Mentari dijodohkan oleh ayahnya dengan pria lumpuh. ia terpaksa menerimanya karena ekonomi keluarga dan bakti dia kepada orangtuanya.
apa yang terjadi setelah mentari menikah?
apa akan tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
apakah mentari bahagia? atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memutus Kerja Sama
"Ha__ha? Apa? Maksudnya gimana?" Mega dan Gendis tanya secara bersamaan.
Narti, Denok dan Dewi, langsung menganga tak percaya. Mereka tidak bisa mempercayai pendengaran mereka, karena barusan Beni mengatakan jika Dirga adalah keponakannya.
"Gimana bisa, Mbak? Kenapa mantu mas Bagas malah menjadi keponakan pak Beni? Itu nggak mungkin, kan?", tanya Denok dengan wajah memucat.
"Gimana nggak mungkin, Mbak? Wong, Pak Beni yang ngomong sendiri, bahwa Dirga itu adalah keponakannya dan perusahaan yang dia kelola selama ini adalah milik kakaknya yang bernama Dita. Berarti benang merahnya sudah tersusun, sebenarnya Dirga adalah anak orang kaya dan perusahaan yang ada didesa ini akan diwarisi Dirga. Duh, aku merasa kesal sekali, membayangkan ternyata suami Mentari yang lumpuh itu ternyata anak orang kaya raya!" ucap Dewi dengan nada yang menggebu-gebu.
Mereka bertiga tidak habis pikir, bagaimana bisa hal ini terjadi ? Mereka berarti sudah di tipu habis-habisan oleh Dita dan Revan, mereka mengaku sebagai seorang pembantu dan sopir tapi kenyataannya mereka adalah keluarga konglomerat.
Kericuhan yang terjadi di kursi para tamu undangan tidak menggoyahkan Beni. Dia sudah diijinkan Dita untuk membongkar semuanya. Dita duduk di tempat yang sudah disediakan untuk orang tua mempelai di pelaminan bersama Revan, mereka menyunggingkan senyum simpulnya.
Sedangkan disisi lain Bagas dan Laras ikut tegang dengan banyaknya tamu undangan yang ricuh dan terang-terangan membicarakan keluarga mereka. Karena jujur saja mereka tidak mendapatkan briefing, kalau hari ini keluarga Dita akan memaparkan kenyataan yang ada.
"Mas, kamu tahu kalau hari ini Om Beni akan mengadakan kebenarannya?" tanya Mentari sambil berbisik ke telinga Dirga.
"Ya, Mama dan papa sudah merencanakan semuanya. Mereka menyuruh Om Beni untuk mengatakan kebenarannya", sahut Dirga tanpa menoleh sedikit pun. "lagi pula cepat atau lambat mereka semua akan tahu, jadi tidak perlu ada yang di tutup-tutupi ", lanjut Dirga lagi.
"Aku cuma terkejut, Mas. Aku kira Mama tidak akan membongkar semuanya secepat ini, karena jujur saja ketika Mama berakting sebagai pembantu saja aku sudah terkejut", sahut Mentari lagi.
"Beberapa hari kedepan aku akan mengawasi perusahaan, jadi sewajarnya rahasia ini di buka untuk umum. Jangan sampai mereka terkejut dan terkena serangan jantung, saat mereka melihat yang ia kira anak seorang pembantu dan sopir masuk ke perusahaan sebagai pemimpin perusahaan ", kata Dirga dengan nada tenang.
Kericuhan yang terjadi langsung sunyi saat Beni mengangkat tangannya, dan ia memberi isyarat bahwa ia akan melanjutkan perkataannya yang belum selesai.
"Kalian semua pasti bertanya-tanya kenapa kami menutupi semua ini, sebenarnya bukan niat kami yang ingin membohongi kalian semua. Tapi ini semua terjadi secara tiba-tiba, kakak saya yang bernama Dita dan suaminya Revan yang berada di pelaminan sana mereka tiba-tiba mendapatkan ide, untuk berpura-pura menjadi pembantu dan sopir. Tentu saja itu dilakukan tidak hanya iseng, tapi sebaliknya... Mereka ingin mengetahui bagaimana sifat orang-orang yang ada didesa ini, terutama keluarga dari pihak mempelai wanita", kata Beni panjang lebar.
Suara tamu undangan yang terkesiap mulai terdengar lagi, tanpa di komando mata para tetangga melirik ke arah Narti, Denok, dan dewi yang sedang duduk. Mungkin saja mereka sudah memperkirakan, kalau kebohongan Dita buat untuk menguji saudara Bagas yang hatinya busuk.
"Dan kami sepakat untuk memaparkan rahasia dan juga kenyataan hari ini, sekaligus saya juga akan menyampaikan kalau Dirga beberapa hari kedepan akan masuk ke perusahaan sebagai pemimpin. Tentu saja saya hali ini saya sampaikan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu semua, karena di desa kita ini sebagian besar penduduknya memang bekerja di pabrik garmen milik keluarga kami. Jadi saya ingin memperkenalkan pimpinan baru kita kepada kalian semua", ujar Beni penuh semangat.
Masyarakat memang bekerja di pabrik garmen milik keluarga Dita dan Revan langsung bertepuk tangan. Mereka menyambut kedatangan pimpinan baru mereka dengan penuh semangat.
Sangat berbeda dengan wajah Narti, Denok dan juga Dewi yang terlihat memucat, mereka benar-benar tidak menyangka kalau Dirga lebih kaya dari dugaan mereka.
"Duh, gimana ini? Mana kemarin aku sudah menghina keluarga besan pak Bagas di depan pak Beni lagi. Aduh gimana ini? Jangan sampai kontrak kerjasama catering aku di perusahaan mereka di batalkan oleh mereka", ujar Mega frustasi.
...****************...
"Acar resepsi pernikahan kalian sukses besar, dan Mama benar-benar berterima kasih pada kalian yang sudah mau capek-capek untuk bersalaman dengan para tamu undangan yang begitu banyak ", kata Dita dengan penuh rasa syukur yang yang terpancar dari wajah cantiknya.
Saat ini jam dinding menunjukkan pukul 11.00 malam, acara sudah selesai dan keluarga inti saat ini berada di dalam rumah. Dita dan Revan malam ini akan menginap dirumah Mentari.
Beni dan istrinya juga belum pulang, mereka ikut duduk di ruang tamu dan berbincang dengan orang-orang yang ada disana.
"Seharusnya aku yang berterima kasih sama Mama, karena sudah membuat resepsi pernikahan yang diimpikan seluruh gadis dimuka bumi ini untuk aku. Acara tadi membuat aku benari takjub, bahkan untuk bermimpi pun aku tidak pernah ", kata Mentari dengan mata berlinang.
Mentari tidak menyangka kalau acar resepsi pernikahan yang disiapkan Dita begitu mewah dan glamor , dia dan keluarganya yang berasal dari keluarga miskin tidak pernah membayangkan akan menghadiri acara seperti tadi, apalagi menjadi tuan rumahnya sendiri.
Keluarga Dirga yang berasal dari kota juga sangat baik pada mereka. Meskipun mereka orang kaya, tapi mereka tidak melihat keluarga mentari dengan sebelah mata. Mereka bersikap ramah dan juga sangat baik.
"Kamu ini bicara apa sih, sayang? Kamu itu sekarang adalah mantu Mama , jadi sudah sepantasnya Mama membuat acara yang akan membuat kamu bahagia. mana tahu banget, bahwa setiap wanita pasti mempunyai pernikahan impian dan Mama harap acara tadi sesuai dengan keinginan kamu", kata Dita dengan lembut.
"Mama becanda? Bahkan acara tadi jauh banget dari apa yang telah aku bayangkan, itu terlalu hebat, Ma!" kata Mentari dengan semangat.
"Nah, gitu, dong! Mama sangat senang jika melihat kamu semangat seperti ini, jangan ada lagi tuh kamu menunduk atau merendah. Sekarang kamu sudah menjadi menantu kami", kata Dita sambil terkekeh.
"Nah, ngomong-ngomong masalah menantu. Sepertinya orang-orang didesa ini benar-benar terkejut, karena Dirga menantu Pak Bagas adalah anak orang kaya. Dan bukan anak dari pembantu dan sopir", kata Beni sambil melihat semua orang yang ada disana dengan penuh semangat.
"Saya tadi juga terkejut sekali saat mendengar Bapak ngomong seperti itu tadi, para tetangga dan tamu undangan yang mendengar sontak berbisik-bisik. Mereka sepertinya tidak menyangka kalau Bu Dita dan Pak Revan yang menyamar kemarin, ternyata adalah pemilik asli pabrik garmen tempat mereka bekerja", kata Bagas ikut berbicara.
"Ya, iyalah Pak. Mana mungkin mereka berekspektasi terlalu tinggi, saya harap mereka malam ini tidak terkena serangan jantung", sahut Beni terkikik geli.
"Oh, iya Ben. Kamu sudah mengerjakan apa yang Mbak minta kemarin?" tanya Dita tiba-tiba.
"Sudah Mbak. Aku sudah cari, tapi belum ketemu yang cocok. Nah, biar nanti aku cari lagi, deh", kaya Beni menyahuti.
"Memangnya ada apa Ma?" tanya Mentari penasaran.
"Itu loh, Mama niatnya mau memutus kerja sama perusahaan kita dengan pihak catering sebelumnya . Soalnya kan kontrak kerjasamanya juga mau habis, jadi Mama mau mencari catering lain untuk perusahaan kita", kata Dita tegas.
aku mampir yah, kayanya ceritanya menarik.
sukses selalu