Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Hampir sejam lebih Hana membersihkan halaman belakang yang sangat kotor karena sampah dedaunan kering berserakan dimana-mana. Entah daun kering itu datang dari mana. Karena hanya ada satu pohon yang berada di taman belakang, dan daunnya pun tidak sebanyak dengan daun yang berserakan.
Hana menghelah nafas, saat melihat semua dedaunan sudah berkumpul menumpuk di sudut rumah. Terbesit ide di dalam benak Hana, saat mata Hana tertuju pada balkon kamar. Hana dapat melihat jelas wajah Elang yang terlihat sangat senang melihat dirinya menderita. Dan senyum pun terukir di wajah Hana.
Dengan segerah Hana berjalan menghampiri pria yang sejak tadi berdiri bagai patung di sudut rumah.
"Kau punya korek api?" Tanya Hana saat Hana sudah berada di depan pria itu.
"Korek api?" Ulang pria itu sambil merogoh sakunya. "Ini nona korek apinya" kata pria itu sambil memperlihatkan korek di hadapan Hana.
"Aku pinjam dulu." Ucap Hana lalu mengambil korek api itu.
Elang memicingkan matanya menatap Hana yang berbicara dengan pengawal.
"Apa yang wanita itu bicarakan?" Gumam Elang. "Tunggu! Apa yang wanita itu ambil?" Tanya Elang pada dirinya sendiri saat melihat Hana mengambil sesuatu di tangan pengawal.
Elang langsung menelpon pengawal itu, mencari tahu apa yang Hana ambil dari pengawal itu.
"Sial!" Ucap Elang saat tahu, jika Hana mengambil korek api.
Hana tersenyum puas, saat api mulai menyala. Membakar dedaunan yang sudah menumpuk.. Dan saat kobaran api mulai membesar Hana pun dengan santainya berjalan meninggalkan api tersebut. Hingga membuat Elang langsung memberikan perintah pada para pengawalnya untuk mematikan api tersebut.
•
•
•
•
Aron tersenyum dengan sangat puas saat Atira memberikan kabar jika nona Hana kembali membalas apa yang tuan Elang katakan..
"Ternyata dia wanita tangguh juga" Ucap Aron setelah membaca pesan dari Atira.
Ada perasaan yang terbesit di hati Aron, saat pertama kali melihat Hana, entah kenapa Aron selalu mengingat Kana, dan Aron pun berjanji akan melindungi istri kontrak Elang. Cukup sudah kala itu Aron kehilangan jejak wanita yang ia cintai. Wanita yang ia sakiti, dan yang membuat Aron meyesali perbuatannya, kala Aron lari dari kenyataan dan meninggalkan wanita yang ia cintai.
"Aku belum mengenal siapa dirimu. Tapi aku sudah menganggapmu seperti adik perempuanku. Dan aku akan melindungimu dari perbuatan jahat adik kandungku" Ucap Aron.
"Hey bro.." Adit datang meyapa dan langsung duduk di sofa, di samping Aron. "Sudah lama sekali kita tidak bermain. Apa kau tidak rindu dengan masa-masa itu?" tanya Adit, namun Aron tetap saja diam tidak menjawab.
"Apa kau masih memikirkan gadis kampung itu?" tanya Adit dan Aron pun langsung menoleh ke arah Adit.
"Santai bro. Masih banyak wanita **** di luar sana. Ingat! Dia hanya wanita kampung yang ingin numpang hidup dengan pria seperti kita"
Tanpa menjawab perkataan Adit, Aron pun langsung memberikan bogeman mentah tepat di wajah Adit.
"Sekali lagi kau menghina Hana, maka aku tidak peduli siapa kau, aku akan melakukan hal yang tidak akan kau sangkah." Ancam Aron sambil menatap tajam pada Adit.
"Apa yang kalian lakukan?" Suara Elang menggelegar membuat kedua pria yang berada di dalam satu ruangan langsung menoleh ke sumber suara.
Aron langsung melepaskan cengkraman tangannya di kera baju Adit. Dan langsung berjalan keluar dari ruangan tanpa satu katapun yang keluar dari bibirnya.
"Ada apa dengan kalian?" tanya Elang, saat ia sudah duduk.
"Hanya masalah sepeleh." Jawab Adit lalu menyeka sudut bibrinya yang mengeluarkan sedikit darah segar.