Kimberly adalah seorang pengantin yang memasuki altar pernikahannya, namun terkejut di atas altar itu sudah ada adik angkatnya bersama calon suaminya yang telah bertukar cincin.
"Maafkan Aku, aku sudah salah. Akulah yang merayu Kak Ramon sampai akhirnya aku hamil 1 bulan dan,, dann,,, terpaksa hari ini kami,,," ucapan adik angkat Kimberly yang menggantikannya menikah, sungguh di luar dugaan!
Ternyata selama ini, semua orang telah menipunya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Keraguan Ramon
"Menurutmu dia benar-benar keguguran karena memikirkanku atau karena dia cemas anak yang dikandungnya itu bukan anakmu?" Ucap Kimberly dengan sebuah senyuman mengejek di wajahnya membuat tubuh Ramon menegang.
Ramon berbalik menatap dua perempuan di belakangnya, melihat ekspresi keduanya yang tampak terkejut.
"Jallang kecil itu!!!" Nyonya Genandra berbicara dengan geram.
Sementara Berlian yang menyadari situasinya pun langsung berdiri menggenggam kedua tangan Ramon, "kau tidak mempercayai apa yang dia katakan kan? Tidak mungkin aku menggugurkan anak kita! Tidak,,, itu tidak mungkin! Itu adalah bayi kita berdua, bayi kita! Kau tahu aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu dan membunuh darah dagingku sendiri kan?" Mata Berlian berkaca-kaca menatap sang suami, begitu cemas suaminya akan mempercayai ucapan Kimberly.
"Kau yakin itu anak kita?" Ramon bertanya dengan kening berkerut, dia tahu bahwa sebelumnya Berlian memang pernah berniat menggugurkan kandungannya itu karena tidak ingin merusak hubungannya dengan Kimberly.
Tapi,,,, Apakah itu hanya alasannya tempo lalu untuk menggugurkannya?
Bagaimana kalau sebenarnya Berlian menyimpan sesuatu yang lain?
Berlian menggelengkan kepalanya, dan seketika air mata jatuh runtuh di pipinya membuatnya terlihat begitu menyedihkan, "Tentu saja tidak! Kau harus percaya padaku! Itu anak kita! Darah daging mu! Kau tahu aku sangat bahagia saat kau bilang akan memilih aku dan anak itu, jadi tidak mungkin aku menggugurkannya dengan sengaja! Itu semua kecelakaan! Sungguh! Aku tidak berbohong!" Tubuh Berlian menjadi gemetar, memegang erat kemeja Ramon, tampak begitu rapuh.
"Apa sekarang kau meragukan cucuku? Apa hanya saya begitu saja kepercayaanmu pada cucuku?!" Giliran Nyonya Genandra lah yang berbicara sambil menatap Ramon dengan tatapan tajamnya.
Pada akhirnya ia tak mampu terus bertahan di bawah tekanan 2 perempuan itu, dia memeluk Berlian dengan erat, mengusap punggung perempuan itu sambil berkata, "aku percaya padamu. Tentu saja aku percaya."
"Hiks,, hiks,, hiks,,, itu benar-benar anak kita! Anak kita yang malang hiks,, hiks,," isak Berlian di dalam pelukan sang suami.
"Sudah, ayo bawa dia pergi, semua orang melihat ke arah kita," kata Mesila saat melihat orang-orang di sekitar mereka mulai memperhatikan mereka.
"Ayo pergi, kau perlu menenangkan diri," ucap Ramon akhirnya merangkul sang istri pergi dari sana menuju parkiran.
Setelah tiba di mobil, Berlian duduk dengan tangan yang masih gemetar, menatap pria di sampingnya yang sementara menyalakan mesin kendaraan, "Aku tidak percaya Kakak akan berkata seperti itu. Aku,,,, sepertinya Kakak sudah benar-benar membenciku sampai-sampai mengarang sesuatu yang jahat seperti itu untuk memfitnahku," ucap Berlian.
Mesila yang duduk di kursi penumpang di belakang menganggukkan kepalanya, "dia memang sudah keterlaluan! Dia bahkan mengatakan akan menggunakan saham 15% miliknya itu untuk melawan kita. Hah,,, meski saham itu tidak akan berarti karena jumlah saham yang kita miliki semuanya masih jauh di atasnya, tapi sungguh sayang kalau saham banyak itu benar-benar jatuh ke tangan orang yang salah. Kakekmu juga keterlaluan, bisa-bisanya Dia memberikan saham sebanyak itu untuknya," gerutu Mesila sambil memijat keningnya.
Berlian memijat dahinya mendengar ucapan sang nenek, "nenek, bukankah kakek juga memiliki 25% saham di awesome entertainment? Apa jangan-jangan kakek telah memberikan sahamnya itu pada kakak?" Kata Berlian membuat Ramon menatap sang istri.
Kalau saham itu juga atas nama Kimberly, maka mereka dalam masalah besar.
"Itu tidak mungkin!" Mesila berbicara, "dia tidak akan memberikan 25% saham itu padanya. Dia pasti akan memberikan saham 25% itu pada ayahmu, jadi kau tidak perlu mengkhawatirkannya," ucap Mesila penuh keyakinan.
Berlian mengangguk, dia merasa lega mendengar ucapan sang nenek karena dia tahu semua saham yang ada di ayahnya, Ibunya, dan di neneknya pasti akan menjadi miliknya suatu saat nanti.
Bagaimanapun, Putri kandung mereka telah menjadi lawan mereka sendiri, jadi tidak ada lagi yang akan meneruskan perusahaan itu selain dirinya Yang kini sudah resmi menjadi anak tunggal di keluarga itu.
Memikirkan hal itu, Berlian pun tersenyum senang, tidak masalah tentang 15% itu, memang sayang untuk dibayangkan, tetapi setidaknya ia akan memiliki bagian 80% saham awesome entertainment.
Ramon pun terus mengendara, ia mengantar kedua orang itu kembali ke kediaman Genandra sebelum lanjut menyetir untuk kembali ke kantornya bekerja.
Begitu tiba di kantor, Ramon berusaha untuk fokus bekerja, tetapi sulit untuk melakukannya, dia terus terngiang-ngiang ucapan Kimberly di cafe tadi.
Cukup lama terdiam memikirkannya, akhirnya Ramon memutuskan memanggil asistennya.
"Ya, Tuan," ucap sang asisten setelah dia memasuki ruangan CEO.
"Aku ingin kau menyelidiki bayi 3 tahun yang lalu, jika masih bisa mendapatkan hasil tes DNA antara aku dan bayi itu, dapatkan segera!" Perintah Ramon Pada asisten.
"Maksud Bapak,, anak bapak dengan nyonya?" Tanya sang asisten merasa ragu-ragu.
"Ya," Ramon mengangguk, "Lalu bagaimana penyelidikanmu tentang pernikahan Kimberly? Apa kau sudah menemukannya?" Tanya Ramon.
"Nona Kimberly telah mengubah namanya dan melepaskan marga Genandra di belakangnya. Dan Saya berusaha untuk mencari tahu pernikahannya di luar negeri, tetapi sulit untuk menemukannya karena tidak tahu Di negara mana dia terdaftar. Tapi tidak ada pernikahan yang terdaftar atas namanya di dalam negeri," ucap sang asisten.
Entah kenapa Ramon merasa gunda mendengar ucapan asistennya itu, namun akhirnya dia mengangguk, "kembalilah," kata Ramon dengan suara lemas.
Sang asisten pun meninggalkan ruangan Ramon dan Ramon berdiri berjalan ke jendela sambil menatap situasi di luar bangunan.
Dia teringat kejadian 3 tahun yang lalu, saat di mana Kimberly berlari ke atas panggung menghampirinya dengan penuh keputus asaan dalam balutan gaun pengantin.
Teringat juga saat di mana pertama kali dia mengetahui Berlian telah Hamil anaknya.
Saat itu Dia merasakan penyesalan sekaligus kegembiraan, tapi...
"Tuan muda," tiba-tiba sang asisten kembali masuk ke dalam ruangannya.
"Ada apa?" Ramon berbalik menatap sang asisten.
"Ada telepon dari Nyonya, katanya ini sangat penting," kata sama asisten sambil memperlihatkan ponsel di tangannya.
Baru saja sang asisten selesai berbicara, suara perempuan dari seberang telepon terdengar, "Cepat berikan ponselnya!"
Ramon mengerutkan keningnya sambil menerima ponsel itu dan mengangkatnya.
"Ya, Bu," jawab Ramon.
"Pulanglah sekarang! Kakekmu sedang sekarat!" Tegas sang ibu dari seberang telepon.
"Lalu--"
Tut tut tut!
Panggilan telepon di akhiri, sehingga Ramon cepat-cepat mengambil jasnya dan berlari keluar ruangan.
Pria itu segera mengendara kembali ke rumah, dan begitu tiba langsung memasuki rumah dengan langkah terburu-buru.
Setelah tiba di kamar sang kakek, Ramon langsung disambut oleh pemandangan sang kakek yang berbaring di tempat tidur dengan 2 orang dokter sedang sibuk mengamati kondisinya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Ramon pada ibunya.
"Mendekatlah," kata sang kakek setelah melihat kedatangan sang cucu.
Ramon pun mendekat, mengulurkan tangan memegang tangan kakeknya, "aku di sini kakek," ucap Ramon dengan wajah sedih menatap kakeknya.
"Ya,, kakek hanya ingin satu hal sebelum pergi, berikan cicit, biarkan kakek menggendongnya. Langkah kakek baru akan lepas jika memastikan keluarga kita telah memiliki pewaris selanjutnya," ucap sang kakek membuat wajah Ramon berubah.
"Kakek,, kau pasti berumur panjang dan akan melihat cicitmu kel--"
"Siapa yang bilang!" Sang kakek menghela nafas lalu memejamkan matanya, tampak kesulitan hanya untuk menghirup oksigen.
"Mesin di sebelah langsung memberi nada peringatan membuat semua orang jadi panik.
"Ayo keluar dulu," ucap sang ayah segera menarik putranya keluar dari kamar itu.
Setelah tiba di luar, sang ayah berkata, "kakekmu terus mengigau tentang memiliki seorang cicit. Seharusnya kau mempertimbangkan masalah ini, kau sudah berumur berapa dan istrimu itu,,, kalau dia memang tidak bisa memberikanmu seorang anak, ada lebih banyak perempuan lain yang bisa menggantikannya! Kau harus tegas pada dirimu sendiri dan mencari perempuan yang sepantasnya memikirkan posisimu dan posisinya, bukan yang hanya memikirkan dirinya sendiri!"
Ramon terdiam mendengar ucapan sang ayah, dia memang ingin memiliki seorang anak, Tetapi istrinya itu sulit untuk memiliki anak karena karirnya di dunia permodelan.
'Apa jangan-jangan sebenarnya 3 tahun yang lalu Anak itu benar-benar tidak keguguran, tapi,,,,' Ramon memejamkan matanya, berusaha melepaskan pikiran-pikiran buruknya.
"Aku akan mengurusnya ayah," ucap Ramon sebelum berbalik meninggalkan sang ayah, kembali masuk ke dalam kamar.