Kisah Cinta Putra Gus Atha dengan Salah satu santri di pesantren Sang Abi. cinta itu datang seusai pernikahan, pernikahan terjadi hanya karena persetujuan kedua mempelai. Perjodohan tanpa penolakan dan tanpa skandal apapun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masakan Pertama
Pergerakan bumi serasa melambat bagi keduanya bak slow motion yang tak kunjung sampai pada penghujung hari. Nampak Hafla membersihkan rumah dan sang istri memasak di dapur barunya. Haseena nampak bahagia di ratukan oleh pemuda yang anggap aaja baru beberapa hari terakhir ini dia lihat. Hafla tidak pernah di rumah karena urusan dinas. Jika di rumah pun tak pernah keluar di hadapan santri- santri.
Aroma masakan menari - nari di indra penciuman Hafla yang sedang merapikan taman samping rumah. Senyumnya mengembang saat merasa ada kehidupan dalam rumah yang dia bangun 1 tahun terakhir ini.
Bahagia. Tentu.
Hafla berjalan menuju tempat cuci kaki dan tangan. Dia membersihkan dan merapikan semuanya. Langkah kaki terhent saat melihat istrinya dengan daster rumahan rambut di sanggul ke atas. Pemandangan menyebalkan baginya. Terlihat sangat menggiurkan saat melihat leher jenjang yang selama ini di tutup bahkan tadi pagi dia tak bisa melihat keindahan itu.
" Cantik! Harusnya jika di rumah pakai pakaian dinas rumahan saja Hum," ujarnya sambil meneguk air mineral yang sudah mulai berani menggoda istrinya. Sontak saja Haseena menoleh.
" Pakaian Dinas yang mana? Ini sudah enak di pakai mas," jawabnya fokus menumis sayuran.
" Jangan terlalu polos. Bukankah kamu anak metropolitan tidak mungkin tak paham," jawab Hafla terkekeh. Haseena memerah lagi pipinya.
" Aku tidak punya baju haram itu mas. Karena aku belum menikah sebelumnya," jawab Haseena dengam frontal sambil mencicipi masakannya. Hafla jadi tertawa saat ini.
" Hahahaha ... Akan ku antar kalau memang ingin beli," tawanya.
" Lagi mens ... Jangan ngaco kamu mas," jawab Haseena menyajikan masakannya. Hafla menganga di buatnya. Selain cantik dia juga jago masak.
" Siapa yang ngajari Hum?" tanya Hafla penasaran. Haseena menatap suaminya.
" Umma ... ! Kan mau di jadikan mantu jadi belajarnya sama Umma," jawabnya sambil berlalu. Hafla di buat speacless.
" Istri cerdas! Wajar Umma memilihkanmu untukku," jawab Hafla dengan menatap istrinya.
" Jangan membuatku kembali tersipu gus. Aku bukan siapa-siapa di bandingkan sampean," jawab Haseena membuat Hafla tidak suka. Dia menarik tangan istrinya yang terjatuh dan duduk di pangkuan Hafla. Tanpa aba-aba Hafla mencium bibir mungil istrinya. Dia nikmati keistimewaan yang Allah ciptakan itu dengan segala rasa syukur. Haseena nampak canggung dan kaku.
Deg. Deg. Deg.
Hati haseena berdebar merasakan pergerakan suaminya yang tiba-tiba. 30 menit berlalu mereka saling bertukar saliva untuk menyalurkan hasrat seorang muhrim. Namun Haseena menunduk malu hatinya sudah bersorak.
Hore.
" Jangan mengatakan hal yang merendahkan dirimu sendiri Hum. Mas tidak suka. Jika aku boleh mengubaj takdir tak akan ku biarkan orang tuamu menyakiti orang tuaku. Jangan menyalahkan masa lalumu. Usiamu memang masih muda tapi aku yakin tingkat kematangannya melebihi perempuan pada umumnya," tatapan penuh intimidasi itu membuat Haseena mengangguk. " Jangan di ulangi ... Aku menghargai masa lalumu. Maka belajarlah menghargai dirimu sendiri," lanjutnya.
" Terima kasih mas ... " jawabnya dengan mengusap aor matanya lagi. Hafla menghela nafas dan memeluknya.
" Ada apa lagi?" tanya Hafla.
" Aku merindukan mama dan papa mas," jawabnya pada akhir kesedihan. Selama ini dia tak pernah mengatakan rindu pada kedua orang tuanya. Setelah mengetahui keburukannya. Baru sore ini dia mengatakannya. Hafla tersenyum.
" Kita kunjungi makam mereka besok! Jangan melupakan mereka Hum. Merekalah yang memberikanmu kehidupan di dunia ini. Yang buruk biarlah berlalu," ucap Hafla. Haseena mengangguk paham.
" Bolehkah aku beranjak?? Ini sangat aneh ... " jawabnya. Hafla terkekeh dan melepaskan istrinya itu.
" Duduklah kita makan bersama!" serunya dengan mengambilkan piring untuk Haseena.
" Iya mas. Sini ... Biar Haseena bantu ambil!" jawab Haseena sambil mengisi piring samg suami.
" Alhamdulillah .... Hagla pasti akan menyesal melepaskanmu untukku," gumamnya.
" Apa?" tanya Haseena.
" Tidak ada ... " jawab Hafla.
" Bohong sekali .... " ucap Haseena.
" Maafkan adikku ya Hum ... " lirih Hafla sambil menyendokkan makanan.
" Itu haknya mas. Aku tidak apa-apa," jawab Haseena tersenyum tulus.
" Semakin Cantik jika mengulas senyum," goda Hafla lagi. Namun gadis itu hanya menunduk menutup rona yang ada di wajahnya tanpa menjawab sepatah kata pun.
Pasti Gus Hafla sudah salah ngomong. Dari tadi cantik mulu yang keluar dari lisannya. Ada yang aneh. Eeeiiittt ... Malunya aku! Gus Hafla sudah menciumku secara terang-terangan. Malah ini jantung berpacu dengan cepat memalukan. Sungguh.
Likeeeeee dong. Kasih boom like pleaseeee!!!!!!
