Aku menganggap mereka sebagai keluarga, mengorbankan seluruh hidup ku dan berusaha menjadi manusia yang mereka sukai, namun siapa sangka diam diam mereka menusukku dari belakang. Menjadikan ku sebagai alat untuk merebut kekuasaan.
Ini tentang balas dendam manusia yang tak pernah dianggap keberadaan nya. Membalaskan rasa sakit yang sebelumnya tak pernah dilihat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laxiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dobble Malu
Malam itu Gina baru pulang dari kantor. Dia harus bekerja dua kali lebih keras dari biasanya, karena isu politik dalam artikelnya membludak pembaca.
Dia tidak sia sia selama ini menulis artikel tentang pemerintahan juga isu politik, karena sedikit demi sedikit masyarakat yang membacanya mulai peduli pada kinerja pemerintah.
Beberapa dari mereka juga meninggalkan komentar baik, tak ayal artikelnya beberapa kali dibanned. Tapi banyak dari pembaca setianya terus menerbitkan ulang, sehingga artikel tersebut tidak hilang begitu saja.
Tidak mudah memang untuk tetap konsisten pada hal tersebut, apalagi ia sering terkena omel atasan juga beberapa akunnya diblok dan dilarang menerbitkan artikel.
Tapi Gina harap dengan demikian, masyarakat bisa lebih melek terhadap politik, dan tidak hanya manut terhadap pemerintah yang berlaku tidak adil.
Gina duduk diatas trotoar, menunggu ojek yang telah ia pesan sebelum nya. Ia melepaskan kaca mata yang digunakannya, mengeluarkan obat tetes mata dalam tas yang ia bawa lalu meneteskan nya pada mata. Duduk berjam jam menatap layar komputer membuat matanya kering.
Bukannya tukang ojek yang datang menghampiri dirinya, melainkan mobil hitam berhenti tepat didepannya. Perasaan Gina mulai tidak enak, ia siap siaga menghidupkan handphone nya dalam mode merekam.
Dari mobil tersebut keluar beberapa orang berpakaian hitam, menggunakan masker. Orang orang itu mulai mendekati Gina lalu menyeret nya untuk masuk kedalam mobil.
"Lepasin, kalian siapa?" Gina berusaha memberontak. Ia menendang kedua pria itu menggunakan kaki jenjangnya lalu berusaha kabur.
Sambil berlari, ia melakukan siaran langsung dan mengarahkan kamera tersebut pada orang orang yang sedang mengejarnya.
"Kalian bisa lihat, orang yang ada dibelakang saya mereka tengah mengejar saya. Saya tidak tahu mereka menginginkan apa, namun yang jelas mereka ingin membawa paksa saya masuk kedalam mobilnya. Saya hanya bisa bilang jika saya tidak menulis artikel besok, atau tiba tiba menghilang tolong cari saya, dan laporkan pada polisi atas penculikan." Gina terus berlari sekuat tenaga, untuk terlepas dari orang orang itu.
"Hey berhenti!" Ucap orang orang itu sambil terus mengejar Gina.
Pengikut Gina cukup banyak di sosial media, dia melakukan siaran yang menonton nya bahkan sampai dua ribu orang lebih.
Rehan baru saja pulang kantor, jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Sebenarnya ia tidak lembur, namun dirinya malah ketiduran diruang istirahat.
Ia menjalankan mobilnya secara perlahan, memutar musik kesukaannya sambil menikmati pemandangan ibukota. Biasanya saat dirinya pulang ke kampung halaman, jam sepuluh malam sudah sangat sepi, semua orang berada didalam rumah nya masing masing untuk beristirahat.
Namun lain kota dengan daerah metropolitan itu, seakan akan siang dan malam nampak seperti sama. Tidak ada namanya jam istirahat untuk kota tersebut, bahkan pasar shubuh saja bukanya dari jam 12 malam.
Rehan menginjak rem mobilnya secara mendadak, saat tiba tiba saja seorang wanita muncul tepat dihadapan mobilnya. Beruntung Rehan menjalankan mobilnya tidak terlalu kencang, jika tidak orang yang ada dihadapannya pasti sudah tertabrak.
Rehan membuka kaca mobilnya, lalu ia melenggokkan kepalanya pada luar jendela. "Hey, anda gila!" Ucap Rehan pada wanita yang berada didepan mobilnya.
Tidak disangka, bukannya pergi wanita itu malah masuk kedalam mobilnya lalu menyuruhnya untuk pergi. "Cepat jalankan mobil nya."
"Hey, anda siapa menyuruh saya?"
"Saya mohon cepat jalankan mobilnya, nanti saya bayar berapapun tarifnya."
Rehan menatap keluar jendela, beberapa orang dengan pakaian serba hitam muncul. Mereka seperti tengah mencari seseorang. Rehan menatap wanita yang terus menundukkan kepalanya, sambil menutupi wajah. Sepertinya dia yang di cari oleh orang orang tersebut.
Rehan akhirnya menjalankan mobilnya, meninggalkan orang orang itu yang masih kebingungan mencari keberadaan wanita itu.
Gina merasa lega, ia kembali duduk tegak lalu memunculkan wajahnya didepan layar kamera.
"Teman teman akhirnya saya bisa lolos, berkat bantuan orang baik yang berada disamping saya. Saya pasti berjanji akan membalas kebaikan orang tersebut." Gina kemudian mengalihkan kameranya menuju Rehan. "Tolong sapa penggemar saya Tuan pahlawan."
Saat kamera menyorot wajah pria yang telah menolongnya, sontak Gina menjatuhkan handphone yang ia pegang. Dia tidak tahu jika orang itu adalah orang yang dikenal olehnya dan memiliki hubungan kurang baik dengannya. 'Mending ketangkap kalau tahu dia orang nya.' Ucap Gina dalam hati.
Rehan kembali menginjak rem secara mendadak, saat tahu siapa orang yang telah diselamatkan oleh nya.
"Aww..." Ucap Gina merintih kesakitan karena kepalanya terpentok keras pada depan mobil.
"Kamu...." Ucap Rehan tak habis pikir dengan siapa yang ada disampingnya saat ini.
Gina menutupi wajahnya, "Terima kasih atas tumpangan nya." Gina kemudian membuka pintu mobil lalu buru buru keluar dan pergi.
Rehan yang melihat perempuan itu turun, juga ikut turun. "Hey, tunggu."
Namun Gina tetap saja melanjutkan langkahnya, bahkan gadis itu sama sekali tidak menengok kebelakang.
"Jangan lupa bayar tarif perjalanan!" Ucap Rehan sedikit berteriak, pemuda itu kemudian kembali masuk kedalam mobil dan meninggalkan tempat tersebut.
Gina berjongkok dibawah pohon, ia mengacak rambutnya sendiri. Bisa bisanya dia tidak tahu siapa orang yang ia masuki mobilnya. Mau ditaruh dimana wajahnya, apalagi tadi pria itu minta dirinya membayarnya, benar benar perhitungan.
Rehan menyunggingkan bibirnya saat kembali mengingat wajah gadis itu. Setalah tahu siapa yang menolongnya gadis itu langsung menutupi wajahnya dan bergegas keluar, pasti saat ini dirinya sedang malu.
Rehan membuka handphone nya, lalu mencari media sosial tentang gadis tersebut. Dia sedikit tercengang saat tahu gadis itu mempunyai banyak sekali pengikut.
Rehan mengirimkan pesan lewat Instagram, tidak ada salahnya bukan sedikit menjahili gadis sombong itu.
"Jangan lupa bayar tarif perjalanan mu, nona jurnalis."
Gina yang baru saja sampai dirumah langsung merebahkan tubuhnya yang sangat terasa lelah. Hari itu sungguh banyak sekali kejadian yang menguras otak serta tenaganya.
Dia membuka handphone dan mendapati satu pesan masuk pada Instagram miliknya. Gina memang biasa mendapatkan berbagai macam pesan masuk, baik di sosial media miliknya atau nomor pribadinya.
Dia akan membaca pesan tersebut, namun sekiranya itu akan mengancam ketentraman hidupnya, maka tak segan segan akan memblokir orang tersebut.
Gina membuka pesan tersebut, sudah tidak perlu dicari tahu lagi siapa yang mengirimkannya.
"Bagaimana kalau kita anggap impas, karena anda dulu pernah menuduh saya seorang teroris."
Rehan yang mendapatkan balasan langsung cepat membacanya. Ia kemudian mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan tersebut.
"Wahai nona jurnalis, apakah anda lupa? Bahwa anda telah membalas saya dengan mengirimkan banyak wanita ketempat saya bekerja, lalu membuat artikel dengan wajah saya yang telah anda edit sebelum nya?"
Membaca balasan dari Rehan, Gina menepuk jidatnya sendiri. Dirinya sampai lupa telah berbuat demikian, akibat terlalu banyak artikel yang telah ia buat.
"Astaga, malunya jadi dobble." Ucap nya merutuki diri sendiri.
Tolong dijawab