Tiga tahun menjalin hubungan pernikahan, Gempita mengetahui kalau suaminya telah berselingkuh dengan wanita yang lebih muda.
Dalam situasi seperti ini, ia menghadapi kebingungan. Satu alasan yang tidak bisa diungkap. Apakah bercerai atau mendiamkan perbuatan Melvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkataan Cal
Mendengar Cal menyebut nama Gempita dengan berbeda, keempat personil lain telah menduga jika ada sesuatu di antara keduanya. Tapi, sayang. Mereka tidak mengerti apa yang dibicarakan Gempi dan Cal karena memakai bahasa Indonesia.
"Ya, aku lupa kalau kamu udah punya suami." Cal menyunggingkan sebelah sudut bibirnya.
"Karena sudah tahu, kenapa masih menyebut nama orang lain dengan salah?"
"Sengaja." Cal memperhatikan penampilan Gempi yang berbeda. "Ini karena lelah atau karena kamu yang tidak bahagia?"
Gempita tersentak berikut asistennya, Lusi serta beberapa kru dari Indonesia. Sementara dari pihak Cal, hanya diam karena tidak mengerti.
"Lancang sekali kamu, Cal. Kita tengah dalam keadaan bekerja sekarang." Gempita mencoba menahan amarah. Baru bertemu saja, Cal sudah membuatnya meradang.
"Ada banyak perubahan rupanya. Ini acara santai, Nyonya Gempita ...."
"Melviano Moiz." Dengan rasa jengkel, Gempita mengatakannya.
"Ah, iya, ini acara makan siang."
"Bukan berarti kamu bisa seenaknya bicara seperti padaku."
"Cal, ada apa ini?" June menegur dalam bahas asing.
Cal menjawab dengan bahasa serupa. "Ternyata Nyonya Gempita adalah teman semasa kuliahku dulu."
June cukup kaget. "Sungguh? Ini mengejutkan."
Termasuk keempat personil Walker High yang lain. Setidaknya, James sudah menduga kalau Cal pasti punya hubungan dengan Gempita. Terlihat dari tatapan pria itu sendiri.
"Entah kenapa aku merasa mereka musuhan." James berbisik pada rekan yang lain.
"Diamlah. Jangan sampai membuat June mengomel," kata Ryan.
Karena June, situasi menjadi sedikit mencair dari ketegangan antara Cal dan Gempita. Makan siang disajikan serta dinikmati. Tapi, tetap saja ada rasa tidak enak pada diri Gempi karena ia berhadapan langsung dengan Cal.
Gempita berdeham. "Maaf, saya permisi sebentar." Gempi bicara dengan bahasa Inggris.
"Silakan, Nona." June dengan ramah sekali mempersilakan. Pria dengan rambut cokelatan ini murah senyum, tetapi ada sisi tegas dalam dirinya.
Gempita ingin memuntahkan makanan yang telah masuk dalam perut. Melihat wajah Cal, membuat muak hingga perutnya terasa teraduk-aduk.
Sampai di toilet, benar saja. Ia memuntahkan seluruh makanan yang baru saja masuk. Mungkin ini juga pengaruh karena kebiasaan dirinya yang ingin terlihat ramping.
"Padahal beberapa hari ini sudah tidak lagi muntah. Kenapa sekarang malah begini?" Gempita telah memutuskan untuk mengubah pola hidupnya dengan lebih sehat. Ia makan sedikit demi sedikit agar tidak mengalami muntah.
Tengah membersihkan mulut, telepon berdering. Gempita meraih ponsel dari saku blazer yang ia kenakan. Tanpa fokus melihat, panggilan itu diangkat.
"Halo!" sembari bercermin, Gempita merapikan riasan di wajah. Sungguh sial! Harusnya tidak ada acara muntah segala. Ia meraih tisu di depan wastafel. "Halo!"
"Sayang ...."
"Oh, Sayang." Gempi mencoba untuk menenangkan diri karena yang menelepon adalah Melvin.
"Kamu baik-baik aja, kan?" suara Melvin terdengar berat dari sana.
"Aku baik. Bagaimana dengan kerjaanmu? Kapan bisa pulang?"
Suara helaan napas terdengar. Pikiran Gempi mulai tertuju pada hal negatif. Ini masih siang, suaminya ke Bali bukan pergi berbisnis, tetapi liburan bersama Nindi.
"Aku ... aku pulang Minggu atau Senin. Kamu lagi di kantor?"
"Aku lagi makan siang sama pengisi acara."
"Maksudmu band Walker High?"
Gempi mengangguk, meski Melvin tidak melihatnya. "Ya, acara resmi."
"Enggak sendiri, kan?"
"Sama Lusy dan lainnya."
"Maaf, ya, Sayang. Aku enggak bisa dampingi kamu di sana."
"Its okay. Aku tutup dulu. Masih banyak pekerjaan."
"Sayang, I love you."
"Love you too." Telepon diputus, dan malah Gempi merasa kembali mual. Ia berlari ke toilet, lalu memuntahkan isi perutnya di sana.
Berusaha menenangkan diri. Gempi membersihkan lagi bibirnya di depan wastafel. Merapikan riasan dan untungnya ia tidak meninggalkan tas selempang.
Perona bibir merah bisa membuat penampilannya cerah, dan bubuhan bedak agar terlihat segar. Gempi keluar, ia kaget lantaran ada Cal.
"Kupikir ini bukan toilet pria."
"Jelas bukan." Cal menarik tangan Gempi, membawanya masuk ke toilet lagi.
Tubuh Gempi yang kurus terbentur tembok saat Cal mendorongnya. Pria itu terlihat gusar, dan entah apa sebabnya.
"Menikah setelah putus dariku?" Cal menggigit bibir bawah seraya menatap Gempi dengan rasa tidak percaya.
"Putus? Kamu lupa kalau kita enggak punya hubungan apa pun. Kamu dan aku hanya pernah berbagi tempat tidur." Gempi menatap tajam
"Setidaknya kita pernah tinggal serumah. Apa yang membuatmu begini?" mata Cal melotot, memperhatikan Gempi. "Apa kamu tidak bahagia?"
"Bukan urusanmu." Gempi ingin pergi, tetapi tangan Cal menghalangi dengan menempel di dinding. "Apa maumu?"
"Sudah menikah selama tiga tahun." Cal mengumpat. "Jadi, ini yang kamu bilang namanya cinta?"
Gempi tertawa, merasa lucu akan tanggapan Cal. "Jadi, aku tidak boleh melanjutkan hidup? Kamu sendiri yang bilang kalau kita ini teman. Tidak percaya cinta, bahkan ketika teman-teman kita tanya, kamu enggak pernah akuin hubungan ini!"
"Aku bilang kalau aku nyaman. Kita bisa bersama. Bukankah itu cukup membuktikan kalau aku serius?"
"Kamu bayangin sendiri jika kamu yang ada di posisiku." Gempi berdecak. "Di luar sana, aku ditertawakan karena ngaku jadi pacar kamu. Enggak mikir sampai di sana?"
"Peduli setan atas ucapan mereka. Kamu yang udah ninggalin aku."
Gempi mendorong Cal. "Terserah kamu mau ngomong apa. Terserah!" teriak Gempi. "Hubungan kita sudah berakhir. Aku sudah punya suami dan kamu sendiri punya pasangan. Jadi, buat apalagi kamu ganggu aku? Semua sudah berakhir, Cal."
Setelah itu, Gempi keluar dari toilet dengan memendam amarah yang meletup-letup. Cal pun demikian, harinya rusak gara-gara hubungan yang dianggap belum selesai.
"Saya masih ada urusan di luar. Maaf sekali atas ketidaknyamanan ini." Gempi menangkupkan tangan kepada June serta personil yang lain.
"Anda baik-baik saja?" tanya June, yang ternyata cukup peka.
"Semua baik-baik saja, Tuan June. Saya hanya ada pekerjaan mendadak." Gempita masih berusaha menampilkan senyum, meski Cal sudah hadir di tengah mereka.
"Baiklah kalau begitu."
"Maaf sekali lagi. Saya harap Walker High menampilkan performa yang bagus." Gempita beralih pandang pada para personil.
"Tentu." Personil Walker High menyahut bersamaan, kecuali Cal.
Gempita berpamitan pada semuanya dan lekas pergi dari restoran hotel dengan didampingi oleh Lusy.
"Lusy, kamu di sini saja. Urus mereka." Gempita mengatakan itu setelah mobil miliknya tiba di depan loby hotel.
Wanita itu mengangguk. "Oh, ya, Bu, tadi saya lihat ...."
"Jangan katakan apa pun. Anggap kamu tidak pernah lihat aku dan Cal bicara."
"Maaf, Bu."
Jika hari Gempi dipenuhi keburukan, berbeda dengan Melvin yang tengah berada di Bali. Tentu saja, ia dan Nindi asik memadu kasih lantaran inilah waktu mereka untuk sebebas-bebasnya tanpa khawatir akan ketahuan.