Kelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia 7 tahun. Mendengar kabar itu, pemerintah INTI langsung turun tangan dan mengirimkan Pasukan 13 untuk membawanya ke Negeri Nitmedden. Namun Raja Charles menitahkan untuk tidak membawa Gara dan menjamin akan keselamatan bangsa Supernatural. Gara mengasingkan diri ke Akademi Negeri Danveurn di wilayah Astbourne untuk memulai pencarian jati dirinya.
Akankah Gara mendapatkan jati dirinya? Bagaimana kehidupan asramanya di Akademi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cutdiann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 28: THE UNBELIEVABLE FUTURE.
"Vale pergi karna tidak menemukan tanda-tanda adanya kau di sini. Untung saja aroma Hybrid mu tidak dominan, atau bahkan nyaris tidak tercium sama sekali."
Begitulah perkataan Mr. Neanderthald, kepala sekolah Akademi Negeri Danveurn yang tengah duduk di depanku. Setelah aku sampai, Mr. Joseph langsung membawaku ke ruang kepala sekolah bersama guru-guru lain untuk berbicara padaku, dengan sajian yang memang kubutuhkan sekarang, darah segar dan ayam hutan yang sudah mati duluan. Aku dipersilahkan makan, sambil mendengar diskusi mereka.
"Sebenarnya aku tidak yakin dia menyerah begitu saja. Suatu hari pasti dia kan kembali, karena yang dia inginkan adalah melihat wajah anak-anak. Dia sungguh mengenali wajah Gara" sahut Mr. Chairoz.
"Aku mendukung Gara. Hanya saja yang membuatku terganggu selama ini adalah, jika semua orang tau dia akan menjadi Hybrid yang membahayakan Supernatural clan, kenapa tetap dibiarkan hidup sejak awal?" Pertanyaan itu membuat aku berhenti makan. Aku menatap serius Mr. Arthur.
"Apa maksud pertanyaanmu?" Tanya Mr. Neanderthald.
"Tenang, seperti yang aku katakan, aku mendukung Gara. Begini, alasan kuat apa yang membuat orang-orang pelindung Gara bersikeras untuk membiarkan Gara hidup, atau tidak jatuh ke tangan INTI? Mereka terdengar seperti ingin membantu untuk membuat Gara tidak menjadi Hybrid seperti dulu kala, tapi kenapa menolaknya?" Dia kembali bertanya.
"Jika dipikirkan, Mr. Arthur benar. Aku sendiri bingung, jika orang-orang yang melindungiku tau sejak awal, kenapa tidak menghabisi ku saat aku masih diperut ibu?" Pertanyaan itu keluar begitu saja.
Mr. Harold menjitak kepalaku, "Kau ini bagaimana. Orangtuamu pasti tidak ingin hal itu terjadi."
"Harold benar, Gara. Dan sebenarnya ada alasan lain. Sebulan sebelum Putri Annelise tau ia mengandungmu, Pangeran Damian mendapat surat dari seorang Oracle. Aku dan Pangeran Damian pergi mengunjunginya. Oracle itu bersumpah atas nama Moon Goddess, anak yang dikandung Putri Annelise nantinya adalah anak yang bisa menghancurkan INTI dan membongkar rahasia gelap mereka. Sayangnya, orang itu mati setelah kami pergi" jelas Mr. Chairoz.
"Kenapa bisa orang itu mati, tepat setelah kalian pergi? Itu terdengar cukup aneh" sambung Mr. Michael.
"Aku tidak tau, tapi kurasa ada yang sengaja melakukannya untuk membungkam mulutnya. Ketika kami kembali, orang itu sudah tiada. Rumah tuanya berantakan, seakan ada banyak sekali orang yang mengunjunginya."
Aku selesai dengan makanku, dan berdiri hendak pergi. Tidak tau kenapa, mendengar cerita merema membuat aku mengingat dengan gambaran yang kulihat waktu itu saat Psychofágos menyerap jiwaku. Tapi langkahku dihentikan Mr. Samuel, "Kau anak yang tidak punya sopan santun, atau apa?"
"Aku ingin menyendiri dulu" kataku.
"Ada apa, terjadi sesuatu? Apa lukamu terasa sakit lagi?" Mr. Abraham terdengar sangat khawatir.
"Tidak, kau sudah menyembuhkanku, jadi tidak terasa sakit lagi."
"Apa kau sedang marah, atau kau sedang sedih? Aku bisa melihat keduanya diwajahmu" aku tidak sedang marah atau sedih, Mr. Michael.
"Tidak, aku hanya perlu sendirian-"
Mr Arthur menyelaku, "Terjadi sesuatu 'kan padamu? Katakan saja, kami akan mendengarkan."
Aku dibuat duduk kembali oleh Mr. guru Samuel. Kenapa aku malah terjebak di sini.
"Tidak ada yang istimewa, aku hanya melihat kematian orang lain di kepalaku" aku akhirnya mengatakannya.
"Ceritakanlah secara detail, mungkin kami bisa membantu" begitu kata Mr. Chairoz.
"Saat Psychofágos menyerap jiwaku, aku melihat kehidupan wanita cantik dan laki-laki yang aku anggap adalah anaknya. Temanku bilang, bahwa itu adalah masa depanku" ceritaku.
"Apa Psychofágos bisa menyampaikan masa depan seseorang?" Tanya Mr. Michael.
Mr. Arthur menggelengkan kepala, "Aku tidak pernah mendengar tentang itu dari orang-orang yang selamat ketika Psychofágos menyerap jiwa mereka. Tapi untung saja, aku menahan makhluk itu sebelum sedikit jiwamu dimakannya."
"Jadi, hal itulah yang mengganggumu?" Kepalaku dipegang lembut oleh Mr. Chairoz, dan aku mengangguk iya.
"Tapi yang ku tau, Psychofágos bisa membuat seseorang berhalusinasi atau mengingatkan mereka pada hal-hal yang tidak ingin dikenang, sehingga orang itu semakin hilang arah dan membuat Psychofágos semakin mudah menyerap jiwa mereka" sambung Mr. Arthur tiba-tiba.
"Dengarkan Gara, seperti yang dikatakan Arthur, makhluk itu bisa membuat seseorang berhalusinasi," Mr. Michael mendekatiku. Angel lembut di depanku memelukku dalam kehangatannya, sembari mengusap punggungku.
"Dan sesungguhnya tidak ada yang bisa melihat masa depan dengan baik. Takdir selalu ada ditangan kita, bukan pada penglihatan atau pemikiran orang lain."
Perkataannya sejenak membuat pikiran itu menghilang, begitu saja aku memeluk Mr. Michael. Dia sama seperti ibuku, selalu bisa membuatku tenang.
Aku kembali ke asrama. Semua orang kelelahan, kami diberi waktu istirahat sampai besok. Lukaku masih harus diperban, bukan untuk menahan darahnya, tapi untuk menahan obat yang diberikan Mr. Abraham, begitu pula dengan luka cakar dipunggungku.
Psychofágos dipulangkan kembali sesegera mungkin oleh Mr. Arthur. Mereka menghilang begitu saja setelah dimasukkan kembali ke Pentagram Demon.
Seharian, kami hanya menghabiskan waktu memasuki kelas pelajaran, tidak ada kelas pagi di lapangan, atau sesuatu yang melelahkan kami. Besoknya, peringkat nilai ujian kami keluar. Nama-nama kami ada di sebuah kertas yang ditempel di majalah dinding. Di sana, clan yang memiliki kerja sama paling baik adalah Lycanthrope clan. Sedangkan namaku berada di peringkat kedua untuk kategori pembuat strategi. Dylan lah yang menjadi bintang utamanya.
Aku hendak menulis surat untuk kak Allegro, aku akan mengatakan cerita tentang hari-hariku di sini. Surat itu berisi bagaimana aku menemui ketujuh temanku, dan teman-teman satu clan lainnya. Tentang bagaimana sifat Lycanthrope ku muncul, pergi kesungai untuk pertama kali, bertemu 6 mantan Hunter lainnya yang sangat berpengalaman, tentang kemunculan sifat Vampireku, tentang ujian yang mendadak, dan bermain bersama Psychofágos hari ini. Aku menceritakan segala hal, kecuali hal-hal buruk yang terjadi padaku. Aku tidak ingin membuat kak Allegro, Ibu dan Ayah khawatir akan kondisiku.
Aku mempercayakan Light si burung gagak untuk menyampaikan suratku. Light terbang begitu saja setelah kukatakan bahwa aku mempercayainya, seakan dia mengerti saja apa yang aku katakan. Aku juga berharap, Light si burung gagak tidak kenapa-kenapa saat menuju Negeri Urcmoonth.
...※ ·❆· ※...
"Padahal kau tidak suka di sini, tapi kenapa kau ingin ikut sekarang, Allegro?"
Damian dan Allegro bersama sedang turun dari kapal besar mereka. Mereka baru saja tiba di pelabuhan Anchores yang ada wilayah Dorforwyn, Negeri Danveurn.
Allegro tersenyum melihat ayahnya, "Aku ingin mengunjungi Gara, ayah."
Damian terkejut, karena sebelumnya Allegro tidak mengatakan apa-apa soal rencananya ingin menemui Gara. Sebenarnya, Damian hanya akan mengurusi kenaikan tahtanya. Dia juga akan mengunjungi seluruh pack untuk melihat kondisi mereka.
"Kau membohongi ibumu?"
Allegro terkejut sambil naik ke kereta kuda mereka untuk melanjutkan perjalanan, "Aku tidak membohongi ibu. Soal aku ingin mengunjungi Gara itu sesuatu yang baru dipikiranku, baru saja."
"Untuk apa kau mengunjunginya, lebih baik berlatih pedang di kerajaan" Damian berusaha untuk membuat Allegro melupakan soal keinginannya itu.
"Aku merindukan Gara, rasanya sudah bertahun-tahun. Ayah tidak tau bagaimana aku tanpa Gara, harus bermain sendirian, latihan sendirian, aku seperti bukan diriku saja. Aku mohon ayah" pinta Allegro dengan sungguh-sungguh.
"Kau dan perasaan sayangmu pada adikmu, tapi bukankah lebih baik ikut dengan ayah untuk menemui calon tangan kanan ayah?" Sekali lagi Damian berusaha.
Sayangnya Allegro bersikeras untuk mengunjungi Gara, "Ayah ku mohon."
"Baiklah, kita akan pergi jika situasi bagus. Kau tau kan, Vale dan pemimpin pasukan lainnya sedang mencari keberadaan adikmu?"
"Iya. Saat dia menemuiku beberapa hari lalu, dia juga bertanya kemana Gara pergi. Bukankah itu aneh, ayah? Padahal perjanjian itu sudah jelas, bahwa mereka akan membawa Gara ketika dia berumur 14 tahun. Meski keberadaan Gara diketahui atau tidak, seharusnya mereka tidak mencarinya seperti itu. Seakan jika mereka menemukan Gara, mereka akan mengawasinya tiada henti, memastikan Gara tidak akan lari ketika umurnya telah tiba" ucap Allegro.
Damian tersenyum bangga mendengar hal itu dari putra Vampirenya, dia mengusap kepala Allegro lembut, "Kau benar. Mereka ingin menandai Gara."
"Ah! Itu Light!" Allegro menyadari burung gagaknya sedang terbang di atasnya. Dengan suara lantang dia memanggil burung gagak dengan nama Light itu. Light yang terbilang patuh itu langsung turun, mengenali suara pemiliknya dengan jelas. Light masuk ke kereta dan mendarat dipangkuan Allegro.
"Surat... ini pasti dari Gara!" Allegro terlihat sangat senang. Ia pun mengambil surat itu dan membacanya dalam hati.
Damian yang sedang memperhatikan wajah anaknya itupun ikut tersenyum-senyum. Ayah dari dua anak itu tau, Allegro sedang benar-benar merindukan adiknya. Dia tau, Allegro dan Gara jarang tidak bertemu satu sama lain seperti ini. Mereka akan menghabiskan waktu bersama sepanjang hari. Meski putra pertamanya harus pergi ke Akademi pagi-pagi, tapi Gara selalu menunggu di gazeboo kerajaan.
Damian ingat sekali saat-saat seperti itu. "Apa yang dia katakan dalam surat itu?"
"Banyak hal. Ah aku ingin sekali menemuinya, memeluknya sampai dia ingin menangis" Allegro memeluk dirinya sendiri sambil membayangkan hal itu.
"Hahaha, adikmu itu jarang sekali menangis. Terakhir kali kita melihat dia menangis saat ia terjatuh. Itu pun dia masih sangat kecil, sekitar umur 4 tahun."
Allegro yang sangat kebetulan membawa perlengkapan menulisnya hendak membalas surat Gara, lagi pula dia tau, dirinya sedang di Danveurn. Surat itu pun akan lebih cepat sampai ke tangan adiknya. Dia menulis dengan perlahan, karna getaran-getaran yang terjadi akibat kereta sedang berjalan di tanah penuh kerikil.
Setelahnya, dia mengirimkan Light untuk kembali ke tempat Gara. Dan perjalanan mereka berlanjut.
...※ ·❆· ※...