Karya terbaru dari Author "Berondong Bayaran CEO Cantik."
Ig : oh_ya_ra
tiktok : link di ig
Ananta Nayra Santoso, tiba-tiba mengandung anak dari sahabatnya sendiri yakni Sean Alejandro Blanco. Semua bermula ketika mereka pergi ke sebuah bar dan mabuk berat. Keduanya sama-sama tak sadar telah melakukan hal tersebut. Mendengar kabar kehamilan Nayra, orang tua mereka yang berselisih selama ini pun kembali cekcok. Nenek keduanya menginginkan mereka menikah, tetapi mereka berdua sudah memiliki kekasih masing-masing. Bagaimana kah kisah selanjutnya?. Ikuti saja cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah benar
"Bukan nggak suka, tapi seharusnya kamu bicarakan dulu semua ini ke aku." ujar Sean.
"Ya tapi kan kami di undang sama mama kamu untuk dinner."
"Tapi ujungnya keluarga kamu malah membicarakan soal pertunangan kita kan?" ujar Sean lagi.
"Maksud aku tuh apa-apa itu bilang dulu ke aku. Kan yang mau jadi pasangan itu nanti kita berdua. Cobalah untuk diskusi sama aku, jangan main ambil keputusan sendiri secara sepihak." imbuh pemuda itu.
"Kan kamu sendiri yang ngebolehin aku untuk milih tanggal yang aku mau. Kamu lupa?" tanya Felicia.
"Pada awalnya kamu ngasih tau aku bukan tanggal dan bulan itu." jawab Sean.
"Ya maju lebih cepat sedikit apa salahnya sih?. Toh lebih cepat lebih baik."
"Aku belum mempersiapkan semuanya." jawab Sean lagi.
"Apa?" Felicia menatap mata kekasihnya itu dalam-dalam.
"Gedung, undangan pertunangan, konsumsi segala macem?" lanjutnya lagi.
Sean kini tampak diam.
"Aku dan keluargaku bisa menyiapkan semua itu. Kamu diem aja, bawa cincin doang juga nggak apa-apa. Papaku kaya raya dan itu semua bukan hal yang sulit bagi keluarga kami."
Kali ini gantian Sean yang menatap dalam ke mata Felicia.
"Jangan mentang-mentang keluarga kamu kaya raya, kamu jadi seenaknya sama orang." ujarnya.
"Belum nikah aja udah kayak gini, gimana nanti kalau udah nikah. Yang ada aku kamu injak-injak terus." lanjutnya lagi.
Felicia yang menyadari jika ia telah salah bicara tersebut pun terdiam.
"Aku nggak maksud gitu, cuma menjelaskan kalau..."
Sean yang gusar tampak pergi meninggalkan Felicia yang belum sempat melanjut kata-katanya. Ia masuk kedalam melewati sang nenek yang bahkan tidak ia lihat sama sekali.
Tak lama Felicia menyusul, karena tak enak jika nanti kedua orang tuanya tau soal keributan yang terjadi. Sean yang sudah tiba duluan dibawah ditanyai oleh sang ayah.
"Feli mana?. Koq ditinggal?" tanya pria tersebut.
Ia tak ingin terlihat menjadi ayah yang gagal dalam mendidik anak. Apalagi ada kedua orang tua Felicia disini.
"Feli dari ditelpon teman, om."
Felicia muncul dengan tergesa-gesa dan meyelamatkan Sean dari pandangan buruk. Mereka semua pun berhasil dikelabui. Selang beberapa saat keluarga Felicia pamit.
Sean menawarkan untuk mengantar sampai ke rumah, sebagai tanda penghormatan. Tapi keluarga Felicia mengatakan tidak usah, sebab mereka sudah dijemput oleh supir dan ada pengawalan juga.
Setelah mereka semua berjalan, Sean pergi mandi. Dan ketika selesai berpakaian ia langsung turun dengan membawa kunci mobil.
"Mau kemana, Sean?" tanya Pablo pada sang anak.
"Mau beli rokok, pa." jawab Sean tanpa menoleh pada sang ibu yang ada disamping ayahnya.
Ia melengos saja lalu pergi keluar. Pada saat yang bersamaan Philo dan keluarganya pamit.
"Bro, gue balik ya." ujar Philo seraya mendekat.
Mereka tadi belum sempat berinteraksi. Kini Sean berbasa-basi memberi selamat pada kekasih Nayra itu.
"Congrats ya, bro. Buat lo sama Nay."
Ada rasa sakit yang entah bersumber dari mana, saat Sean mengatakan hal tersebut. Namun Philo gagal melihat semua itu dan mengira memang Sean tulus memberi selamat padanya.
"Thanks, bro. Lo juga kata Nay, bentar lagi mau nikah sama Feli." ucap Philo.
Sean tersenyum getir, dan mencoba untuk terlihat biasa saja.
"Doain aja, bro." ujarnya kemudian.
"Pasti." jawab Philo.
Sean merasa begitu bersalah pada pemuda itu. Philo sangat baik dan tulus selama ini, tapi Sean seolah mengkhianati kepercayaannya.
Philo dan keluarga kemudian pulang. Sean menatap Nayra lalu masuk ke dalam mobil. Tak lama Nayra masuk, mengambil jaket, lalu meminta izin untuk keluar sejenak.
"Nay mau ngopi di minimarket poin depan, pi." Ia meminta izin pada Jonathan.
"Ya udah." ujar Jonathan.
Pria itu tak khawatir karena minimarket tersebut masih berada di area tempat tinggal mereka, hanya saja letaknya diluar cluster.
Nayra berjalan meninggalkan rumah, tapi di ujung jalan ada mobil Sean yang tengah menunggu perempuan itu. Nayra lalu masuk ke sana dan tak lama kemudian mobil tersebut pun mulai berjalan.
Tak ada kata-kata yang terucap. Sepanjang perjalanan keluar dari area kompleks perumahan, mereka hanya diam.
Sean bingung dengan keadaan yang menimpa dirinya saat ini, begitu juga dengan Nayra. Setelah sekitar setengah jam, barulah mereka berhenti di sebuah tempat yang sepi.
Itu pun mereka masih diam untuk beberapa saat, sampai kemudian Sean menarik Nayra ke dalam pelukannya.
"Kita harus gimana, Nay?"
Kali ini Sean yang melempar pertanyaan tersebut. Padahal biasanya kata-kata itu selalu terucap dari bibir Nayra.
"Aku nggak tega buat nyakitin Feli ataupun Philo." lanjutnya lagi.
"Kalau kamu nanya soal ini, aku juga makin bingung Sean. Kamu tempat aku bertanya, dan sekarang kamu juga ragu." ujar Nayra.
"Aku benar-benar nggak bisa mikir apa-apa sekarang, kepala aku sakit." ujar Sean.
Lalu Nayra mempererat pelukannya, begitu juga dengan pemuda itu.
***
Felicia yang biasa menyapa Sean di pagi hari melalui WhatsApp, kini seolah mendiamkan pemuda itu. Ia masih kesal soal sikap Sean yang semalam.
Sean sendiri pun sedang tak mau ambil pusing. Kepalanya sudah cukup sakit dengan segala permasalahan yang datang bertubi-tubi belakangan ini.
Ia berangkat ke kantor kesiangan, dan Nayra sudah pergi duluan dengan menggunakan taksi online. Sebab mobil perempuan itu dipinjam oleh sang ibu.
Ketika Nayra masuk, banyak pasang mata yang menatap aneh ke arahnya. Tetapi mereka semua berpaling muka ketika Nayra balas menatap.
Ia tak tau apa yang telah terjadi. Lalu ketika ia pergi ke toilet, teman-teman satu divisi-nya termasuk Steffi mulai saling melirik satu sama lain.
"Nayra nggak sih orangnya?" tanya salah satu karyawan lain yang perempuan.
"Gue sih nggak habis pikir kalau emang dia. Tapi istri bos, bu Revita ngespill ciri-cirinya kayak si Nayra." ujar Steffi.
"Emang bu Revita ngespill apaan?" tanya karyawan lainnya lagi.
Lalu Steffi memperlihatkan insta story dari istri bos mereka tersebut. Disana terlihat sebuah status dengan latar belakang warna hitam yang diiringi lagi sedih.
"Perempuan harus mandiri, sebab laki-laki sekarang banyak yang tidak pandai bersyukur. Sudah dikasih istri cantik, mandiri, CEO, malah nyari yang spek karyawan."
Begitulah isi cuitan dari istri atasan mereka.
"Tapi koq lo bisa mengarah ke Nayra sih?. Kan disitu nggak ada ciri-ciri khusus. Kayak semisal blasteran, cantik, rambut coklat atau apa gitu." celetuk karyawan yang lain.
"Tapi kan yang sering wara-wiri dan dipanggil terus sama bos, dia." ujar yang lainnya lagi.
"Ya kan itu karena di kantor ini yang bisa bahasa Mandarin sama Korea cuma Nayra doang. Nah bos kita kebanyakan relasinya orang sana, makanya selalu ngajak Nayra. Belum tentu juga dia jadi selingkuhan."
Karyawan yang meragukan soal statement Steffi tadi, bersikukuh membela Nayra. Sebab menurutnya Nayra tidak ada indikasi untuk menjadi pelakor.
Tak lama Nayra pun kembali dari toilet dan mereka semua langsung bubar, kembali ke meja masing-masing dan terlihat seolah tidak terjadi apa-apa.
***
mudah2an g terjadi perang bintang y....