NovelToon NovelToon
ALEXANDRIA CEGILKU

ALEXANDRIA CEGILKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / BTS / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu
Popularitas:932
Nilai: 5
Nama Author: story_Mawarmerah

"Berhenti deket-deket gue! Tinggalin gue sendiri, kehadiran lo cuma buat gue lebih repot!" ~ Lengkara

"Aku gak akan berhenti buat janji yang aku miliki, sekuat apapun kamu ngehindar dan ngusir aku, aku tau kalo itu cara kamu buat lindungi aku!"

###

Alexandria Shada Jazlyn ditarik kerumah Brawijaya dan bertemu dengan sosok pmuda introvert bernama Lengkara Kafka Brawijaya.
Kehadiran Alexandria yang memiliki sikap riang pada akhirnya membuat hidup Lengkara dipenuhi warna.
Kendati Lengkara kerap menampik kehadiran Alexandria, namun pada kenyataanya Lengkara membutuhkan sosok Alexandria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon story_Mawarmerah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1. PERTEMUAN

“Ibu, aku lapar!” cicitan disertai rengekan itu keluar dari seorang gadis yang usianya sekitar delapan tahun. Ia menatap sang ibu yang tengah berjongkok dan sesekali meringis di bawah terik matahari sembari mencabuti rumput-rumput liar disekitar pekarangan.

“Sebentar yah nak, sabar! Lexa jalan kepinggir saja minta minum sama mba pelayan di dalam!”

Gadis bertubuh mungil itu mengangguk, dari pekarangan luas ini Alexandria yang akrab dipanggil Shada itu bisa melihat anak-anak seusia dengannya tengah bermain, tiga anak laki-laki dan satu anak gadis. Rumah ini memang bukan rumahnya, melainkan rumah saudagar kaya raya dari keluarga Brawijaya yang menjadi orang kaya sekaligus terpandang di kota bahkan negeri ini.

Shada mengikuti instruksi sang ibu, ia berjalan kepinggir pekarangan dan berakhir pada pintu belakang yang menjadi akses dapur.

“Mba aku boleh minta minum?” kata Shada terlewat polos, ia meminta pada  gadis dengan pakaian pelayan.

“Kamu mau minum? Sebentar yah, kaka ambilin!”

"Terima kasih!" Shada membungkuk penuh syukur.

“NGGAK!”  teriakan itu memenuhi seisi dapur, teriakan dari anak laki-laki yang berlarian menghindari para pelayan yang di tugaskan untuk merawatnya.

“Lengkara gak mau makan, Lengkara mau bibi!” teriaknya masih menggelegar, sampai seorang wanita cantik menyergah, dengan begitu anggun ia meminta para pelayan menepi.

“Lengka sayang ini bibi, Lengkara makan dulu yah! Bibi janji nanti kita bakal ketemu Bibi Cecil, Cuma buat beberapa hari ini Lengkara nginep dulu disini!” Wanita cantik bernama Liliana itu tersenyum, dengan begitu hati-hati ia mendudukan sang keponakan pada meja dimana sebuah roti isian daging dan makanan mewah sudah begitu tersaji untuk Lengkara.

Sementara Shada mendapatkan minumnya, ia meneguk air minum dalam sekali tarikan nafas seraya menatap meja yang penuh dengan makanan.

“Loh, kamu haus yah?” kata pelayan yang menyerahkan air, membuat Liliana menoleh dan tersenyum menatap Shada. “biar kaka ambilkan lagi yah!”

Shada menunduk dan membungkuk kecil pada Liliana. Menunjukan hormat pada pemilik rumah karena ternyata Liliana tidak keberatan dapurnya dipijaki orang asing bahkan anak dari pelayan serabutan.

“Dimakan yah nak!” kata Liliana pada Lengkara, ia menyodorkan roti berisi daging atas permintaan Lengkara.

“Enggak!”

PRRAAANKKKK….

Gelagar itu bergema manakala Lengkara menyingkirkan makanan dimeja, membuat itu berantakan sampai berserakan mengenai Shada.

Para pelayan begitu sigap untuk membereskan kekacauan atas ulah Lengkara, Liliana memejam sementara Lengkara melempar irisnya pada posisi pintu dimana Shada menggeser tubuhnya untuk menutupi roti yang tergeletak dilantai, lalu Shada berjongkok memungutnya.

Shada tersenyum, gerakan gadis itu begitu cepat ditengah kemelut yang dilakukan Lengkara. Sudah dipastikan jika ia begitu cekatan. Sampai Shada menatap Lengkara gadis itu bukannya menunduk setelah ketahuan mengambil dan menyembunyikan roti, melainkan mendongak seakan menantang Lengkara atas apa yang sudah ia lakukan.

Shada bahkan mengepalkan tangannya aksen memberikan tinjuan pada Lengkara.

“Ada apa ini?” Suara itu mengudara, seorang wanita diatas setengah baya berjalan memasuki dapur, Ia adalah Merian Barawijaya. Liliana dan para pelayan menunduk, tapi Lengkara masih menatap Shada dengan tatapan tak suka.

“Maaf ibu” jawab Liliana, “Lengkara masih merajuk dan ingin bertemu Cecil!”

Liliana menjelaskan kronologis, sementara Shada mulai mundur setelah mendapatkan botol air yang diberikan pelayan atas kode Liliana tadi.

“Iya juga belum mau makan sedari kemarin!”

“Lengkara bukan gak mau makan!” Sela Lengkara benar-benar berani, ia menatap presensi Shada yang sudah berjalan beberapa langkah memunggungi. “tapi makanan Lengka diambil pencuri!”

“Pencuri? Mana ada pencuri sayang?” Para pelayan bahkan Liliana tak mengerti akan ucapan Lengkara.

“Ituh, anak itu curi roti Lengkara!”

Deg!

Langkah Shada seketika berhenti, tak membuang waktu ia berbalik pada Lengkara dan menatap semua orang yang kini menatapinya heran.

“Nggak Tuan Muda, anak itu cuma minta minum tadi, maaf nyonya dan Nyona besar, saya yang memberi akses masuk kesini karena anak itu minta minum dan kehausan. Ibunya sedang bekerja di taman depan!” sang pelayan nampak takut-takut, yang ia hadapi adalah Merian Brawijaya pemilik perusahaan Wijaya dan semua kekayaan ini.

“Lengka sayang, gak ada yang curi makanan Lengka, bibi buatin lagi saja yah nak!”

“Nggak, Lengka gak mau, anak itu memang curi makanan Lengka, Lengka maunya makanan itu!” tunjuk Lengkara pada Shada “coba cek saja dia memang curi makanan Lengkara”

Sang pelayan hendak melangkah, tapi Shada malah lebih dulu berjalan dan menyibakan baju lusuhnya, benar jika Shada menyembunyikan roti itu disebalik bajunya. Shada menunduk setelah menatap Merian dan Liliana tanpa takut sedikit pun.

“Maaf, rotinya saya bawa karena tadi sempat dilempar ke teras! Saya fikir rotinya gak akan lagi dimakan, tapi ini saya kembalikan untuk dimakan Tuan muda!”

Shada tersenyum pada Lengkara yang semakin menatapnya kesal, sementara Merian menaikan satu alisnya pun para pelayan yang saling berbisik untuk aksi frontal Shada. Gadis itu begitu berani membuat Lengkara diam dengan tatapan tak suka.

Maksudnya mana mungkin juga Lengkara mau memakan roti yang sudah disilipkan diperut seseorang.

“ALEXANDRIA!!” Pekikan ini keluar dari ibu Shada, wanita itu tergopoh-gopoh dan menangis meminta penghampunan, tentu setelah apa yang dilakukan Shada. Ia memang mendengar berita sekilas dari pelayan lain jika terjadi keributan di dapur tanpa mengetahui jelas kronologi Shada sebenarnya.

“Bukannya ibu bilang nanti nak!” Shada menatap sang ibu yang sudah menangis pilu, pasalanya kini ia benar-benar di kelilingi seolah dihakimi, bahkan anak-anak yang main di pekarangan tadi pun sontak mendekat menjadi penonton.

“Maaf ibu” cicit Shada begitu lirih, wajahnya memerah dengan sudut matanya yang berair, “tapi Alexandria lapar ibu!” Shada menjatuhkan air matanya, sampai ibu Shada berhenti menangis, ia mematung beberapa saat lalu menjatuhkan tubuhnya tak sadarkan diri.

*******

“Ibu kamu sudah ditangani Dokter!” Kata Merian sembari menyeruput teh nya di meja. Pada akhirnya ia menarik Shada ke ruangan miliknya dan ibu Shada sudah ditangani Dokter pribadi keluarga Brawijaya.

Ibu Shada memang memiliki penyakit cukup serius, dan faktor kelelahan serta kurang asupan makanan membuat tubuhnya drop.

“Terima kasih Nyonya besar!” Shada mengangguk dan menunduk hormat, ia cukup beruntung karena orang yang memanggil sang ibu untuk bekerja ternyata orang baik.

“Saya tidak akan berlama-lama, tapi bisa kamu jelaskan kronologis kenapa cucuk saya seperti itu sama kamu?”

Seketika Shada mendongak menatap Merian dihadapannya.

“Iya.. terkait kejadian di dapur tadi siang!”

Shada menarik nafas, kendati di tatap seorang nyonya besar dengan penampilan dan pembawaan Merian yang kuat tapi Shada bahkan tidak geming dan takut menatap wanita tua itu. Membuat satu sudut bibir Merian tertarik akan keberanian yang di tujukan Alexandria padanya.

“Saya kesal karena dia membuang-buang makanan tadi, padahal diluar masih banyak orang kelaparan!”

Merian terkekeh “Jadi kamu menantang cucuk saya?” Shada menunduk, kini jari-jemarinya mulai meremati ujung baju miliknya.

“Dia memang terlihat keras dan sedikit berbeda dari anak-anak pada umumnya, tapi dia baik, dia hanya butuh dirangkul dan dimenangkan hatinya!” Merian menghela nafasnya dalam-dalam, ada cekat getir saat wanita tua itu mengatakan demikian.

Untuk apa yang sudah terjadi pula pada keluarganya terlebih kedua orang tua Lengkara yang sudah tiada. Sekedar informasi jika kiranya yang membuat Lengkara berbeda adalah kepergian kedua orang tuanya yang meninggal dihadapan dirinya sendiri.

Tepatnya karena sebuah kecelakaan yang disinyalir kecelakaan tunggal hingga mobil yang dikendarai Lieus meledak dan merenggut ia bersama sang istri, meninggalkan anak satu-satunya mereka yakni Lengkara Kafka Barawijaya.

Dari sana Lengkara memiliki trauma akibat guncangan yang menimpanya. Lengkara memiliki penyakit mental Post Traumatic Syndrom Disorder, [PTSD] sehingga Lengkara lebih mengasingkan diri dan menutup dirinya, ia jadi anak pemurung dan tidak mudah terpengaruh, Lengkara bahkan sanggup tidak berbicara seharian atau kadang ia tantrum saat traumanya muncul.

Itu membuat Merian bingung karena bagaimana pun Lengkara adalah cucuknya yang akan mewarisi sebagaian kepemilikan harta Merian.

“Sebenarnya saya berterima kasih sama kamu!” lanjut Merian yang seketika membuat Shada mendongak lagi. “iya, saya berterima kasih karena kamu bisa memenangkan atensi Lengkara semudah itu!”

Maksud Merian ia berterima kasih karena berkat Shada Lengkara mampu bereaksi sefrontal dan selincah tadi. Biasanya Lengkara begitu diam dan pemurung.

“Alexandria Shada Jazlyn!” panggil Merian lagi “kamu dan ibu kamu sedang butuh bantuan atas hutang-hutang peninggalan mendiang ayahmu, bukan?”

Shada mengangguk, ia menatap Merian penasaran, kenapa bisa wanita tua itu mengetahui apa yang terjadi padanya? Tapi ini cukup menunjukan juga seberapa power dan adikuasanya Merian serta keluarga Brawijaya lewat orang-orang Merian.

“Saya bisa membantu kamu dan Ibu kamu, tapi dengan satu syarat!”

“Apa Nyonya Besar?”

Merian tersenyum, wanita itu menatap Shada dengan tatapan sulit difahami, kendati demikian Shada cukup menyimpulkan jika wanita tua dihadapannya nampak serius.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!