani Aile yang duduk di bangku taman, kanvas di pangkuan, kuas di tangan. Fokusnya penuh pada goresan cat yang dia buat di atas kanvas, seolah dunia di sekitarnya menghilang.

Di belakangnya, Nuka berdiri diam. Senyum kecil menghiasi wajahnya setiap kali dia memperhatikan Aile yang terbenam dalam lukisannya. Sejak mereka lebih dekat, Nuka menemukan banyak hal tersembunyi dari sosok pendiam Aile. Ada kelembutan dalam senyumnya, dan cinta yang dalam pada kucing dan seni.

Pelan-pelan, Nuka mengambil buku catatannya dan mulai menggambar. Dia membuat sketsa Aile yang tengah melukis—dari cara alisnya sedikit berkerut, sampai posisi tangannya yang menggerakkan kuas. Senyum di wajah Nuka makin lebar saat dia melihat gambar itu mulai terbentuk. Dia nggak pernah nyangka akan menemukan sisi yang begitu memikat dari Aile yang selama ini terkesan jauh.

Tanpa disadari, Aile berhenti melukis dan menyandarkan tubuhnya ke bangku, melihat langit sejenak sebelum bicara, "Aku selesai."

Nuka segera menutup bukunya dan berjalan mendekat. "Serius? Coba lihat."

Aile memutar kanvasnya, memperlihatkan hasil lukisan yang ia buat—pemandangan malam dengan bayangan kota. Meski sederhana, lukisan itu penuh dengan detail yang membuat Nuka terkagum.

"Keren banget, seperti biasa," ucap Nuka sambil mengangguk penuh kekaguman.

Aile tersenyum kecil, tapi sorot matanya berubah penasaran. "Kamu ngapain tadi di belakang? Kok diem-diem aja?"

Nuka sedikit terkejut. "Nggak ngapa-ngapain. Cuma liat kamu aja," jawabnya cepat, berusaha menutupi kegugupannya.

Aile mengernyit, merasa nggak yakin dengan jawaban Nuka. "Masa cuma liat doang? Kayak ada yang kamu sembunyiin."

Nuka tertawa kecil, menggaruk belakang kepalanya dengan canggung. "Nggak ada kok, beneran. Tadi aku cuma… ya, ngagumi aja. Lukisan kamu selalu keren."

Aile tersenyum lagi, kali ini lebih lebar. "Makasih ya," katanya lembut, kemudian mulai merapikan alat-alat lukisnya.

Setelah selesai, mereka berdua memutuskan untuk nggak langsung pulang. Mereka mengambil sepeda masing-masing dan mulai mengayuh pelan di sepanjang jalan tepi pantai. Angin laut menyapa wajah mereka, membawa kesegaran yang menyenangkan. Aile terlihat lebih santai sekarang, senyum tipis di bibirnya selalu ada, dan sesekali terdengar tawa kecil darinya.

Nuka melirik ke arah Aile yang tampak jauh lebih terbuka dari biasanya. "Gimana rasanya bisa santai kayak gini?"

Aile menoleh dan tersenyum kecil. "Kayaknya udah lama aku nggak merasa sebebas ini," jawabnya sambil melihat ke arah laut. "Biasanya, aku terlalu mikirin banyak hal, kayak nggak bisa nikmatin momen."

Nuka mengangguk paham. "Wajar sih. Tapi kamu emang butuh lebih sering kayak gini. Biar nggak terlalu stres."

Perjalanan bersepeda mereka berjalan lancar sampai Aile tiba-tiba berhenti di pinggir jalan. Nuka yang nggak jauh di depannya langsung ikut berhenti dan menoleh, melihat Aile sedang menatap sesuatu di trotoar.

"Kucing?" gumam Nuka pelan saat melihat apa yang Aile perhatikan.

Aile turun dari sepedanya dan mendekati seekor kucing kecil yang duduk di pinggir jalan. Bulunya kusut, tubuhnya kurus, dan terlihat sedikit ketakutan. Aile berjongkok pelan, mencoba mendekat tanpa membuat kucing itu takut.

"Ini kucing yang dulu sering main di dekat rumahku," ucap Aile pelan, matanya melembut saat melihat hewan itu. "Tapi ibuk... dia nggak suka kucing, jadi dibuang."

Nuka memperhatikan dengan penuh simpati. Dia tahu betapa Aile mencintai kucing, tapi juga paham kenapa Aile nggak bisa membawa kucing itu pulang.

"Kamu pengen ngebawa dia pulang, ya?" tanya Nuka pelan, duduk di samping Aile.

Aile mengangguk pelan, tapi senyumnya sedikit memudar. "Iya, tapi aku nggak bisa. Di rumah pasti nggak boleh."

Nuka mengerti situasi Aile dan merasa kasihan. Namun, dia punya ide. "Gimana kalau aku yang ngerawat kucing ini? Kamu bisa sering-sering ke rumahku buat main sama dia."

Aile terkejut mendengar tawaran itu. Dia menoleh, menatap Nuka dengan mata yang berbinar. "Beneran? Kamu mau?"

Nuka tersenyum, mengangguk mantap. "Ya, kenapa nggak? Aku juga suka kucing, dan kayaknya kucing ini butuh tempat tinggal."

Mata Aile tampak sedikit berkaca-kaca. "Kamu bener-bener mau ngerawat dia?"

Nuka mengangguk lagi. "Iya, serius. Kamu kasih nama aja, nanti aku urus."

Aile tersenyum lebar, senyum yang jarang Nuka lihat darinya. "Gimana kalau namanya Milo?"

Nuka tertawa kecil. "Milo, ya? Cocok, tuh."

Mereka melanjutkan perjalanan dengan Milo di dalam keranjang sepeda Nuka. Mereka terus bercanda sepanjang jalan, merencanakan masa depan Milo yang akan tinggal bersama Nuka. Malam itu terasa begitu hangat, dan bagi Aile, untuk pertama kalinya, dia merasa ada seseorang yang benar-benar peduli padanya di luar keluarganya.

Nuka sendiri merasa semakin dekat dengan Aile. Dia tahu, hubungan mereka perlahan berubah. Aile nggak lagi menutup diri seperti dulu, dan Nuka mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Aile bukan sekadar persahabatan atau rasa kagum lagi.

Saat mereka berhenti di depan kafe untuk istirahat sejenak, Aile menatap Milo yang tertidur di keranjang, sementara Nuka mencuri pandang ke arah Aile. Dia ingat semua yang mereka lalui bersama, dari momen-momen diam hingga percakapan mendalam seperti tadi.

Dalam keheningan malam, mereka berdua tahu ada yang berbeda—bahwa kebersamaan ini bukan sekadar persahabatan biasa.

1
Shion Fujino
Karya bagus yang tak bisa dilewatkan, love it!
cøøkie
Baper abis!
_senpai_kim
Penulisnya jenius!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!