NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Tuan Mafia

Terjebak Cinta Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Selingkuh / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lmeilan

Elina Raffaela Escobar, seorang gadis cantik dari keluarga broken home, terpaksa menanggung beban hidup yang berat. Setelah merasakan pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya, ia menemukan dirinya terjebak dalam kekacauan emosi.

Dalam sebuah pertemuan tak terduga, Elina bertemu dengan Adrian Volkov Salvatrucha, seorang CEO tampan dan misterius yang hidup di dunia gelap mafia.

Saat cinta mereka tumbuh, Elina terseret dalam intrik dan rahasia yang mengancam keselamatannya. Kehidupan mereka semakin rumit dengan kedatangan tunangan Adrian, yang menambah ketegangan dalam hubungan mereka.

Dengan berbagai konflik yang muncul, Elina harus memilih antara cinta dan keselamatan, sambil berhadapan dengan bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya.

Di tengah semua ketegangan ini, siapa sebenarnya Adrian, dan apakah Elina mampu bertahan dalam cinta yang penuh risiko, atau justru terjebak dalam permainan berbahaya yang lebih besar dari dirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lmeilan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Beberapa saat kemudian

Ibu Sri yang baru saja keluar dari kamar mandi, kaget menyadari keberadaan Elina

"Nak, kau ada disini, maaf ibu tidak menyadarinya, Ibu sedang mandi, jadi tidak mendengar" ucap Ibu Sri

"Iya Bu, tidak apa apa, Elina datang kesini untuk mengurus biaya operasi nenek Bu, Elina sudah mendapatkan uangnya Bu" jawab Elina dengan penuh semangat

"Nak,,, syukurlah kalo begituu.. T-tapi darimana kamu mendapatkannya nak, ibu harap tidak ada hal buruk yang terjadi" ucap Ibu Sri penuh kekhawatiran

"Ibu tenang aja, Elina dapat uangnya meminjam Bu, dari teman Elina, kebetulan dia bisa membantu Elina" ucap Elina menjelaskan dengan senyum tipis seolah menyembunyikan sesuatu.

Malam itu, Elina duduk menunggu di luar ruangan, saat dokter kembali memeriksa kondisi neneknya yang besok akan menjalankan operasi, hatinya dipenuhi oleh berbagai perasaan yang campur aduk. Ketakutan, harapan, dan rasa syukur menyatu menjadi satu. Ia tahu, hidupnya tidak akan sama lagi setelah ini. Tapi apa pun yang terjadi, ia akan menghadapi semuanya. Demi neneknya, demi orang yang ia sayangi.

Elina menggenggam erat tasnya, berusaha mengalihkan pikirannya dari rasa cemas yang terus menyelimutinya. Ia menyandarkan kepala di dinding rumah sakit, menutup mata sejenak. Suara derap langkah orang-orang yang berlalu lalang di koridor, ditambah aroma antiseptik yang menusuk hidung, menjadi latar belakang yang mengingatkannya akan situasi sulit yang sedang dihadapi.

“Semoga nenekku baik-baik saja,” gumamnya pelan, berusaha meyakinkan diri.

"Nenek mu pasti baik-baik saja nak" ucap Ibu Sri menenangkan

Beberapa saat kemudian, pintu ruang perawatan terbuka, dan dokter muncul dengan ekspresi serius. Elina langsung berdiri, hatinya berdegup kencang. “Dokter, bagaimana keadaan nenek saya?”

Dokter itu menghela napas, lalu mengangguk pelan. “Kami sudah mempersiapkan semua untuk operasi besok. Namun, ada beberapa hal yang perlu kamu tahu.”

Elina merasakan hatinya mencelos. “Apa itu, Dok?”

“Operasi ini memiliki risiko, seperti operasi lainnya. Kami akan melakukan yang terbaik, tetapi kamu harus siap menghadapi segala kemungkinan,” jelas dokter, menjaga nada suaranya tetap tenang.

Elina mengangguk, meskipun perasaannya berat. “Terima kasih, Dok. Saya akan berdoa agar semuanya berjalan lancar.”

Dokter tersenyum tipis. “Itu yang terbaik yang bisa kamu lakukan saat ini. Pastikan kamu tetap di dekat nenekmu, beri dia semangat. Keluarga sangat penting dalam masa-masa seperti ini.”

Setelah dokter pergi, Elina kembali duduk di kursi di luar ruangan. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, bayangan wajah Adrian tiba-tiba muncul di benaknya.

“Siapa sebenarnya dia?” pikir Elina.

Mendadak, perasaannya kembali bergejolak. Pikirannya tentang Apa yang dia lakukan untuk mendapatkan uang itu?! Meskipun ia merasa berterima kasih kepada Adrian, dia juga tak bisa mengabaikan ketidaknyamanan di dalam hatinya mengingat syarat yang diajukan. Adrian. “Apakah dia memiliki motif tersembunyi?”

Hingga malam menjelang, Elina terus menerus memikirkan situasi yang dihadapinya. Ponselnya bergetar di saku. Dengan cepat, ia mengeluarkan ponsel dan melihat nomor yang tidak ia kenali

Elina menatap layar ponselnya sejenak sebelum mengangkat telepon. “Halo?” suaranya terdengar ragu.

“Bagaimana keadaan nenekmu?” tanya Adrian dengan suara tenang, membuat Elina terkejut.

“Tu-Tuan Adrian, Beliau masih dalam proses persiapan untuk operasi besok. Saya baru saja berbicara dengan dokternya,” jawab Elina pelan, berusaha menyembunyikan kebingungannya.

“Bagus. Pastikan kamu ada di sampingnya saat dia menjalani operasi. Keluarga adalah yang terpenting dalam situasi ini,” ucap Adrian, suaranya tidak menunjukkan emosi.

Elina terdiam sejenak, terpesona oleh perhatian yang ditunjukkannya, meskipun ia tahu itu mungkin hanya formalitas. “Terima kasih, Tuan Adrian”. Ucap Elina tulus

“hmm” jawab Adrian kembali ke mode dingin

“Saya akan memantau situasi dari sini. Jika ada yang kamu perlu, hubungi saya.”

Setelah mengucapkan selamat tinggal, Elina menutup telepon dan merenung. “Apa yang sebenarnya dia inginkan dariku?”

Ketika malam semakin larut, Elina memutuskan untuk kembali ke ruang perawatan neneknya. Ia ingin berada di samping orang yang sangat dicintainya itu, memberikan semangat yang dibutuhkan.

Sesampainya di dalam ruangan, Elina melihat neneknya terbaring lemah di ranjang, dengan selang infus yang menempel di tangannya. Dia merasakan air mata menggenang di matanya. “Nenek, Elina di sini. Jangan khawatir. Elina akan selalu ada untuk nenek,” bisiknya.

Neneknya menggerakkan sedikit bibirnya, seolah ingin menjawab, tetapi hanya mengeluarkan suara lirih.

Elina menggenggam tangan neneknya, merasakan kehangatan yang masih ada di sana. “Aku akan berjuang untukmu, Nenek. Apa pun yang terjadi, aku akan membuat semuanya baik-baik saja.”

Dengan tekad yang semakin menguat, Elina menutup mata dan berdoa dalam hati. Dia tahu hidupnya akan berubah setelah ini, dan ia bersiap menghadapi apa pun yang akan datang, termasuk syarat yang harus ia jalani kepada Tuan Adrian Volkov.

Elina terjaga dari lamunannya saat mendengar suara detak jam dinding yang monoton. Suasana ruangan rumah sakit terasa hening, hanya diisi oleh suara jarum jam dan desahan lembut neneknya yang terbaring di ranjang. Elina mengalihkan pandangannya ke arah nenek, berusaha mencari sinyal harapan dalam keadaan lemah yang terlihat.

Neneknya, adalah satu-satunya orang yang selalu mendukungnya. Elina teringat saat-saat manis ketika mereka duduk bersama, membicarakan impian dan harapan masa depan. Kenangan itu semakin membuatnya tertekan, terutama saat ia mengingat betapa banyak pengorbanan yang telah dilakukan neneknya demi kebahagiaannya.

“Maafkan aku, Nenek,” bisik Elina. “Aku tidak ingin kamu menderita. Semua ini akan segera berakhir. Aku akan melakukan apa pun untukmu.”

Di luar ruangan, suasana malam terasa dingin. Elina bisa mendengar suara petugas rumah sakit yang sedang berkeliling, tetapi semua itu hanya latar belakang bagi pikirannya yang kacau. Pikirannya kembali melayang kepada Adrian. Ia masih merasa bingung tentang apa yang diinginkan oleh pria misterius itu.

“Mengapa dia mau membantuku?” pertanyaan itu terus berputar di benaknya. Adrian adalah sosok yang sangat berbeda dari orang-orang yang biasa ia temui. Ia sangat sulit ditebak, namun ada sesuatu yang menarik dalam diri Adrian, sesuatu yang membuat Elina merasa penasaran.

Beberapa saat kemudian, Elina memutuskan untuk keluar sejenak, menghirup udara segar di luar rumah sakit.

"Bu, sepertinya Elina akan keluar sebentar, Elina ingin, menenangkan diri dulu" ucap Elina kepada Ibu Sri pengurus Panti Jompo yang senantiasa menemani neneknya

"kau yakin nak, ini sudah sangat larut malam" tanya Ibu Sri memastikan

"huftt, iya Bu, Elina akan pergi sebentar menghirup udara segar" Ucap Elina sambil menghela nafas meyakinkan Ibu Sri.

Ia merasakan sejuknya angin malam yang menyentuh kulitnya. Langit dipenuhi bintang, seolah memberikan semangat untuk terus melangkah. Elina menatap langit dan berdoa, memohon agar neneknya diberikan kekuatan dan kesehatan

Setelah berdoa, Elina berjalan kembali masuk ke dalam rumah sakit, memutuskan untuk kembali ke ruangan neneknya, membacakan cerita kesukaan neneknya, sebuah kebiasaan yang selalu mereka lakukan dulu saat Elina masih kecil saat sebelum tidur, tapi sekarang bukan lagi neneknya yang membacakan untuknya, sekarang Elina yang membacakan cerita untuk neneknya.

Ia mengambil buku cerita dari tasnya yang selalu ia bawa dan duduk di samping ranjang neneknya. Ia melihat Ibu Sri sudah tertidur lelap di atas sofa panjang dalam ruangan itu

Suara lembut Elina menggema di ruangan yang sunyi itu.

“Di suatu tempat yang jauh, hiduplah seorang putri cantik bernama Aveline…” suara Elina yang lembut mulai menggema, dan ia merasa lebih tenang saat melihat neneknya sedikit tersenyum.

Namun, ketika cerita itu mengalir, perasaan cemas kembali menghantuinya. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa neneknya. Segala pengorbanan yang telah dilakukan untuk mencapai titik ini tak boleh sia-sia. “Nenek harus kuat. Kita akan melewati ini bersama,” ujarnya dengan penuh harapan.

Malam semakin larut, dan Elina merasa kantuk mulai menyergap. Ia memutuskan untuk beristirahat sejenak di kursi yang berada di samping ranjang nenek. Dengan tenang, Elina memejamkan mata, tetapi lama ia memejamkan mata. Suara pintu terbuka menarik perhatian Elina. Ia terbangun dan melihat sosok yang dikenalnya.

“Adrian,” bisiknya kaget, tetapi suaranya nyaris tidak terdengar. Adrian berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan tatapan yang sulit dipahami.

“Kemarilah” ucapnya pelan, tetapi suaranya terdengar dalam, seolah membawa beban berat di hati.

Elina segera menghampirinya keluar ruangan, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdebar. “Ada apa Tuan kesini?”

“Saya hanya ingin memastikan nenekmu baik-baik saja,” jawabnya dengan nada yang tidak biasa.

“Terima kasih, tapi… bagaimana bisa Tuan kesini?” Elina bertanya curiga.

“Aku punya orang-orang yang bisa membantuku. Tapi aku tidak ingin membahas itu sekarang,” ujar Adrian sambil mengalihkan pandangannya ke arah ruangan nenek Elina dirawat.

Elina mengamati ekspresi wajah Adrian. Ada sesuatu yang terlihat dalam tatapan matanya, seolah ada rasa empati yang tersembunyi di balik sikap dinginnya. “Nenek saya akan menjalani operasi besok Tuan,” ujarnya dengan suara lembut. “saya… saya berharap semuanya berjalan lancar.” sambung Elina

Adrian mengangguk.

Elina terdiam. “apakah Tuan memerlukan sesuatu?” tanya Elina penuh rasa ingin tahu.

“Aku ingin kau menemaniku malam ini" ucap Adrian tanpa beban, seolah perkataannya adalah perintah mutlak.

"Ta-tapi Tuan, bagaimana dengan nenek saya" ucap Elina merasa gugup, Elina tidak bisa membayangkan apa maksud dari perkataan Adrian yang ingin dirinya menemani pria itu, apakah mengenai syarat itu, apakah malam ini ia harus menjadi pemuas n*fs* pria itu

"Adrian menarik tangan Elina meninggalkan Rumah sakit tersebut mereka memasuki mobil sedan mewah, sebuah mobil yang pernah Elina liat sebelumnya saat terakhir kali dia bekerja di hotel.

Banyak Pertanyaan timbul dalam pikiran Elina, apa yang akan terjadi, haruskah dia melakukan semua ini?? Memuaskan n*fs* pria itu diranjang??.

POV Adrian

Setelah Pulang dari Bar, Adrian memutuskan untuk tidak kembali ke hotel tempatnya menginap, ia memutuskan kembali ke Mansion besar miliknya yang baru selesai di renovasi

Mansion Adrian Volkov Salvatrucha

"Daniel kita kembali ke Mansion, besok ambilkan semua barangku di hotel kumuh itu dan hancurkan!!" perintah Adrian dengan tatapan yang sulit diartikan

"Adrian melihat keluar jendela menatap langit malam yang dipenuhi dengan bintang bintang"

Tidak ada yang mengetahui apa yang Adrian pikirkan seolah semua teka teki hanya dia sendiri yang bisa menjawabnya.

Sesampainya di Mansion miliknya, Ia di sambut oleh Madam Rabela, seorang wanita tua berusia 54 tahun, kepala asisten rumah tangga di Mansion itu.

"Selamat datang Tuan muda" ucap Masam mempersilahkan Adrian masuk disusul dengan Daniel di belakangnya

"selamat malam madam" ucap Daniel menyapa Madam Rabela

Madam Rabela hanya tersenyum dan mengangguk sapaan dari Daniel, seolah semua manusia disitu tercipta memiliki karakter yang dingin dan misterius.

Adrian berjalan menaiki lift menuju lantai 4 dimana kamarnya berada.

Ia memasuki kamarnya yang sudah beberapa hari ia tinggalkan.

Kamar Adrian

Dia bergegas membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, Ia berbaring di atas kasurnya yang sangat mewah itu, mencoba untuk beristirahat, namun setelah beberapa saat ia mencoba memejamkan matanya, pikirannya tentang gadis itu tak bisa ia hilangkan.

Ia meraih ponsel miliknya dan melihat sebuah nomor yang dikirimkan Daniel ke handphone nya.

Dengan ragu dia mencoba menghubungi gadis itu.

Hai Readerss!! Bagaimana pendapatmu tentang cerita ini🤗🤗🔥

1
Amaryllis zee
Awal yang seru ...
Linmei: Terimakasih Ka, enjoy dengan ceritanya ya ka, semoga sukaaa🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!