NovelToon NovelToon
Meluluhkan Pangeran Dinginku

Meluluhkan Pangeran Dinginku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Cinta pada Pandangan Pertama / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mardi Raharjo

Rena Agnesia merasa sial saat tertimpa musibah, namun takdir itu mengantarkannya bertemu Jojo Ariando, pangeran tampan yang membuat hatinya meleleh.

Rena menjalin cinta jarak jauh dengan Jojo, seorang pria tampan nan dingin yang dikelilingi banyak wanita karena talentanya dalam pengobatan herbal.

Akankah mereka bersatu setelah konflik yang terus menghalangi cinta mereka? Mampukah Jojo memantapkan pilihan hati ke sosok Rena Agnesia di saat seorang rival berat hadir membayangi?

Saksikan romansa mereka hingga puncak manis yang didamba setiap insan di dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Pegawai Baru

Rena membacakan simpulan dari 13 pelamar, hanya 4 kandidat yang memenuhi kriteria sebagai kapster baru yang akan dilatih.

"Dari keempat itu, mana menurutmu yang paling bagus?", Abdul hanya butuh 2 kapster baru untuk cabang salon khusus wanita di Liman Selatan.

"Em, kalau menurut saya, Salsa dan Nabila", Rena pun menjabarkan alasannya meski itu hanya berdasarkan asumsi dari berkas yang dilampirkan ke salon.

"Ya sudah, coba kamu hubungi mereka sekarang. Kalau bisa, besok kita wawancara mereka", perintah Abdul.

"Kita? Bukankah bapak saja cukup untuk mewawancara mereka?", Rena terlihat enggan berduaan saja bersama Abdul.

"Iya, saya sebagai pemilik dan kamu sebagai kapster senior yang akan melatih mereka sebelum salon baru resmi dibuka. Selain itu, kamu dan Tini akan dipisah. Kamu pindah ke salon baru bersama kapster baru asuhanmu, dan Tini akan bersama asuhannya", jelas Abdul.

Meski keberatan dengan ide Abdul, apa boleh buat, dirinya hanya karyawan. Rena pun menelepon kedua kandidat dan menyampaikan jadwal wawancara.

"Ini, Salsa tidak bisa datang besok pak. Ia bisa siang atau sore hari ini", ungkap Rena setelah cukup lama menghubungi kedua kandidatnya.

"O, ya sudah. Kamu bisa kembali ke salon sekarang. Selepas dhuhur, ikut saya menjadi pewawancara", perintah Abdul.

Rena pun berpamitan dan meninggalkan kediaman Abdul.

Di dalam salon, Rena tengah menganggur karena memang hanya ada dua pelanggan yang sudah ditangani Tini. Gadis itu pun iseng membuka lagi lamaran Salsa.

"Salsa Qanita", gumam Rena membaca nama lengkap pelamar. Ia memandang foto Salsa tanpa cadar.

"Cantik", lirih Rena melihat foto Salsa. Tiba-tiba, ia teringat sosok bercadar yang ia lihat tadi pagi bersama Jojo.

"Apa itu beneran Salsa atau perempuan lain yang kebetulan bercadar seperti Salsa?", batin Rena.

Ia tak terlalu khawatir dengan Jojo karena dia begitu dingin. Namun, melihat senyumnya kepada gadis bercadar tadi pagi sembari memberi buku, benar-benar menimbulkan rasa cemburu di dada Rena.

"Ah sudah lah. Aku pastikan saja nanti", batin Rena.

Waktu pun berlalu, pukul 14, Rena dan Abdul sudah menanti Salsa, janjian bertemu di rumah Abdul.

"Na, ayo habiskan keripik ini. Nanti Salsa datang kamu malah berebut dengan dia", canda Abdul.

"Em, enggak ah pak. Kalau boleh, saya bungkus saja pak untuk dibawa pulang", ujar Rena sembari meringis. Ia tak mau dipandangi Abdul saat asyik menikmati keripik kesukaannya.

"Boleh, tapi nanti setelah wawancara ya", Abdul sama sekali tidak keberatan.

Tak lama, Salsa pun tiba dan dipersilahkan duduk di depan mereka. Rena memegang kertas berisi pertanyaan yang telah disiapkan Abdul.

Mata Rena dan Salsa bertemu. Rena seakan ingin memastikan, apakah benar Salsa lah sosok yang ia lihat pagi itu.

"Na, kenapa kamu malah diam?", ucap Abdul yang heran kenapa Rena malah saling pandang dengan Salsa.

"Eh, apa kamu tadi pagi berada di depan warung soto?", bukannya bertanya sesuai lembar pertanyaan, Rena malah menanyakan apa yang ada dalam hatinya.

"Ha? Maksudnya mbak?", Salsa nampak tidak mengerti korelasi pertanyaan Rena dengan pekerjaan yang ia lamar.

"Abaikan pertanyaan itu. Coba ceritakan tentang Anda", ujar Abdul mengalihkan pertanyaan.

Usai wawancara, waktu sudah menunjukkan pukul 15:50. Rena pun hendak pulang namun dicegah oleh Abdul.

"Kamu kenapa Na? Ngga biasanya kamu seperti ini?", heran Abdul yang biasanya melihat Rena selalu profesional saat bekerja.

"Em, ngga apa-apa pak. Saya, saya permisi pulang ya pak", pamit Rena, berbalik menuju sepedanya.

"Eh, ini keripiknya jadi dibawa ngga?", Abdul mengingatkan Rena yang tadi begitu menginginkan keripik itu. Namun gadis itu malah menggeleng dan bergegas menaiki sepedanya.

"Nanti kutelepon ya", ujar Abdul, merasa ini kesempatan baginya mencari perhatian Rena. Ia yakin Rena sedang punya masalah dan butuh tempat untuk menceritakan keluh kesahnya.

Rena tidak menjawab ucapan Abdul. Gadis ini hanya menaiki sepedanya dan melaju pulang.

Sesampainya di rumah, Rena pun meletakkan totebag. Usai menunaikan kewajiban, gadis itu merebahkan diri dan memainkan ponselnya.

"Tujuh panggilan tak terjawab?", Rena melihat notifikasi panggilan dari Abdul.

Tak lama berselang, ponsel Rena kembali berdering.

"Iya pak", sahut Rena.

"Na, Na. Ke mana saja kamu? Dari tadi kutelepon tidak diangkat", suara Abdul seakan marah namun dapat dirasakan getaran rasa bahagia dari nada bicaranya.

"Maaf pak, baru sampai rumah dan ponsel saya senyapkan", ujar Rena yang malas mendengar suara notifikasi selain dari Jojo yang akan vakum selama 3 hari.

"Ada apa ya pak?", heran Rena. Urusan wawancara sudah selesai namun Abdul masih saja meneleponnya.

"Em, kamu ada masalah? Kalau kamu butuh, aku bisa mendengarkan ceritamu. Anggap saja sekarang ini aku temanmu, bukan atasanmu", rayu Abdul agar mau terbuka kepadanya.

"Em, ngga ada apa-apa kok pak. Saya tutup dulu teleponnya ya pak", ujar Rena yang tidak suka sikap Abdul, terus mencari perhatian dan mencuri-curi kesempatan.

"Tunggu! Aku minta maaf jika kamu tidak nyaman dengan cara pendekatanku kepadamu. Dengar, aku hanya mengikuti hatiku. Kalau kamu keberatan dengan caraku, maafkan aku", ucap Abdul dengan suara memelas.

Rena terdiam. Tidak biasanya Abdul bersikap seperti ini. Biasanya ia selalu pakai mode paksaan atas dasar strata bos dan bawahan.

"Na, kamu masih mendengarkanku?", Rena masih terdiam, menganalisis apa yang sedang terjadi kepada Abdul.

"Rena, sayang", sontak mata Rena melebar saat Abdul memanggilnya 'sayang'.

"Saya sudah punya pacar pak. Namanya Ari. Jadi, saya tidak bisa bercerita kepada bapak dan tolong jangan panggil saya sembarangan dengan kata itu", Rena tidak suka cara Abdul seenaknya menyebut 'sayang'. Meski saat ini hatinya benar-benar kesepian dan ingin bercerita kepada seseorang.

"Oh, maaf. Habisnya, kamu tidak menyahut ucapanku sedari tadi.

Juga, aku tahu kamu punya pacar. Hanya saja, orang menikah punya masalah yang terkadang tidak bisa dibagi dengan pasangan mereka.

Jadi, aku tahu pasti ada masalah saat kamu tidak fokus dalam wawancara tadi", jelas Abdul. Hati Rena pun sedikit luluh. Sudah lama dia berpacaran dengan cowok dingin seperti Jojo, namun tak punya tempat bercerita saat ia jenuh dengan hubungan mereka.

"Rena, ayo, cerita lah", Abdul kembali mencoba membuka hati gadis yang kesepian itu.

"Em, itu, apa bapak tahu, kenapa lelaki bisa begitu dingin kepada pasangannya?", tanya Rena penasaran.

"Oh, ternyata itu. Karakter orang memang berbeda. Namun, kalau pacarmu itu biasanya hangat lantas berangsur dingin, bisa jadi dia sudah punya tambatan hati yang lain.

Kalau dari awal dia sudah dingin, itu memang karakternya. Kecuali jika lebih dingin dan terlalu abai kepadamu. Itu juga bisa berarti dia bosan kepadamu dan punya hati kepada yang lain", jelas Abdul masuk akal, meski ada niat terselubung yang tak bisa dibaca Rena karena kepolosannya.

"Apa mungkin dia dekat dengan wanita yang lain? Dia kan punya banyak pengagum perempuan", batin Rena menelaah ucapan Abdul.

"Na, ayo ceritakan saja dugaanmu, tak perlu disembunyikan", ujar Abdul ingin tahu isi hati Rena.

"Hufh, pacarku begitu banyak dikelilingi lawan jenis. Pasti di antara mereka ada yang sangat menarik dan mungkin spesial di hatinya", Rena menghela nafas dan bercerita, mengingat gadis bercadar yang tadi pagi bertemu Jojo. Senyum di wajah Jojo begitu mencurigakan bagi Rena, karena tak biasanya pria itu tersenyum begitu lepas.

Abdul nampak masih terdiam, menunggu cerita Rena selesai.

"Apa mungkin dia sudah bosan kepadaku dan memilih salah satu atau lebih bahkan untuk memuaskan hatinya?

Sebenarnya, apa sih tanda lelaki yang bosan dan memilih mencari pasangan lain?", Rena menyakan beberapa hal sekaligus.

"Yah, aku tidak ingin memfitnah atau mengajari berprasangka buruk kepada pacarmu. Tapi, memang naluri lelaki menebar pesona kepada lawan jenis sebagaimana perempuan pun sama.

Kamu pun pasti pernah bosan dengan hubungan kalian, begitupun dia. Jika dia punya banyak teman wanita, mungkin salah satu mereka ada yang menjadi pelarian atau selingan baginya.

Yah, seperti kamu kepadaku saat ini. Tapi, aku rela meski hanya menjadi pelarianmu Na. Ayo, ceritakan lagi sampai beban di hatimu mereda", rayu Abdul. Ia tidak keberatan mendengar cerita Rena, asalkan bisa lama mendengar suara yang merdu milik Rena.

Rena terdiam sejenak, mendengar ucapan Abdul. Ia tak ingin menceritakan hubungan mereka, namun hatinya benar-benar butuh tempat bercerita.

"Aku, aku, maaf saya tidak bisa bercerita lagi. Maaf, anggap saja saya sedang omong kosong. Saya matikan dulu telepon ini ya pak. Saya lelah", ujar Rena sembari mematikan telepon tanpa menunggu respon Abdul.

Tak lama, Abdul kembali menelepon, namun Rena enggan mengangkatnya. Ia benar-benar dilema. Ingin bercerita, namun bukan kepada Abdul.

Setelah notifikasi panggilan di layar ponsel berhenti, Rena mengirim pesan kepada Alya, sahabat yang selalu dekat dengannya sejak kecil.

"Kamu ada waktu ngga? Kalau ada waktu, jalan-jalan yuk", ajak Rena kemudian meletakkan ponselnya, menunggu balasan.

Tiga puluh menit berlalu, Alya belum juga membalas pesannya.

"Hufh, iih, siapa sih cewe bercadar itu?", gerutu Rena dalam hati, tengah terbakar rasa cemburu.

Bahkan saat Nina mendekat, Jojo tidak menunjukkan senyum kecuali hanya formalitas dengan senyum simpul. Itu pun bagi Rena sudah membuat lawan jenis tertarik.

"Apa benar Jojo sedang bosan kepadaku dan memilih gadis bercadar itu?", prasangka Rena.

Tak lama, Rena yang tengah rebahan melihat notifikasi pesan dari Alya meow, nama kontak yang Rena simpan untuk sahabatnya Alya Hafidza.

"Aku sedang bantu ibuku di pasar. Setelah maghrib, aku ke rumahmu", jawab Alya.

Rena pun tersenyum simpul dan meletakkan ponselnya, menunggu maghrib tiba sembari beristirahat. Meski begitu, bayangan gadis bercadar dan senyum lebar Jojo masih terus terngiang di benaknya.

Di ruang seminar, Jojo menyampaikan materi tentang penggunaan herbal yang berlawanan sifat untuk saling melengkapi dan mengurangi efek negatif satu herbal dengan herbal lainnya.

Selama penyampaian, Jojo melihat pandangan beberapa sosok peserta seminar, nampak tidak fokus pada materi dan malah fokus kepada dirinya.

Jelas terlihat mata mereka tidak melihat ke gambar proyektor atau pun buku materi di tangan mereka, tetapi terus memandangi Jojo ke manapun ia bergerak.

Satu yang paling berbeda, seorang gadis bercadar yang tadi pagi Jojo beri buku materi dengan tanda tangannya.

"Baik, materi kita akhiri sampai di sini. Untuk sesi pertanyaan, silahkan tulis di kertas dan serahkan kepada panitia. Saya akan baca dan tanggapi pertanyaan sampai waktu kita berakhir. Selebihnya saya mohon maaf belum bisa menjawabnya", terang Jojo sembari duduk, istirahat dan meneguk air putih di mejanya.

Mata Jojo melihat jelas, gadis bercadar itu menulis di secarik kertas dan kembali menatapnya setelah menyerahkan kertas itu kepada panitia seminar.

Tak lama, ada 20 kertas pertanyaan. Jojo memeriksa satu per satu, mencoba menggabungkan pertanyaan yang mungkin sama atau setara untuk meminimalkan kekecewaan peserta seminar yang tidak mendapat jawaban atas pertanyaan.

Mata Jojo melebar saat melihat satu tulisan di kertas.

"Saya mengajukan diri sebagai calon istri mas Jojo. Kita pernah bertemu tadi pagi. Tolong hampiri saya jika bapak berminat. Tertanda, Salsa Qanita", tulisan itu pun Jojo lipat dan sisihkan karena sama sekali tidak berhubungan dengan materi seminar.

1
Renyah
jangan lupa, undang aku di pernikahan salsa dan Jojo thor. mau kucabik cabik wajah cantik salsa itu
Renyah: biarin, salahin obsesinya yang keterlaluan
Tabuut: Jangan dong. Nanti ngga cantik lagi dong
total 2 replies
Renyah
#patahatinasional 😭😭
Renyah
salsa nih obsesi banget, wanita ini memaksakan takdir banget
Renyah
hmm si salsa, kesempatan dalam kesempitan
Renyah
dasar sagara licik, dari anak sampe bapaknya
Renyah
duh minta tolong papanya
Renyah
dih pake protes segala, dirimu belum jadi istri sahnya Jojo ya, gausa sok protektif deh salsa
Renyah
dasar Abdul, giliran udah lumpuh lari
Renyah
syok 😩
Renyah
jangan mati Rena, duh nanti salsa jadi menang dong
Renyah
duh mau nikah sama salsa, Rena jangan patah hati ya
Renyah
duh, kualitas sainganmu sangat berat Rena
Renyah
novelnya bagus, banyak ilmu yang bisa kita ambil. hanya saja beberapa kata terkesan berat untuk diolah otak hehe. semangat author 😁
Renyah
pilih Fira aja deh jo, lupain Rena sama salsa wkwk
Tabuut: saran bagus
total 1 replies
Renyah
ada yang sakit hati ditolak Jojo nih, uuuhh
Renyah
uuhh habis menyatakan perasaan, kira kira bakal ada yang berpindah ke lain hati nggak ya. uhuk uhuk..
Renyah
Jojomu telanjang na, siap dimakan salsa
Tabuut: aman kok kak, selimutan
total 1 replies
Renyah
hati hati Rena. Jojomu bisa dipegang pegang salsa
Renyah
jangan sampe setelah ini Jojo jatuh cinta ke salsa.
Renyah: jahat banget!
Tabuut: waduh, namanya hati, mau bagaimana dong?
total 2 replies
Renyah
uuhhh kasian, salsa ditolak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!